Saturday 5 November 2016

Makan Malam di Rumah Air Bogor, Romantis di Saat Hujan Turun

Hallo apa kabar teman-teman semuanya? apa kabar di hari libur ini? semoga liburannya menyenangkan ya. Diisi dengan hal-hal positif dan berguna bagi siapapun. Ya sederhananya, memberikan senyuman untuk anggota keluarga, kan sudah membuat hati yang melihatnya bahagia. Yaaay.

Late Post 😣


Jalan-Jalan Tak Direncanakan


Baca Juga : Buatlah Itinerary Traveling, Supaya Traveling Lebih Hemat


Aku dan keluargaku, senang sekali jalan-jalan yang enggak ketemu junterungannya. Atau kalaupun mau jalan ke tempat B, kadang malah ke tempat C. Susah diprediksikan kalau judulnya jalan-jalan. Tahun baru 2014, rencana ke puncak Bogor, malah ke Ciwidey. Jadi susah janji sama teman. Dan seperti hari ini, rencana mau ke Bandung, kenyataannya gegoleran di atas tempat tidur. Alasannya klise, nunggu Faiz liburan semesteran saja.

Tapi untuk masalah-masalah yang krusial, gak dong sis. Semuanya kudu direncanakan dengan baik dan tersistematis. Mau tinggal di mana, apa alasannya tinggal di tempat tersebut, trus pendidikan anak-anak bagaimana, dana pendidikannya bagaimana. Gitu.

Cerita ini sayang kalau enggak dituliskan. Apalagi tempat makan yang nyaman dan fotoable seperti Rumah Air, Bogor. Jadi, untuk menyimpan foto-foto yang sebetulnya kabur, ditulislah di blog sini. Alasannya biar fotonya gak kececer kemana-mana.

Suatu siang di bulan Ramadhan (ya ampun lama banget itu?. ssssst.) kurang lebih pukul 10.00 suamiku mengajak aku dan anak-anak beli air mineral untuk bekal mudik lebaran, yang tinggal menghitung jari tanggan. Jadi, aku hanya memakai bergo dan pakaian a la kadarnya. Untungnya bukan pakaian tidur ya ;)

Aku juga enggak menyiapkan botol susu untuk Fira. Cuma ada baju ganti Fira dan jaket anak-anak di dalam mobil ;) Karena memang tujuan awalnya adalah beli air mineral sekalian test drive mobil yang baru on the road. ;)

Setelah membeli air mineral, suamiku mengajak test drivenya di sekitar Bintaro. Okey lah, kan enggak jauh dari rumah. Tiba-tiba setelah sholat dzuhur di Masjid Dinas Perhubungan Cikokol, suamiku berubah pikiran lagi. Ke Bogor yuk.

Selalu suka dengan langkah Fira


Mobil melaju ke Bogor tanpa masuk toll. Jadi bayangkan sendiri ya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Bogor dari Tangerang tanpa melewati jalan toll.

Nah, di perjalanan inilah baru ditetapkan tujuannya mau ke mana. Rumah Air, Bogor, tempat makan yang katanya banyak mainan anak-anak, seperti bebek-bebekan air. Tempat makan ini adalah rekomendasi dari adek iparku.

Memantau arah melalui google maps. Tetap konsentrasi karena perjalanan sudah begitu jauh dari rumah. Apalagi suamiku single driver dan dalam keadaan berpuasa. Suamiku nyantai mengendarai mobil, dengan alasan akan berbuka puasa di Rumah Air, Bogor saja.

Entah aku yang Oon, atau sign dari google map yang kurang detail untuk menunjukan di mana letak Rumah Air Bogor. Tapi suamiku tetap mengikuti arahan dari aku, aku yang membaca google maps tersebut.


Saat berada di Jalan Pahlawan, Google maps memberikan sign, sebentar lagi sampai. Tapi ketika mengikuti rute yang diberikan, kok jauh sekali enggak ketemu-ketemu. Sampai melewati jalan menanjak dan melewati pasar, melewati tempat makam pahlawan. Duh, nyasar enggak inih?

Ternyata nyasar teman-teman. Ketahuannya adalah, lah kok, ini jalan yang tadi? loh kok ke sini lagi? berarti tadi jalannya muter ;) Setelah itu, google maps dihandle oleh suamiku. Dan aku dinyatakan tidak lulus lagi membaca peta ;( Padahal gampang bangetkan, ngikutin google maps. πŸ˜•

Setelah google maps dihandle, baru dech terang seterang-terangnya di mana Rumah Air, Bogor berada. Jadi, dari arah Botani Square, menuju Jalan Pahlawan, seharusnya belok ke kakan. Tapi aku bablas wae.

Rumah Air Bogor ternyata deket sekali, lho kalau enggak nyasar, lalu aku, suami dan anak-anak tertawa cekikian. Enggak jadi balik kanan dan berhenti di tempat lain karena tanda-tanda adanya Rumah Air, Bogor sudah terlihat.

Rumah Air Bogor, Pilihan Makan di Saung


Rumah Air, Bogor terletak di dekat Hotel Aston dan berada di kawasan Bogor Nirwana  Residance. Tempatnya memang agak tidak kelihatan, kalau dari arah Hotel Aston. Setelah berputar balik, baru dech kelihatan Rumah Air, Bogor. Apalagi waktu bulan Ramadhan kemarin, ada banner yang mempromosikan menunya.

Areal parkirnya luas, tapi sebetulnya kalau membawa keluarga besar. Bisa masuk ke lobby terlebih dahulu, menurunkan penumpang dan baru memarkirkan kendaraan. Jadi,penumpang tidak perlu berjalan jauh dari areal parkir.

Jalan-jalan yang tidak direncanakan dan mendapati Rumah Air, yang fotoable ini. Jadi ngilu, karena hape suami low batt, hapeku low batt, gak bawa power bank, cuma dibantu colokan dari mobil saja, tapi enggak seberapa penuh πŸ˜’.

Baca Juga : Jual Power Bank Robot Keuntungannya Tinggi, Ini Alasannya

Turun dari mobil, anginnya kencang sekali. Alhamdulillahnya, jaket anak-anak ada di dalam mobil. Aku membawa baju ganti dan diapers Fira. Kemudian menuju meja resepsionis di depan. Alhamdulillah, masih ada yang available dan kebetulan adalah di Saung. πŸ˜™

Dari Saung, aku melihat ada tempat duduk di meja dan kursi. Ada danau buatan yang menjadi daya tarik keluarga yang membawa anak-anak. Yup, bebek bebekan air yang tadi kuceritakan di atas.

Setelah memesan menu, Faiz merengek minta naik bebek-bebekan air. Aku bujuk lebih baik, bermain yang lainnya, malah ngambek. Padahal di Rumah Air, ada kuda juga yang dapat dinaiki dan berkeliling di Rumah Air, ada balon air, ada becak-becakan dan ada apa lagi ya?



Daripada ngambek, aku ajak anak-anak naik bebek bebekan air dengan membayar 40.000 rupiah pada waktu itu. Gagal kostum di sini dimulai. Mengenakan rok jeans, membuat gerakan mengayuh bebek air menjadi tidak mudah. Faiz kuminta untuk mengayuh, bilang cape, aduh cape dech. Mana tangan juga dipakai untuk memegangi Fira yang pinginnya duduk di bibir bebek air. πŸ˜₯

Sebelum main bebek-bebekan air, aku sempat sholat Ashar di musholanya. Musholanya terletak di dekat areal parkir dan lumayan bersih. Tersedia mukena dan sarung, tapi tidak tersedia toilet.

Drama bebek air terus berlangsung selama 30 menit. Nabrak saung orang lah, maju tapi jadi mundur lah, mundur malah belok lah, susah banget euy menghandle bebek air. Karena saat berbelok ke kanan, malah handlenya dikiriin. Duh, lelah dech.

Menjelang adzan maghrib, langit mendung dengan kilat menyambar-nyambar hatiku. Jadi, berkat kilat dan mendung, Faiz rela menyudahi main bebek bebekan air. Padahal masih kepingin banget. No foto, bukan berarti hoax yes. Susah mengendalikan bebek air dengan memegangi balita.

Kembali ke Saung, abi tidur dengan nyenyaknya. Cape yay, perjalanan jauh dari Tangerang ke Bogor. Dan menu yang dipesan sudah datang. Ikan gurame bakar, cumi goreng tepung, tumis kangkung dan sambal beserta lalapannya yang bayar.

Look ikan bakarnya, semoga punya aku doang ya


Aku juga memesan takjil. Takjilnya bubur sumsum campur dan bubur sumsum saja. Tapi ternyata dari Rumah Air, sudah disiapkan takjil berupa kurma. 😊

Di Rumah Air juga dijual makanan ikan atau pelet. Biasanya ditawarkan untuk pengunjung yang berada di saung, karena memang paling gampang memberi makan dari saung. Faiz membeli dua bungkus seharga @10.000 rupiah.

Look, yang pegangin Fira dua orangπŸ˜€

Ayo kasih makan ikan ya, Nak


Sembari menunggu adzan maghrib, dihabiskan untuk menghambur-hamburkan makanan ikan, dan tertawa riang ketika ikan-ikan di kolam makan peletnya. πŸ˜‹

Hujan datang bersamaan dengan adzan maghrib. Jadi pelayan memberitahukan kepada semua pengunjung door to door yang berada di saung. Kasihan euy kehujanan. Jadi, kalau musim hujan, memang lebih baik memilih meja dan kursi yang berada di dalam restonya.

Tiba saat menyantap makanan yang dipesan. eng ing eng. Satu persatu.
Takjil seharga @15.000 rupiah untuk bubur sumsum dan bubur sumsum campur. Enak sekali, tapi bikin cepat kenyang.

Aaach foto di detik detik baterai habis ;)


Ikan gurame bakar. Entah karena pencahayaan yang redup, aku melihat ikan gurame bakarnya terlalu hitam. Jangan-jangan gosong, jangan-jangan pahit.

Cumi goreng tepung. Alot. Eh bahasa Indonesianya apa sich? susah untuk digigit atau memerlukan waktu penggigitan dan pengunyahan yang lama.

Tumis kangkung. Lebih enak masak sendiri, mungkin karena porsinya terlalu banyak.

Sambel dan lalapannya yang bayar, yaaaah enak-enak saja, standar rasa sambel.

Setelah makan dan ternyata hujan tidak kunjung turun, berada di dalam saung adalah hal yang sangat romantis. Apalagi anak-anak pada ngerti, kalau hujan, tetap berada di saung dengan duduk yang benar. Padahal emaknya yang takut anak-anak kecebur ajeh.

Kebetulan aku membawa payung, sendiri. Jadi, tidak perlu menunggu antrian peminjaman payung. Jadi masih dapat melaksanakan sholat maghrib.

Romantis di saat hujan turun


Toilet terletak di dalam resto, agak ke belakang tempatnya. So far, saat itu bersih loh, toiletnya.

Saat meminta bill, aku dan suamiku cukup terperangah. Setengah juta untuk membayar semua ituh? garuk garuk saung ;) tapi ya Alhamdulillah nikmatnya dapat berteduh di dalam saung dan menikmati sore hingga malam yang romantis. Anak anak bisa bermain bersama ikan-ikan. Semua bisa bercerita dan saling bercanda. πŸ˜‚

Pelayanan di Rumah Air, Bogor aku acungi jempol. Ramah-ramah semuanya loh. Apalagi mereka mau saja berlarian ke sana kemari dalam keadaan hujan. Mereka juga mengangkat-angkat pesanan untuk pengunjung dengan memakai payung. Salut dech. 😍

Menikmati angin yang semilir, mengantarkan aku pada sebuah kebahagiaan. Kebahagian yang bisa bermacam-macam jenisnya. Angin memang kadang memberikan kesejukan, tapi kadang membawa cerita lain.

Angin jua lah yang sering dicari orang-orang, yang katanya pingin jalan-jalan, bilangnya cari angin. Let's say, Mbak Ade Anita. Memiliki blog berjudul Cari Angin yang menuliskan banyak bagian perjalanannya tentang jalan-jalan dan oleh-oleh.

Dari blog Cari Angin-nya tersebut, teman-teman juga bisa menemukan kemana saja sich, Mbak Ade pernah pergi. Apa saja sich yang pernah Mbak Ade temui. Aaach pokoknya teman-teman kudu datang ke blognya, nanti bakalan enggak mau pulang loh. Karena, karenaaa...ada aktor korea yang ganteng loh... gih main ke blognya.

Mbak Ade, kalau cari angin ke Rumah Air di Bogor pada malam hari, jangan lupa ya jaket dan baju hangatnya. Dingin euy, apalagi saat hujan turun.

πŸ’“

Love Astin

14 comments:

  1. Aku juga pernah beberapa kali ke Bogor tanpa melewati tol Mbak Astin. Dan itu memang butuh perjuangan. Mudah-mudahan Fira tidak rewel ya :)

    ReplyDelete
  2. bubur sumsum, dung jadi kepengen deh

    ReplyDelete
  3. Setengah juta untuk itu mahal ya. Mestinya Rp 250 ribu itu maksimal, dam sudah termasuk main bebek air.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Entahlah, kaget juga kami. Plus nasi dan minum ituh ;)

      Delete
  4. Eaaaa makan sampai 500 rb. Aku belum pernah, mbaaa.. maksimal 200 rb sekeluarga hihihi.. tapi bagus sih tempatnya sekalian rekreasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Habis itu puasa makan di luar ;( hihiii bayar tempatnya y

      Delete
  5. Tempatnya cakeeeep.. Romantis memang yaaa mba

    ReplyDelete
  6. romantis bangeet, pengen kesana tapi aku masih bujang hahahah

    ReplyDelete
  7. Wihh, sedap banget tuh ikan bakarnya!

    ReplyDelete
  8. makan diiringi hujan pasti lebih lahap yah Mba Astin :)

    ReplyDelete
  9. temoat makan + ada wahana bermainya ya bikin pengunjung betah bgt

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih