Monday 15 April 2013

Mencari Waktu Berkualitas Bersama Anak

Senin hingga Sabtu, aku bekerja di luar rumah. Sebuah pilihan dariku yang diaamiini oleh suamiku. Aku memberikan sebuah alasan yang bukan materi *meskipun ngaruh --ya elah garuk2 pala, namun alasannya untuk sebuah psikologi buah hati kami.

Aku bekerja dari pukul 08.00 hingga 17.00 sore, bisa 16.30 aku sampai rumah, namun ketika sedang rame-ramenya dumay *aku menyisihkan waktu hingga 17.30 sore. Tidak sayang Faiz? Faiz mengaji hingga pukul 17.30 sore *adil kan? aku pulang, Faiz pulang *iyeeee ngeles yang bermutu.

Materi postingan kali ini, Waktu yang berkualitas. Nah rada berat, rada sedikit subyektif dan mohon maaf jika ada yang tersinggung. Kok begitu? karena pengertian dan penerapan waktu yang berkualitas bagi masing-masing pribadi, pasti berbeda-beda. *aku pernah berdebat dengan seorang ibu dari dua orang anak, akan masalah ini. *hm... masa lalu dach.

Credit


Masalah bisa terjadi kapanpun, dengan siapapun dan mengenai apapun kan? aku juga punya masalah dengan Faiz, masalah kontak mata, masalah waktu dan akhirnya menurut Faiz aku lebih suka kerja, lebih suka di depan komputer dan "Faiz enggak sayang sama ummi!" sebuah teriakan yang keras memukul bukan hanya gendang telinggaku, tapi hatiku, darahku dan sendi-sendi cintaku.

Sesibuk apa aku sehingga Faiz bisa meneriakiku seperti itu? aku hanya bekerja delapan jam sehari, aku tidak memiliki bisnis sampingan, dan aku juga melayani Faiz ketika aku di rumah. Lalu apa? aku sempat uring-uringan dengan suamiku, aku sempat terkena bogem mentah Faiz dan aku ibu yang macam apa?

Setali tiga uang, kondisi rumah berubah dalam beberapa bulan ini. Hari Minggu bukan menjadi hari Minggu bagi Faiz. Kebetulan suamiku sedang menangani pekerjaan yang hari Minggu menjadi hari kerjanya. Hari libur dan hari Minggu, hanya berdua dengan Faiz. Segera aku mengajukan sebuah proposal kepada suamiku untuk jalan berdua dengan Faiz. Salah satunya adalah cerita ini.  

Aku akhirnya meliburkan jadwal BW, jadwal nulis di hari Minggu kecuali Faiz tidur. Sulit? awalnya sulit, sejam tidak pergi ke dumay rasanya pilu menangis sesak *lebay tingkat cetaaar. Tapi demi anakku, aku lakukan dan akhirnya waktu produktif untuk menulis di pagi dan sore hari sebelum aku memulai aktivitasku di kantor. 

Jadi nungguin Faiz bermain saja? tentunya tidak dong? bakalan malah waktunya tidak berkualitas! ketika menonton televisi, aku usahakan untuk ngobrol dan mengikuti permainannya, Faiz lebih jago bermain puzzel dari pada aku *ketahuan emaknya kagak kreative.

Aku juga mengajak Faiz membantuku mengerjakan pekerjaan rumah *eits bukan eksploitasi anak ya...aku mengajak Faiz mengepel, tujuanku, Faiz seneng, lantai bersih dan lega semuanya, ceritanya di sini. Ketika memasak, Faiz juga tanpa diminta membantuku *terlepas dari anggapan, eh anak cowo kok di dapur *hey hey....chef terkenal rata-rata cowo lho! hehee...laki juga kudu bisa masak, ceritanya ada di sini

Aku hanyalah seorang wanita biasa, wanita yang telah menjadi ibu ditengah rutinitasnya bekerja dan melambungkan cita-citanya serta penanggungjawab rumah. Tapi pekerjaan utamaku seorang ibu yang melayani anak, suami dan rumah. Aku pernah dianggap aneh ketika aku melakukan pekerjaan rumah, katanya lebih baik bersama anak, ada pembantu untuk apa? hey aku ada cerita di sini lho. Bagiku, waktu yang berkualitas adalah waktu aku bisa bersama anak ketika Faiz bermain aku ikut bermain, ketika aku memasak Faiz ada di sisiku bertanya, "ini apa? ini untuk apa?" 

Aku bukan wanita yang sempurna, karena kesempurnaan ada di Allah. Aku bukan seorang supermom bisa jadi aku akan menangis kesakitan ketika aku lelah, ketika sakit. Aku bukan seorang pengasuh yang baik, karena waktuku masih kubagi dengan pekerjaan di kantor. Namun aku berusaha menjadi yang terbaik, berusaha menjadi ibu yang di cari oleh Faiz ketika minta segelas susu, ketika selesai BAK, ketika Faiz hendak tidur dan aku mau harap Faiz membagi ceritanya bersamaku, dipangkuanku.

4 comments:

  1. Ga apa2 mak semua ada plus minus nya kok , jalani aja yang paneting kasih sayang terus bertambah untuk fais dan keluarga :D

    ReplyDelete
  2. Mbak Astin, Islam tidak melarang wanita bekerja diluar rumah. Contohnya Khadijah, dia adalah seorang wirausaha yg handal. Sepanjang dirimu bekerja atas ijin suami, keluar rumah dengan menutup aurat, tetap menjalankan tugas dan kewajiban sebagai ibu, istri dengan baik. Berat? Itulah konsekwensi sebuah pilihan hidup. Hidup ini adalah pilihan, dan pilihan itu hrs dikerjakan dengan baik.
    Saat ini mungkin sedang timbul pertentangan dalam hati mbak Astin sendiri. Masalah yang ada terutama Faiz, memang hrs dipikirkan. Percayalah, keresahan ini adalah krn kepekaan hati seorang ibu yg mmg hrs ada. Kalau nggak ada atau cuek, malah ga bener lho.
    Kalau hal ini bisa dilewati, dirimu naik kelas.
    Semangat ya say!

    ReplyDelete
  3. selama itu pilihan hati mbak... saya kira akan enjoy jalaninnya.

    ketika sesuatu sudah tidak nyaman dan nikmat lagi, mungkin baru dikaji ulang..:)

    makasih ceritanya ya mbak..:)

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih