Monday 24 March 2014

Aku dan Dua Status Facebookku

Aku tidak mampu mengutip satu kalimat atau satu tulisan dari seorang yang ahli, namun ijinkan aku merangkai sebuah kalimat sendiri, dari dalam lubuk hati yang terdalam.

Bagiku, berani masuk pada sebuah media sosial yang dewasa ini makin banyak pilihan, salah satunya Facebook. Artinya aku harus berani dinilai oleh orang lain, baik status geje, status penyemangat, status link blog, status pasang gambar. Nilai yang diberikan oleh orang lain bisa good or not good, tergantung mood masing-masing dan aku harus bersiap untuk menerimanya. Jika aku ternyata masih gondok atas komentar dari status yang aku buat, itu tandanya aku belum mampu berada di ranah media sosial.

Naaaah, aku adalah orang yang termasuk rajin menulis status, entah upload gambar atau link blog. Buat aku itu termasuk pekerjaaan, pekerjaan menulis status...wkwkwkwk, dan aku tidak memiliki sebuah keinginan lain selain, aku memang ingin menulis di beranda Facebook. Alhamdulillahnya aku memiliki media sosial lain, seperti blog di mana aku bisa menuliskan hal apapun.

Berikut dua status yang diminta pada Giveaway sehari milik pakde Cholik. 

Status pada tanggal 13 Maret 2014,


Statusku yang ini, menurut aku pribadi rada cemen...heyaaalah, kalau berabi aku bisa langsung ngomong ke orangnya kaaan? hihii, awal cerita aku cerita mulai dari awal ***heheee, ya iya kali, baik langsung ke TKP.

Suatu sore aku sedang menjadi satpam untuk anakku yang sudah mulai bermain sepeda keluar komplek. Datang ibu dari H, menyapa dan ngobrol dengan aku, ngobrol urusan anak yang inginnya main sepeda daripada di dalam rumah setelah pulang mengaji. Kemudian datang ibu dari A, memarkir motor dan ditaya oleh si ibunya H. Aku, karena sudah tahu dari mana dia gak mau basa-basi, heheee. Jawaban ibunya A adalah...
"Nganter mas A les bahasa Inggris, sekarang mas A sudah pintar bahasa Inggrisnya"
Jujur dalam hati aku menangis dan aura yang terpancar dari wajahku adalah merah keunguan. Kok bisa begitu, entah mungkin si ibunya A pake baju ungu kali. Si A bersekolah di SD internasional, menurut cerita ibu si A, bukan dwilingual saja lo ummi Faiz, tapi empat bahasa, Indonesia, Inggris, Arab, Mandarin. Uang masuknya saja 20 juta dan uang bulanannya 6 juta buat mas A. Jadi menangisnya saya...yo lumrah bahasa Inggrisnya bagus, tapi kok masih di lesin yo? aku enggak mudeng yang dilesin itu, padahal si ibu juga pernah cerita, kalau di rumah pake bahasa Inggris juga.

Nah, karena aku merasa males untuk membahas les bahasa Inggrisnya, aku masuk dan mlipir masuk ke rumah. Langsung deeeh..ketik di beranda Facebook, sayangnya enggak berteman sama beliaunya, kalau berteman *mungkin aku juga tidak akan menulis status tersebut.

Kenapa kok enggak menulis? ya tadi aku sudah cerita, itu status cemen. Hehee, begini...aku menulis sesuatu di media sosial sebisa mungkin aku tidak menunjuk seseorang dalam lingkaran media sosialku. 

Jadi status aku yang itu adalah sebuah kegerahan sesaat, dan memang untuk apa memaksakan anak yang duduk dibangku di kelas 1 SD Internasional untuk les bahasa Inggris? apa orangtuanya tidak bisa mengajari sembari santai?. Pyuuuh, jadi gerah lagi, ternyata waktu TK juga di les membaca dan menulis di depan kompleks, untuk apa? toh wajib membaca ada di usia 7 tahun? silahkan lihat penjelasannya di sini ya para Moms, para Bunda dan para ibu.  

Kalau aku ngelesin anak gak? ehem...sudah aku tulis di status juga, suamiku menyerankan untuk les bisnis atau les bola. Kemampuan bahasa Inggris atau kemampuan verbal lainnya bisa dilatih pelan-pelan sesuai dengan kemampuan si anak. Bapak Albert Einstein? yang terkenal dengan teori relativitasnya? beliau seorang yang terlambat bicara dan lalai dalam pelajaran? siapa sangka coba? Thomas Alva Edison? tuli dan bodoh? siapa sangka bisa menemukan bola lampu pijar.

Memang, aku tidak menginginkan anak-anak kita seperti itu, sebagai orangtua pastilah aku menuntun anak-anak sebisa mungkin memiliki kemampuan dasar. Latihan, stimulasi dan arahan merupakan sebuah sinergi antara orangtua dan anak, sebagai dasar dari sebuah pendidikan, adalah rumah.

Komentar dari rekan media sosial, jatuh pada Mbak Noorma Fitriani M.Zain, seorang ibu yang memiliki satu orang puteri bernama Noofa. Seorang lulusan S2 bahasa Inggris, yang berdomisili di Semarang.

"kkkkkk... noofa 1.5th juga udah ngerti red yellow and black."

Alhamdulillah, aku ikut senang sekali Noofa cerdas yang memiliki orangtua kompeten dalam kemampuan berbahasa Inggris. Ini sangat menunjang sekali untuk Noofa yang masih berada di usia "opo-opo ditiru" sehingga asupan dari Mbak Noorma untuk Noofa dengan cepat diterima.

Maksudnya, wajar seorang anak yang senantiasa mendengar apa yang disampaikan orangtuanya dalam hal ini bahasa Inggris, pada usia 1.5 tahun telah mampu berbahasa Inggris. Namun, jika mbak Noorma sebagai sarjana bahasa Inggris, namun tidak sering mengucapkan sesuatu dalam bahasa Inggris, mungkin usia 1.5 tahunpun, Noorma belum dapat menyebut, red and yellow.

Like me too, Faiz aku berikan video berbahasa Inggris, kenapa aku pilih itu? karena rata-rata yang dari Luar negeri video untuk baby bagus-bagus siich... dari situ, Faiz mampu menyebut ini red, ini blue, ini dog. Semua itu karena asupan dan stimulasi dari orangtuanya. Beda jika Faiz selalu aku dengarkan ayat suci Al-Quran sehari full dari bayi beda ceritanya Faiz akan familiar juz amma bukan di usia 4 tahun, saat aku menyekolahkan di TPA.

Status ke dua, Status tanggal 4 Maret 2014, sebuah status yang berkaitan dengan kegiatan perbloggeran, yeeeay..emang aku blogger? hehee...



Status di atas aku buat, memang ada udang dibalik batu eeeh. Status tersebut setelah aku pulang dari kantor google dan kenapa aku diberikan kesempatan ke sana? itu penganugerahan buat emak blogger yang masuk dalam 50 finalis SB2014 KEB, bahagia kan? ibuku saja senengnya sampe jejingkrakan kok, hehee... jujur itu salah satu kenangan yang berharga buat aku, teman-teman aku juga seneng, iya kaaan? hayo ngaku..tapi hal yang berbeda disampaikan dari orang yang tidak berpikiran seperti itu.


"Iya-lah mba Astin bisa ngeblog, pekerjaan mba astin nyante, mba astin bisa curi-curi waktu buat nulis dan bla..dan bla.."
Catet, status itu bukan sebuah sindiran ataupun menunjuk pada satu orang. Status tersebut merupakan sebuah luapan kebahagiaan seorang yang mampu menulis di media blog, dan siapa tahu ada teman-teman yang belum mendapatkan berkah ngeblog, ingin tahu apa sich ngeblog itu, bagaimana bisa ngeblog bisa ke kantor google. Ya kalau ngeblognya cuma curhat, cuma nyindirin orang, cuma pamer baru dikasih cokelat gak gepok ya...mungkin menyingkir sendiri dari komunitas dengan anggota yang ngeblog untuk berbagi dan berkarya dong.

Aku memang bekerja sebagai marketing support dengan sarana internet dan komputer. Pekerjaanku hanya aku dan atasanku yang tahu dan paham, aku pernah ngelembur sampai malam, tumpukan kertas pernah menghiasi mejaku, itu karena dokumen memang diplot pada tanggal tertentu dan tidak bisa dicicil aka di kredit. Pernah juga aku melompong beluma da dokumen yang enggak aku kerjakan. Nah, daripada aku ngerumpi cengengesan di pantry atau gangguin yang sedang fokus kerja, ya aku berusaha menulis untuk berbagi atau sekedar riview, syukur-syukur ada Giveaway dan aku dapat hadiah, ataupun lomba blog yang mengantarkan aku ke kantor google. Seharusnya kamu bangga loh, punya teman yang sudah singgah di kantor google **PD amat aku yaak? 

Komentar sahabat yang aku pilih untuk diulas...em, gak banyak komentarnya siich..namun aku pilih Mbak Riana 'Inna' Wulandari, emak yang memiliki tiga orang putera, bekerja di rumah, membuat kerajinan tangan dan membuka toko obat ***udah jadi Apotik belum ya? sukses selalu ya Mak.


Dari tak mengenal hingga mengenal, itulah blogging. Dari tidak mengerti apapun hingga mendapatkan wawasan yang luas, itulah blogging. Dari tidak mengerti html, tidak mengerti link, tidak mengerti aturan mengambil karya orang lain ada sanksinya, itulah blogging.

Sama seperti aku, Mba Inna seorang emak riweuh katanya, namun beliau mampu menulis di blog. Apa yagn ditulis? seputar perkembangan ketiga anaknya, ataupun informasi tempat makan yang yahud dan sajian tulisannya renyah untuk dibaca. Akupun begitu, gado-gado menulis di blog, namun sedang berusaha fokus pada satu konten diluar blog intiku.

Semua berawal dari sebuah niat, kemampuan dan kemauan. Pernah baca di status Mbak Noorma, ketika lappy sedang tidak bisa digunakan, dia pergi ke warnet untuk menulis di blog. Bunda Yati Rachmat juga pernah menulis di statusnya, untuk menulis blog demi eksistensi di dunia perbloggeran...rela pergi ke warnet.

Jadi intinya...tidak ada fasilitas di kantor, akupun pernah menulis di kertas untuk Giveaway Pakde Cholik, pada awal aku memiliki blog, baru ketika sampai ke rumah aku salin ke komputer rumah ***kasihan ya, jaman itu belum punya smartphone. 

Biarlah yang pernah menjadi status sebagai kenangan atas apa yang aku rasakan, tidak ada alasan untuk menunjuk kepada orang tertentu, hanya sebagai bahan berpikir untuk aku pribadi. Mungkin di sini, aku harus lebih bijak untuk menumpahkan apa yang aku lihat, aku rasa, aku pikir pada media sosial sekelas Facebook.









11 comments:

  1. aku lagi ngubek2 status ,jarang banget nulis status :)

    ReplyDelete
  2. mengenai les Inggris ...
    percaya sama saya ...
    anak di leskan itu sebetulnya adalah impian orang tuanya ...
    menurut saya ... yang penting adalah anak bisa mengemukakan secara baik apa yang difikirkannya dengan cara yang runtut dan jelas ...

    salam saya Tanti

    (24/3 : 2)

    ReplyDelete
  3. Terima kasih atas partisipasi sahabat
    Segera didaftar
    Keep blogging
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  4. saya mengalami mak yang les-les bahasa inggris.. daaan tetep aja belum bagus juga bahasa inggris saya.. kalo kata saya mah mending belajar sendiri. apalagi kalau masih kecil, belajar sambil bermain dengan ortu bisa meningkatkan bonding juga.. :)

    ReplyDelete
  5. dari status FB ke postingan blog.. itulah indahnya ngeblog... hehehe... :)

    ReplyDelete
  6. sy dl les enggres tp ya tetep sj g bs lancar msh kalah lancar sm anak kecil di enggres sana...hihi ya iyalah ( comment g penting )....tp benar dg blogging hidup jd lbh berwarna mak Astin...Sukses dg GA-nya...

    ReplyDelete
  7. Terngangan baca yang 20 jeti ituu. Kalo aku pengen menumbuhkan kecintaan anak terhadap bahasa indonesia dulu, ya meskipun dikit2 kuajarin bahasa inggris juga sih, kayak cat, dog, fish (hihihi ketauan maknya bahasa inggrisnya cetek banget).

    ReplyDelete
  8. Les yang udah jelas sudah di jadikan mata pelajaran di sekolah? Ck ck ck... kapan tu anak mainnya yaa..

    Suka ama kalimat ke 2 :
    Dari tak mengenal hingga mengenal, itulah blogging. Dari tidak mengerti apapun hingga mendapatkan wawasan yang luas, itulah blogging. Dari tidak mengerti html, tidak mengerti link, tidak mengerti aturan mengambil karya orang lain ada sanksinya, itulah blogging.

    ReplyDelete
  9. Anakku juga ga les apa2 mak kecuali ngaji.masih kelas 1 SD. Yg aku bisa ya diajarin sama aku. Pulangnya aja udah sore setgh 3. Jam 4 langaung ngaji

    ReplyDelete
  10. akhirnya...bisa komen juga..
    Mak Astiinn...aduuuh...aku lg melow nih, baca postinganmu ini jadi berkaca2 :') Makasih ya, namaku dipajang di sini :)
    Tentang toko obat.. alhamdulillah masih merintis jalannya untuk kelak bisa jadi apotek. Modalnya gede euy, hehe. Doakan ya..aamiin

    Cara apa pun bisa ditempuh buat keukeuh ngeblog, ya mak Astin. Inet di rmhku lg tiwas. Demi ngeblog, rela deh ke warnet. Skr jg lg di warnet, hehe
    Tuisannya bikin aku terharu, mak. Moga menang yaa ^_^

    ReplyDelete
  11. wew.. status paling atas ada komen saya :) nyinyir ya komen saya? hehe..
    Abis... saya tuh greget deh, kalo ada ortu yg ngelesin berbagai macam les utk anak2nya. Kan kasian anak2nya...

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih