Friday 27 January 2017

Makan Siang Enak di Waroeng Sunda Serpong, Tangerang

Hari Minggu kemarin, aku mengajak suami dan anak-anak jalan-jalan ke luar rumah. Jalan-jalan tapi pakai acara pakai baju pergi sama naik mobil. Jalan-jalan macam apa ini?. Sebetulnya aku pingin nyari tempat makan yang nyaman dan enak. Nyaman untuk anak-anak berlarian ke mana-mana. Pinginnya jalan yang jauh seperti ke Cibodas. Tapi, akhirnya setelah di jalan, aku dan suami memutuskan makan di Waroeng Sunda, Serpong.

Gak banget jalan-jalan cuma makan di sekitaran rumah ya. Itu karena anak-anak sekarang pada jadi anak rumahan. Pinginnya di rumah saja, nonton YouTube sembari laying on the bed. Jadi, kruang lebih dua puluh menit dengan jalan nyantai, sampailah di Waroeng Sunda, Serpong.

Komentar pertama saat memasuki parkiran Waroeng Sunda adalah, akhirnya bisa makan di sini. Bulan Ramadhan tahun kemarin, pingin banget makan di sini. Selalu enggak dapat, padahal reservasi lewat telepon. Memang benar, satu jam sebelum waktu berbuka puasa, parkiran Waroeng Sunda sudah penuh.

Ini adalah kali pertama aku datang ke Waroeng Sunda, setelah mupeng terlalu lama, karena sering banget lewat Jalan Raya Serpong. Ada pilihan tempat duduk yang ditawarkan. Ruangan ber AC dengan meja dan kursi kayu. Ada juga lesehan saung di atas kolam ikan. Ada lesehan besar di sebuah ruangan beratap yang sangat luas.

Beruntung aku mendapatkan tempat di lesehan saung. Saat aku baru duduk, dua saung terakhir langung ditempati. Selanjutnya ada keluarga yang datang, langsung baper kepingin duduk di lesehan. Ada 5 saung kecil yang dilengkapi kipas angin, obat nyamuk listrik, meja serta alas duduk.



Ngejar Fira yang mau main air


Suamiku mengawali pesanan dengan Ikan Gurame Bakar yang digoreng terlebih dahulu. Kemudian disusul Ikan Patin Fillet yang menjadi menu paling favorite di sini. Cah kangkung seperti biasa, pete goreng, sayur asem, udang bakar es jeruk kelapa, teh tawar dan es Waroeng Sunda. Disusul pesanan rujak potong, karena aku kepingin rujak. Semua menu tadi, enggak pakai cabe, supaya anak-anak kalau pingin cicip, enggak kepedesan.

Sembari menunggu pesanan datang, aku dan anak-anak bermain di tengah arena Waroeng Sunda. Ada becak mini up to 45 kg, jadi aku enggak bisa naik yes. Ada kuda-kudaan dari kayu, ada angklung yang bisa dimainkan oleh anak-anak. Ada ayunan kayu dan ada lahan luas untuk anak-anak berlarian.

Fira jatuh nih di kuda-kudaan ini

Angklung


Setelah semua pesanan datang, aku mengambil lalapan dan sambel yang beraneka macam di bagian depan Waroeng Sunda. Pilihannya ada sambel dadak, sambal mangga, sambal dabu-dabu, sambal kecap dan sambal kalasan. Lalapannya juga lengkap, ada timun, ada daun pok pohan, ada labu siam kecil dan daun-daunan.



Kebiasaan aku dan suami sampai sekarang kalau makan di luar rumah masih sama. Makannya gantian. Aku selalu persilahkan suamiku duluan yang makan, karena beliau makannya cepet. Lah, kalau aku duluan yang makan, kasihan suamiku yang menungggu aku. Aku makannya lelet, jadi aku slealu terakhir.

Sembari menemani Fira bermain dan mengeksplorasi Waroeng Sunda. Lelarian dengan tujuan selalu wastafel. Tarik keran, mainan air sebentar, ambil tissue, buang ke tempat sampah. Selalu begitu, aku hitung sampai 5 kali bolak balik. Malu? iya banget dong, emaknya. Kalau dilarang, Fira bakalan lari sendiri ke sana. Itu dramanya, biar jadi cerita ke Fira nanti.

Faiz menjadi penunggu becak mini


Faiz lain lagi ceritanya. Setelah bermain kuda-kudaan kayu, Faiz mengambil becak mini yang agak besar. Gimana sich Tin, mini tapi agak besar? lupakan. Sejak awal melajukan becak mini tadi, sampai giliran aku makan, anak ini enggak mau melepaskan becak mini ke pengunjung lain yang ingin bermain dengan becak mini. Segala jeruk kelapa di bawa ke becak. Makan juga maunya disuapin ke becak. Huaaaa, besok besar, kalau aku ceritain pasti akan malu, nih anak.

Baiklah, sekarang cerita tentang menu yang telah aku pesan ya.
 
Ikan Gurame Bakar. Sebelumnya aku berkali-kali bilang engak mau ikan gurame ke suami. Tapi sepertinya, ada hal-hal yang kurang lengkap buat suamiku kalau si gurame ini enggak ada. Jadi, ya bolehlah. Dengan pilihan digoreng terlebih dulu, baru digoreng. Rasanya cukup lembut, empuk dan menurut aku, bumbunya kurang nendang. Mungkin memang harus dimakan dengan sambal kecap atau sambal yang lainnya.

Hm..


Sayangnya, aku kekenyangan menghabiskan menu lain, sampai aku angkat tangan ke pelayan. Minta tolong Ikan Gurame Bakar ini dibungkus untuk dibawa pulang. Dipatok harga 72.000 per 6 ons, Ikan Gurame Bakar ini,  buat aku pilihan ke sekian, yang akan dipesan di sini.

Ikan Patin Fillet. Saat aku duduk untuk makan, suamiku memberikan aku sepotong ikan patin fillet. Suamiku bilang ini enak banget. Rekomendasi dari pelayanannya. Aku icip tanpa sambal apapun, rasa bumbunya kerasa banget. Dagingnya empuk trus enggak rasa ikan. ?????? Astin, please. Aku sampai tanya ke suami,loh. Ikan patinnya masih ada enggak? ternyata habis sodara-sodara. And ini adalah menu pertama yang akan aku pesan di sini, saat kali ke dua ke Waroeng Sunda.

Cobain yang ini


Harga yang diberikan juga cukup masuk akal dengan rasa semewah restoran besar. Berapa harganya? untuk 6 ons dihargai 66.000 rupiah.

Pete goreng dan sayur asem. Semuanya dimakan oleh suamiku. Aku hanya melihat sisa-sisanya saja di meja. Harga pete goreng satu helai itu dihargai 10.000. Untuk sayur asem dengan mangkuk kecil banget dihargai 8000 rupiah dengan rasa yang biasa-biasa saja.

Pete goreng dan sayur asem


Cah Kangkung. Sengaja memesan cah kangkung bawang putih tanpa rasa pedas, karena Faiz doyan kangkung. Rasa kuahnya enak banget, lalu aku coba kangkungnya, heeeem...enak banget, sayang enggak pedes, kalau pedes mungkin rasanya lebih keluar lagi. Aku menyantap cah kangkung ini menggunakan sambal mangga. Rasanya makin keluar dan pingin tambah lagi. Satu porsi dihargai 20.000 rupiah.

Yummy


Udang Pacet Bakar. Pilihan menu ini, karena aku bosen memesan cumi goreng tepung. Tadinya pingin udang goreng yang special, tapi suamiku menyarankan dicoba yang bakar. Satu porsi isinya 6 ekor udang yang tampilanya enggak banget, menurut aku. Nasib udang bakarnya sama dengan nasib si ikan gurame. Aku minta dibungkus saja, tinggal 4 sich, 2 dimakan suamiku. Saat dimakan di rumah, rasanya bikin aku bilang ini enak banget. 

Dengan harga per porsi 70.000 rupiah, rasa udang pacet bakar, meksipun tanpa sambal, menggoda imanku untuk ajak suamiku, ke sini lagi. Faiz juga suka udang pacet bakar ini, sayang cuma tinggal 4 ekor doang.

Es Waroeng Sunda. Isinya banyak sekali. Ada buah alpukat, kolang kaling, beberapa lembar tepung selendang mayang, nangka, tape ketan, tape singkong dipadu dengan santan dan gula merah bikin perut langsung penuh. Harga Es Warsun ini 22.000 rupiah. Bagaimana rasanya, jempol sekali untuk yang doyan tape dan ingin menemukan rasa yang lain daripada biasanya.

Es Waroeng Sunda


Rujak Potong. Seharusnya aku membuat permintaan buah apa saja yang aku inginkan. Jadi enggak mubasir. Aku kurang suka ubi jalar sama pepaya setegnah matang. Jadi buah yang aku makan cuma jambu merah, mangga, ketimun dan bengkoang saja. Bumbu kacangnya enak banget, aku sampai minum tuh kuah rujaknya. Karena lagi-lagi enggak pedes, aku masukkan sambel rujak ke dalam rujak potongku. Harga perporsi 15.000 rupiah, sudah bikin perut dan pikiran nyaman. Porsinya terlalu sedikit menurut aku, coba buahnya dibanyakin, hehee.

Bumbu rujaknya menggoda banget


Untuk nasinya dihitung satuan meskipun dalam bakul. Harga nasi putih 7000 per porsi, es jeruk kelapa per gelasnya 20.000 dan teh tawarnya 5.000 rupiah. Mahal ya? es jeruknya top kata Faiz dan Fira. Menurut aku jeruknya terlalu asem, hehe.

Waroeng Sunda dilengkapi mushola juga loh. Namun memang tempat parkirnya terlalu sempit. Sewaktu aku pulang, parkirnya sampai ke jalan. So far, rasa makanan di Waroeng Sunda ada yang memuaskan ada juga yang aku dan suami kurang cocok.

Bagaimana menurut teman-teman? sudah ada yang pernah makan di Waroeng Sunda Serpong? ajak aku ya, kalau mau mampir ke sana.


Waroeng Sunda Serpong

Jln. Raya Serpong Km. 8
Tlp. (021) 53157976
Serpong Tangerang

24 comments:

  1. woww.... rujaknya dadah2... :) saya tuh suka sama tempat makan sunda, mungkin memang masakan sunda sudah melekat di lidah saya :)

    ReplyDelete
  2. Selain saya, siapa lagi yang baca postingan ini sambil ngelap iler?

    ReplyDelete
  3. Aduuh rujaknya bikin mupeng mbaaa...seger banget kayanya yaaa. Salam kenal ya mbaa

    ReplyDelete
  4. Duh, sambel sama rujaknya bikin perut mendadak laper :3

    Salam,
    Rasya

    ReplyDelete
  5. aku ngeceeees, haha.. duh duh, sayur asem, sambal mangga, rujak, gurame.. slruup.. lapaaar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sambal mangganya enaaaak, rujak apalagi, guramenyaaaa standaaar, ikan patinnya booo, enak

      Delete
  6. Waaah ngiler banget mba liat gurame sama rujaknya.. Udah lama ga makan di warung sunda nihh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk makan lagi, cari sambel rujak ama gurame, enaaak dech

      Delete
  7. unik, ada kuda2an dan angklung yg bisa dimainkan oleh pengunjung :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kuda kudaan dari kayu dan angklungnyaaa bikin suasana jadi khas di pedesaan banget kalau dimainkan

      Delete
  8. yaa ampuunnn...rujaknya itu loh mbak....sangat menggoda...

    ReplyDelete
  9. saya prnh makan di sini mbak aduhh sambelnya emang endes pedesnya nampol

    ReplyDelete
    Replies
    1. banget ya, Mbak. Aku suka banget, pantesan ruamee

      Delete
  10. Aduh, aku selalu meleleh kalau lihat masakan sunda. Apa aja enak, apalagi kalau sambelnya nampol

    ReplyDelete
    Replies
    1. masakan sunda tuh seger dan pasti ada sambelnyaa yang beraneka macam

      Delete
  11. fav bnget ini, pagi2 dah ngileerr. mau rujaaak

    ReplyDelete
  12. Paling senang kalau ke resto Sunda yang saung2 gini. Ada tempat main anak2 juga ya, jadi betah deh Abang Faiz dan adek :D

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih