Friday 7 February 2014

Manusia dan Sampah

Setiap manusia hidup memang memiliki sampah.
Manusia dibedakan dengan mahkluk lainnya, karena manusia memiliki akal dan nurani.
Makhluk yang memiliki akal, membuang sampah pada tempat yang tepat.
Manusia memiliki akal, membuang sampah pada tempat yang tepat.
Tepat di sini, bukan melempar begitu saja, pada tumpukan sampah dipinggir jalan/kali dan sungai.
Yang membuang sampah tidak pada tempat yang tepat, berarti manusia yang tidak memiliki....

Mungkin, aku juga pernah membuang sampah sembarangan, namun aku secara sadar membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan, tempat sampah. Nah, para petugas kebersihan yang memugut sampah dari depan rumahku, kemana kalian membuangnya? di tempat pembuangan akhir sampah-kah? atau menumpuk di pinggir jalan? hiks..berarti aku secara tidak langsung, membuang sampahku di pinggir jalan, di pinggir kali itu doong?

Manusia dan sampah, tidak mungkin dapat dipisahkan. Bagaimana caranya agar sampah tidak menjadi masalah? tidak menumpuk di pinggir jalan dan akhirnya mengganggu para pemakai jalan?

Ngelayangin pikir ke negeri sakura, ingin sekali memilah sampah menjadi tiga. Ditempatkan dikantong yang terpisah. Satu untuk sampah basah, sampah plastik, sampah kaleng. Sayangnya lagi-lagi, karena faktor malas dan tidak ada waktu untuk membuat pemisahan tersebut. Huks...akhirnya sampah aku jugalah yang menjadi permasalahan menumpuknya sampah di pinggir-pinggir jalan dan sungai tersebut. Hiks...nangis ngeri.

Jadi begimana dong? sebenarnya mulai dari pribadi masing-masing, mulai dari hal terkecil dari rumah tangga masing-masing. Berani ngambil pekerjaan tambahan untuk memilah sampah? sepele dan sederhana looh? amsa enggak bisa? hiks..tetap ngga bisa? sepertinya butuh support ya?

Lah, kok malah begini ya? semoga kuat ya untuk mau menyisihkan tiga kantong tersebut. Kalau sampah basah, bisa langsung dibuang, karena kalau kelamaan di dalam rumah akan berbau tidak sedap. Jika sampah plastik bisa diberikan kepada pemulung, mereka juga akan menjualnya ke tempat penampungan barang bekas kan? Kalau sampah kertas/ sampah kering bisa dibakar atau dibuat bubur kertas, lalu bisa dibentuk aneka macam hiasan dinding.

Hayo..mari ramai-ramai mengingatkan pada diri sendiri, untuk tidak ikut secara langsung menumpuk sampah di pingir jalan. Bagi blogger dan teman-teman semuanya yang sudah sukses untuk memilah sampah, mohon saran dan caranya doong. Aku baru memiliki keinginan dan ide saja, semoga setelah ini aku bisa menyediakan tiga kantong dan istiqomah menjalankannya. 

Salam
Astin

21 comments:

  1. Kl di kompleks ku, warganya dihimbau untuk memilah sampah sampah basah (yg bs membusuk) dan sampah kering (plastik, kaleng dsb). Jd, aku selalu menyediakan 2 tmpt sampah di dapur. Yg paling sulit itu mengingatkan pembantu rmh tangga untuk ikut memilah sampah itu. Tp tetep, kita hrs ingatkan terus biar jd suatu kebiasaan.
    Semoga membantu.

    ReplyDelete
  2. Mba Dwina : alhamdulillah ya...petugas kompleks menyupoort langkah pembuangan sampah yg tepat, makasih ya Mak.

    ReplyDelete
  3. Setiap sabtu ada petugas yang ambil sampah kering di mari mak. Salam lumpur lapindo

    ReplyDelete
  4. Mak, jadi pengen cerita disini tiap hari ada orang keliling mungutin sampah yang kecil-kecil dijalan, terus jalan aspal itu juga disapu tiap hari ckckckkc pengen di indonesia liat yang begini.

    ReplyDelete
  5. paling enak kalo dah terbiasa menaruh sampah sesuai kantongnya,makin enak buat kita dan buat tukang sampah :D

    ReplyDelete
  6. Makk, lagi kesel ya? Hihihi.

    Kalau menurutku, solusi yang paling jitu ya dari Pemerintah!! Buat aturan tentang memilah-milah sampah, jadi warga memang diwajibkan untuk memilah sampahnya. Sediakan juga tempat pembuangan sampah akhir yang memang sudah dipilah sesuai jenisnya. Jadi para tukang sampah tinggal membuangnya di tempat yang sudah disediakan. Kalau ada rumah yang bandel tidak memilah sampahnya sesuai aturan, ya ga usah diangkut, biarkan di rumah itu sampai pemiliknya mau memilah sendiri sampahnya. Kalau begitu kan mau ga mau warga akan menuruti. Ga usah pake denda gpp, cukup sampahnya tidak diangkut saja. Kan pemilik rumahnya sendiri yang kelimpungan karena sampah menumpuk. Itu yang diterapkan di Jepang. Warga Jepang awalnya juga 'DIPAKSA' untuk memilah milah sampahnya. Lama lama jadi terbiasa. Kalau dimulai dari diri sendiri bisa sih, tapi makan waktu lamaaaaaa banget, karena kesadaran tiap orang beda beda. Mungkin butuh waktu 2-3 generasi atau lebih. Makanya cara yang paling cepat ya itu dimulai dari PEMERINTAH. Menurutku sih. :p

    Semoga Indonesia memiliki pemimpin yang concern terhadap masalah sampah ini. Aamiin. Yuk, pilih yuk! Bentar lagi Pemilu. Hehehe. :D

    ReplyDelete
  7. Gerakan pribadi dan serempak Jeng. Meski sudah dipilah di rumah tangga, bila kolektornya mencampurkan kembali jadi sayang.
    Apresiasi Jeng, terus memilah. Salam

    ReplyDelete
  8. semoga aja banjir jadi pembelajaran karena itu sebabnya oleh sampah yang dibuang sembarangan.

    ReplyDelete
  9. Aku masih tergantung pada petugas kebersihan nih, sebenernya sudah dipilah sampah2nya tapi kadnag2 di acak-acak pemulung

    ReplyDelete
  10. klo aku sih milah2nya baru 2, sampah basah ama kering aja. Tp ga tau jg ntar ama petugas kebersihan mau diapain. Kalo dicampur2 jg ya sama aja ya..

    ReplyDelete
  11. Lagi kampaye "buang sampah pada tempatnya" ya, Mbak?

    ReplyDelete
  12. Karena aku sudah sekian lama memilah dan memisah sampah makanya pemulung sudah hafal dan tak lagi ngacak2 tempat sampahku.
    Karena sampah2 yang bisa dibawa pemulung sudah aku pisahin

    ReplyDelete
  13. Kalau menurutku semuanya bisa dimulai dari diri sendiri dulu.
    Kalau setiap orang mengandalkan orang lain untuk memulai maka aku yakin gak akan jalan usaha utk mengatasi masalah sampah ini Mak.
    Ayo Mak... aku dukung utk mulai memisahkan dan memilah sampah.

    ReplyDelete
  14. Wah aku ketinggalan nih. Belum misahin sampah. Tapi kalau disini, sampah diangkut semua sama petugas. Ntar di tempat pengumpulan sampah, dipisahkan sama inang2 yg menunggu disana. Jadi nggak ada pemulung ngider ke rumah2.

    ReplyDelete
  15. di rumah saya udah milah2 sampah, organik & non organik.. tp smuanya dkasih ke tukang sampah.. entah gimana nasibnya di tukang sampah, jgn2 disatuin lg :))

    ReplyDelete
  16. Mba Nunu : Salam dari Tangerang juga Mba..heheee,

    Mak Hana : Weeeeh, klo di jalan protokol sini mungkin iya, lah tapi kalau di pedesaan pinggir kota...malah asyik nyebar sampah kecil

    ReplyDelete
  17. Mak Hanna : Iya siiich...semoga aku bisa pilah-pilah sampah

    Mak Kartika : Iyup Mak, aku suka lihat prosedur pembuangan sampah di Jepang...aku pernah baca, mungkin di blog Mak Tika juga kali ya..hihiii. Hayo pemerintah..daripada imbas sampah jadi banjir..segera dong sosialisasikan..hihi

    ReplyDelete
  18. Prih : Iyup...kita sudah memilah tapi yang dari bak sampah petugas...dibuangnya di dekat sungai *ngeri juga...Makasih ya

    Pak Adam : Iya Pak, semoga banjir menjadi pembelajaran bagi kita semua

    ReplyDelete
  19. Mba Lidya : Iya...aku pernah marah sama pemulung..gegera sampah dah rapi-rapi malah ditusuk-tusuk pake alatnya dia *

    Mak Cova : Iyeees...dipilih-pilih yuuuk

    ReplyDelete
  20. Pak Luthfi : Iya...gitu dech..sebenernya miris sampah dibuangnya di pinggir jalan dan kali *pingin aku foto, dah gak kuat aroma sampahnya...hihii

    Mak Reni : Iya Mak semangati aku terus yaaah..hihiiii...ayo pilah sampah atau mengurangi adanya sampah, lebih pastinya

    ReplyDelete
  21. Mak Lusi : Iya bener juga si para inang-inang itu ya Mak, mereka memilahnya..dan mungkin itu bisa menjadi sumber rejeki bagi mereka.

    Mak Lia : Wah hebat Mak, pilah ayo pilah sampah...

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih