Thursday 25 July 2013

Ceritaku Mengejar Tiket Kereta Api

Ramadhan bulan penuh kasih dan bulan penuh hikmah bagi siapa yang mencarinya. Dalam bulan Ramadhan cerita yang hadir dalam setiap pembicaraan di kantor ataupun diberbagai tempat tidak jauh-jauh dari acara mudik. Ya...mudik sudah menjadi pelengkap Ramadhan dan Lebaran bagi yang memiliki kampung halaman. Selain itu, tentu ada satu yang tidak ketinggalan jika mudiknya menggunakan kendaraan umum, yup...tiket.

Membaca postingan jeng Sari Widiarti yang mengejar tiket pulang Tegal, akupun punya cerita mengejar tiket pulang Cilacap hingga ke setasiun Jatinegara. Alhamdulillahnya sudah berpengalaman hari sebelumnya naik kereta api listrik bersama Faiz. Ceritanya di sini.

Intonya kepanjangan!!! Waktu kala itu menunjukkan pukul 15.00 WIB, aku diberi waktu pembayaran tiket hingga pukul 17.30 WIB. Pembayaran bisa dilakukan di Indomaret ataupun Alfamaret. Namun tiga tempat dari Alfa maupun Indo semua bilang server KAI error. Terpikir membelokkan sepeda motor ke setasiun Poris. Menanyakan apakah bisa membayar tiket luar kota, ternyata petugas menggeleng.

Aku memandang layar android, baterai lemah banget. Menelepon suami untuk diskusipun takut langsung is dead. Tanpa pikir panjang, kutitipkan sepeda motor di tempatnya. Aku mendekati loket lagi dan memberikan uaang 100.000 rupiah ketika KRL datang di setasiun Poris. 
"Ke Gambir, mas"
"Iya, nanti turun di Juanda ya, Bu!"
"Kenapa?"
"KRL tidak berhenti di Gambir"
Baiklah, aku berlari menuju KRL yang sudah terbuka pintunya, tepat pada gerbong khusus wanita. Sepi, hanya beberapa...aku bisa take picture alone, always get a memory kan?


Rasanya waktu itu...


Waktu ngelayap naik KRL
Selanjutnya, melihat layar Android dan mengetik pesan kepada ibuku dan suamiku, mengabarkan bahwa aku sudah berada di kereta #pyuh. Dua kartu akan membuat si baterai cepat low, aku me non-aktif-kan salah satu. 

Satu orang satpam kudekati dan bertanya,
"Sampai Juanda jam berapa?"
"10 menit, 10 menit, em...pukul  enam kurang lah"
"What's?????"
Aku butuh 17.30 untuk melakukan pembayaran? bagaimana dong? dan hanya satu, aku pasrahkan saja kepada Allah. Kalaupun sudah tidak bisa melakukan pembayaran, aku bisa pesan langsung di gambir dan di niatkan untuk jalan-jalan.

Tidak sampai setengah jam, kereta listrik sampai di Duri. Aku harus berganti kereta dan ada informasi kereta mana dan jalur berapa tujuan yang ingin dituju. Setasiun Jatinegara disebut pada jalur 1 namun keretanya belum ada. Buru-buru tanya kepada petugas,
"Selain Gambir, Jatinegara bisakah untuk melakukan pembayaran tiket kereta luar kota?"
"Bisa?"
Awalnya ragu, tapi aku berusaha berafirmasi untuk bisa dan belajar meyakinkan bahwa yang disampaikan petugas tersebut benar #lagian masa puasa mo nyasarin orang siii.

Jalur satu tidak begitu banyak penumpang yang menunggu. Kereta datang tidak sampai sepuluh menit, kemudian gerbong khusus wanita juga yang berhenti di depanku #kebetulankah?

Lumayan penuh, aku selalu berdoa untuk diberikan kemudahan. Rute kereta api listrik yang kubawa, selalu kubuka dan kubaca. Memang kereta ini mengarah ke setasiun terakhhir yaitu Jatinegara.

Klik untuk lihat lebih lanjut

Mataku tak mampu kupejamkan, walaupun kuhitung ada 8 setasiun pemberhentian dan tidak perlu transit. Ini adalah kali pertama aku menggunakan kereta api listrik dalam hjarak jauh. Tanagerang-Jatinegara, sudah hampir Bekasi.

Memasuki setasiun Senen, dadaku mulai bergemuruh. Kupandangi layar android untuk melihat jam, pyuh pukul lima kurang. Awalnya aku ingin berhenti di sini, setahuku ibuku pernah naik dari Senen untuk pulang Cilacap, pasti bisa bayar tiket di sini. Namun urung aku turun ketika tidak ada satu penumpangpun yang bersiap-siap turun, kereta api listrik berjalan lambat tapi tidak membuka pintu juga. Hm...ternyata tidak berhenti, #pyuh.

Finaly, setasiun Jatinegara terlihat. Rata-rata para penumpang cepat-cepat mendapatkan pintu keluar, ada apa ini? masih transit juga kah? aku bergerak santai karena masih ada waktu tiga puluh menit. Terlihat Indomaret di dalam setasiun, aku masuk dan bertanya,
"Bisa bayar tiket?" Mba cantik itu tidak heran dengan to the point-ku dan kegusaranku.
"Bisa"
"Engga Error?"
"Engga" Mba cantik itu terampil menekan tombol angka di keyboard untuk memasukkan nomer bookingku.
Tidak sampai lima menit, mba cantik itu memberikan struck Indomaret dan membacakan bahwa tiket atas nama Astin Astanti nomor booking sekian, jumlah pesanan dan nominal yang harus dibayar serta menyarankan untuk menukar tiket di loket depan.

#Pyuh, selesai pembayaran aku langsung berucap "Alhamdulillah" dan mengirimkan pesan ke dua orang tercintaku, ibu dan suamiku. Di loket depan sudah berbaris orang-orang mengantri untuk membeli tiket/menukar tiket juga sepertiku. Lumayan lama, hingga aku mendapatkan giliran aku tanya untuk tiket pulang dari Cilacap-Gambir. 
"Full, ada tanggal 17 agustus harganya 275.000 rupiah itupun dari Purwokerto"
 Ya Allah, semahal itukah? aku keluar dari barisan dan menuju Indomaret untuk membeli minuman dan makanan persiapan buka di kereta listrik. Pukul 17.35 pm kereta Jatinegara-Duri membawaku dengan sejuta kebahagiaan telah mendapatkan tiket mudik sajah.

5 comments:

  1. hehehee... udah baca yg pengalaman faiz naik KRL..

    huwaaaa harganya sadis, kan berangkatnya 17 agustus setelah lebaran..

    huuh tdk berkeprikeretaan :D

    ReplyDelete
  2. Iyuuup haduuuh piye iki to jeng sari coba...

    berangkatnya murmer pulangnya mahal

    ReplyDelete
  3. suda duka mudik,banyak sukanya banyak dukanya termasuk mengejar tiket yg harganya..hmmmm hihihi

    ReplyDelete
  4. hehe. sampai segitunya buat ngejar tiket..hehe
    kalau saye sama rombongan dulu..udh beli tiket..cuma dikejar2 waktu..takut ketinggalan kereta..hihi ^^V

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih