Saturday 6 September 2014

Proses Sebelum, Selama dan Sesudah Operasi Secar


Ini adalah prosesi melahirkan yang kedua bagi saya. Iya, anak pertamaku berusia lima tahun kurang dua bulan saat ini. Proses melahirkan melalui tindakan operasi secar adalah pilihan melahirkan anak pertama saya waktu itu, alasannya untuk keselamatan dan kesehatan kami berdua. Sudah tiga hari, kontraksi rahim yang kurang kuat.

Dan hari ini, 20 Agustus 2014 dokter obgyn menjadwalkan untuk dilakukan operasi secar. Yup, saya dipilihkan suami melahirkan di RS Awal Bros Tangerang dan memilih dokter Inneke, SpOG.

Saya berdua suami berangkat berdua ke RS pagi hari. Selama dalam perjalanan, saya senantiasa berdzikir untuk menutupi rasa was-was, takut dan entahlah....rasa apalagi yang terjadi. Mules di perut sudah menambah kencang dzikirku, hingga masuk kamar VK saya masih berdzikir, apalagi melihat jarum wooow.

Iya, bukan saya takut tapi empat perawat tidak sukses membuat tusukan untuk memasukkan jarum infus. Rasanya...dzikirku menjadi kencang ketika suami mengatakan, enggak sakit. Pyuh, saya harus kuat...sekedar jarum yang akan terbayar dengan wajah imut bayi,kok.

Tindakan di ruang VK buat saya adalah; setelah si jarum sukses masuk, ada EKG, ada ukur denyut jantung bayi, ada tes alergi antibiotik yang rasanya...Subhanalloh, ada memasukkan antibiotik, ada beberapa prosedur sebelum operasi hingga aku harus cantik dengan selang oksigen.

Pukul 15.00 perawat mengantar saya ke kamar operasi. Iya harusnya ada drama tangis-menangis, Inza Allah saya bisa dan operasi berjalan lancar. Kamar operasi dengan nuansa hijau, dingin dan antar pasien di ruang observasi tersekat tirai, menguatkan saya untuk selalu berdzikir.

Satu persatu orang berbaju hijau mendatangi saya, menanyakan nama dan tanggal lahirku kemudian mereka memperkenalkan diri. Perawat yang membantu operasi, asisten dokter anastesi kemudian dokter anastesinya. Dan lagi-lagi ada haru direlung hati...tjsah. Iya, mereka tak lupa bilang " Ibu berdoa terus ya..." uhuuuk.

Setelah menunggu lama, perawat membawaku ke ruang operasi, lagi...saya hanya bisa berdzikir ketika pintu ruang operasi dibuka. Wow, kamar operasinya lega sekali...lampu yang ada di atas bedpun tidak begitu menyilaukan.

Tindakan pertama, tugas dokter anastesi memberi suntikan spinal untuk membius setengah badan. Caranya aku meringkuk dan memegang bantal, tidak boleh ditarik kalau sakit. Alhamdulillah lancar dan efeknya langsung perut ke bawah baal. Baju operasi berwarna hijau yang saya gunakan, difungsikan sebagai tirai penyekat. Saya masih bisa merasa apa yang sedang mereka perlakukan pada bagian tubuh ini. Pemasangan kateter, hingga obrolan dokter Inneke and team. Yang paling sibuk menurut saya adalah asisten dokter anastesi dan juga dokternya, iya karena mereka berdua yang bisa saya lihat. Posisinya ada di atas kepala dan memastikan obat bius, infus dan alat tensi berfungsi.

Setelah merasakan gerakan-gerakan perut dikoyak-koyak, air bergemericik hingga dorongan tangan dan cetaaaar...suara tangisan bayi serta ucapan selamat memberitahukan jenis kelamin sang bayi menyeruak. Dzikirku kukeraskan...ini operasi secar ke dua, hanya ditemani suami dan jauh dari kedua orangtua rasanya....tak terbayangkan.

Selanjutnya giliran dokter anak yang membantuku IMD dan pertama kalinya saya dan bayi saya dipertemukan. Ciuman mendarat di wajah yang baru saja berganti tempat. Haru dah senang sekali, ketika pindah ke PD kanan saya sempat tertidur. Ketika terbangun, perawat sedang sibuk memindahkan saya ke ruang observasi.

Alhamdulillah, operasi berjalan lancar dan Allah menemani dan membantu saya untuk kuat. Satu yang saya takutkan...rasa dingin yang tidak tertahankan hingga keluar kamar operasi. Entah, apakah ini efek bius atau ruang operasi yang super dingin.

Subhanalloh...melihat video bayi imut yang direkam suami, rasanya lega sekali. Kondisinya sehat dan sangat aktif memasukkan jari ke mulut. Tak menghiraukan tangisan bayi lain. Iya bayi baru lahir ini di tempatkan di inkubator terlebih dahulu.

Rasa perih sayatan di perut, tergantikan setelah perawat bayi memberikan bayi mungilku yang masih merah untuk bobo bersama di ranjangku. Masya Allah...antara merasakan sakit terbebas dari bius, sakit luka, sakit berusaha miring kanan dan miring kiri agar bisa menyusui bayiku.

Itu, hari pertamaku bersama bayiku... setiap tarikan nafas, gerak rintihan sakit harus saya tepis, demi ASI untuk si buah hati. Iyup, perawat bayi di RS Awal Bros Tangerang menyarankan untuk memberikan ASI terlebih dahulu.

Welcome to our life my love.

19 comments:

  1. melahirkan itu butuh pengorbanan pertaruhannya nya .

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener banget gan..
      makanya jangan sampai melawan orang tua apalagi ibu :(

      Delete
  2. perjuangan seorang ibu memang luar biasa..
    apalagi saat melahirkan anaknya.. T_T


    Berita Gadget Terkini | Beragam Aplikasi Handphone

    ReplyDelete
  3. alhamdulillah ibu dan anaknya selamat dan sehat.. :D

    ReplyDelete
  4. itu tulisan apa ditangnnya mba? kok ditulis2 gitu sama dokternya? :O


    Travelling Indonesia | Elbaihaki

    ReplyDelete
  5. Terima kasih sudah berbagi pengalamannya bunda, Kebetulan saya sekarang lgi mengandung anak pertama,,

    ReplyDelete
  6. semoga cepat sembuh dan di angkat penyakitnya ya mba asti...aminn

    ReplyDelete
  7. semoga lekas sembuh ya mbak cantik...

    ReplyDelete
  8. Perjuangan seorang ibu memang luar biasa

    ReplyDelete
  9. Kalo bicara operasi sesar emang eliatannya lebih serem ya, cuma kalo bicara perjuangan, lebih tepatnya di lahiran Normal deh. Pengalaman ku liat istriku lahiran.

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih