Monday 5 February 2018

Melupakan Masalah Semudah Menghapus Tulisan di Pasir

[Life and Love]

Dalam setiap perannya, manusia selalu mendapatkan sebuah masalah. Masalah bisa kecil bisa besar tergantung manusia tersebut menyikapinya. Ada yang menganggap masalah sepele dengan mengacuhkan masalah tersebut, toh nanti juga lupa, nanti juga hilang, nanti juga selesai. Ada juga yang menganggap apabila mendapat sebuah masalah seperti ketiban durian runtuh selangit, berat banget dan ingin semua orang tahu, kalau dia sedang mendapatkan masalah.

Masalah bisa muncul dari mana saja, bisa dari diri sendiri, bisa dari pasangan terdekat, bisa dari orang lain, bisa dari sebuah benda di dekat maupun di sekelilingnya. Lucu juga ya, masalah bisa datang dari diri sendiri, dan penyelesaiannya harus dari diri sendiri mungkin bisa juga dibantu oleh orang lain. 

Foto www.pexels.com


Masalah dengan pasangan atau orang lain, hal ini lebih kompleks, penyelesaiannya harus benar-benar selesai untuk kelangsungan kehidupan yang nyaman. Masalah dengan benda di sekelilingnya? saya nich sering mengalami, mesin cuci rusak, kesal, marah, padahal mesin cuci mah tidak punya salah, yang salah ya orang yang menggunakannya. Penyelesaiannya balik lagi kepada diri sendiri dengan bantuan tukang service.




Masalah-masalah di atas dapat dihindari atau diminimalkan kemunculannya, terutama masalah dengan pasangan/ orang lain. Bagaimana caranya? setiap orang hidup, pasti selalu memiliki masalah. Benar juga, tapi kan kembali lagi, bagaimana menyikapi masalah tersebut. Ada loh, orang yang tidak terlihat memiliki masalah baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Hidupnya bahagia, nyaman dan terlihat lebih sehat karena tidak pernah menyimpan masalah.

Saya sendiri masih sering menganggap bahwa apa yang membuat saya marah, saya kesal, saya sedih, saya menangis adalah masalah. Inginkan saat memiliki masalah, tidak sampai terlihat oleh orang lain. Perjuangan keras menyikapi masalah yang ada, tapi tidak ditunjukan dengan mata sembab, mulut ngomel,mengeluh atau sampai menuliskannya di sosial media.

Sampai hari ini saya harus lebih banyak belajar untuk menyikapi masalah-masalah yang datang dan menghilangkan rasa bahagia dan rasa nyaman dari diri saya. Ada rasa tidak nyaman pada diri saya, saat sedang dilanda rasa yang tidak menyenangkan akibat sebuah masalah. Bener dech, saat sedang marah, boro-boro mau ngobrol, senyum dan bersenandung saja tidak bisa, iya kan.  

Oleh karena itu, saya mencoba untuk berdamai dengan diri sendiri dalam menyikapi sebuah masalah. Tujuannya saya ingin hidup ini lebih nyaman, lebih bahagia, lebih ceria dan supaya tidak terjadi kebencian satu sama lain. Saya tidak ingin membenci orang dan saya juga tidak ingin dibenci oleh orang, rugi bok.

Beberapa hal berikut ini, terus saya coba supaya saat menghadapi masalah, hidup saya enggak buruk-buruk amat :

1| Menyadari Siapa Saya


Huft kadang saya tidak menyadari siapa saya. Mau marah pada siapa saja tanpa menyadari lawannya. Contohnya marah ke orang tua karena tidak diberi uang jajan (ini waktu jaman sekolah ya). Apalagi saya terus menerus marah kepada orang tua, karena tidak diberi uang jajan, siapa hayo yang mendoakan saya dalam setiap sujud dan doanya? rugiloh marah atau membuat masalah kepada orang tua. 

Dan cara saya menyadari siapa saya, juga berlaku apabila mendapati masalah dengan pasangan, dengan tetangga, bahkan dengan anak sendiri. 

2| Prioritaskan Istighfar daripada Berbicara


Saat sedang mengahdapai masalah, ada beberapa orang yang ingin langsung mengeluarkan amsalah tersebut untuk diceritakan kepada orang lain. Biar plog gitu, emang sich benar, rasanya ada yang hilang saat sudah dicurhatin ke orang lain.

Tapi, resikonya lebih besar loh, apabila orang yang sedang bermasalah dengan saya, tidak suka masalahnya diketahui oleh orang lain. Dalam kondisi marah, apa saja bisa keluar dari hati, mulut dan hal-hal yang sebetulnya bukan masalah bisa jadi ikut keluar, bocor dech.

Contohnya marah kepada anak karena tidak mau mandi. Saat berhadapan dengan anak, ada saja yang diucapkan, "ini gimana sich, kok belum mandi, mau mandi jam berapa? dari tadi sudah disuruh mandi enggak mau, mau nurut sama siapa? udah enggak mau makan sayur bikinan ibu, udah bangun siang tadi, sekolah jadi telat, pasti nanti ibu, yang dimarahi buguru." Nah kan, keluar semua, padahal yang membuat marah adalah anak tidak mau mandi.

Saya lebih suka mencotohkan terlebih dulu, anak enggak mau mandi, saya mandi duluan, masih belum mau mandi, beri afirmasi positif, "Nak, mandi itu seger, loh, lihat deh ibu sudah mandi, sudah segar, mau ngapa-ngapain enak, mau pergi, sudah mandi juga enggak malu." Masih susah juga, istighfar.

3| Diam atau Melakukan Pekerjaan Bermanfaat


Pertemanan lebih sering diterpa masalah. Kadang hal sepele bisa menjadi sebuah masalah. Contohnya Mawar mengirimkan chat di WAG memberi komentar dari chat Melati. Oleh Melati, Chat Mawar sama sekali tidak direspon, tiba-tiba Lily mengirim chat yang berbeda, Melati merespon dengan hangat. Mawar marah? salahkah?

Kembali ke point 2 tadi, menyadari siapa saya, atau mungkin ada kalimat Mawar yang kurang berkenan. Lebih baik diam, daripada mencari hal yang merusak suasana sehingga terjadi masalah kan? Saya saja kalau jadi mawar bakal marah, bakal kesel, bakal mempertanyakan kepada Melati. Tapi yaa sudahlah, mungkin saya yang salah, jadi perlu adanya introspeksi dengan diam terlebih dahulu atau melakukan pekerjaan bermanfaat lainnya, dengan membalas chat Lily juga, kan. Kenapa contohnya chat di WAG? enggak ada ide, gak pernah ada masalah, haiyaaa. 


4| Menulis di Kertas, Bakar dan Lupakan


Melupakan masalah memang tidak semudah menghapus tulisan di pasir. Kalau begitu tulislah masalah di kantor yang bikin kesel, bikin marah, bikin pingin resign tapi enggak boleh, dengan menuliskan di sebuah kertas. Sudah ditulis semua? bener? cek kembali, dan tulis semua hal yang membuat kesal dan menjadi masalah di tempat kerja.

cara berdamai degnan diri sendiri
Menghapus tulisan di pair dengan riak ombak (foto pribadi)


Setelah menuliskan semua hal yang membuat kesal, sobek-sobek kertas tersebut, ambil korek api dan bakar kertas tersebut. Tidak perlu menggunakan bensin atau minyak tanah, tak perlu se-ekstrim itu ya. Setelah kertas tersebut dibakar, tanamkan di dalam diri dan hati, bahwa apa yang membuat kesal, marah dan kurang nyaman sudah hilang, sudah lupa dengan hal tersebut, tarik nafas dan senyum.


5| Mengubah Pola Pikir


Enak bener ya, dia sudah membuat saya kesal, membuat saya marah dan semua itu salahnya dia, dia yang salah, tapi dia enggak mau mengerti keadaan dan sok engak ngerti kalau hal tersebut salah dan menyakitkan.

Susah sekali ya, apabila sudah memiliki pikiran seperti itu. Rasanya ingin sekali melabrak orang itu supaya dia ngerti, bahwa apa yang dilakukan itu salah. Tapi apakah cara tersebut bijak? baik untuk remaja, untuk orang dewasa, orang berpendidikan, orang yang dikagumi masyarakat? tentu tidak kan. 

Lebih baik mengubah pola pikir yang dimiliki. Susah euy mau kasih contoh. Intinya apapun hal yang membuat kesal, marah, tidak nyaman dalam kehidupan, ubah pola pikir dari menyebalkan, menyakitkan menjadi semua adalah pembelajaran. Bagaimana saya harus lebih baik dari dia, supaya hidup saya lebih bahagia dan nyaman. Kalau saya kesal, marah dan enggak nyaman, yang rugi saya yang senang, dia. Jadi, lebih baik saya juga senang saja dong, atas apa yang dia perbuat. Ehem.

Nah, empat hal di atas yang harus terus saya terapkan dalam hidup saat menghadapi hal-hal yang membuat rasa kesal, marah dan tidak nyaman muncul. Kalaupun saya belum dapat menyikapi dengan bijak, mohon doanya ya, teman-teman. Boleh juga loh, teman-teman menambahkan supaya saya juga dapat ilmu lagi, terima kasih. 

26 comments:

  1. Insight yang sangat menarik mba
    Thanks for sharing

    ReplyDelete
  2. Ulasan yang menarik, Mbak Astin!..
    Yang keempat mungkin saya lakukan zaman muda ketika masih membara emosi di dada hahaah..Kalau sekarang enggak lagi..
    Saya lebih banyak ke poin ke 3, lari ke pekerjaan yang bermanfaat, ngeblog misalnya #halah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, bloging membantu banget menyalurkan emosi ya, MBak

      Delete
  3. Poin 2 ini gampang diucapkan susah dijalankan
    PRIORITASKAN ISTIGHFAR DARIPADA BERBICARA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, kalau sudah bicara pas marah, apa saja bisa keluar. Meski yaaa butuh perjuangan untuk lepas dari itu semua, dan memilih diam dan beristighfar

      Delete
  4. Waaah positive vibe! Makasih mbak. Semua itu tergantung pada diri sendiri ya. Gimana cara kita menyikapi. :)

    ReplyDelete
  5. Amiin , Alhamdulillah ya kalo kita tahu bagaimana hal yang perlu dilakukan buat mendamaikan diri sendiri, insyaallah hidup ini happy.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaaaamin, semua orang pasti ingin terlihat bahagia kaaan. Saya juga suka lihat teteh Nchie nich yang selalu happy, kan happy nular happy too

      Delete
  6. Mba, beneran kalo curhat jangan ke teman. Sebaiknya dia, suatu saat bisa bocor juga. Teman juga manusia hehehe. Ke keluarga, buku diary atau di kertas lalu dibakar seperti kata mba tadi :D

    ReplyDelete
  7. Cara menyikapi terhadap sebuah masalah menjadi benang merah ya kak. Dan masalah adalah tahapan untuk menjadi kita lebih dewasa dalam menyikapi masalah ya kak. Nice post

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener, mimilih untuk dewasa atau lambat dewasa

      Delete
  8. Boleh dicoba ini yang nulis di kertas terus di bakar! Gak kepikiran loh mba. Klo emosi pikiran tiba2 buntu. Hixx

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya berkali-kali Mbak, seringnya sich dulu saat punya masalah di kantor. Karena emosi di kantor harus bener bener terkontrol, kalau tiba-tiba marah di kantor, gak baik kan.

      Delete
  9. Mengubah pola pikir itu yg sedikit sulit, tp pelan2 aku coba lakukan, mbak.

    Mbak, apa kabar? Kok aku kangen dirimua, yahhhh

    ReplyDelete
  10. Mengubah pola pikir, nah itu perlu banget, mbak. Saya mungkin lambat dalam hal ini, mungkin karena kerasnya ya kalo udah emosi. Yg penting dilembutin dulu pake stimulus yg bikin ketawa, bikin senyum2 sumringah biar jangan makin lama pola pikir yg salahnya. hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. pelan-pelan Mbak, awalnya saya juga orang keras, tapi lama lama lebih pilih untuk lebih bijak, eaaa,

      Delete
  11. Banyak Istigfar sangat berpengaruh untuk saya saat saya marah

    ReplyDelete
  12. Wow, ditulis dan dibakar, ya. Hmmm. Bagus juga. Aku gak pernah kepikiran itu.

    ReplyDelete
  13. Saya diajari suami untuk banyak-banyak istighfar supaya tidak ada celah untuk kesal dan sebagainya.
    Sulit sih tetapi harus berusaha...

    ReplyDelete
  14. Bener orang suka blg y mbak. Tulislah keburukan orang dipasir dan kebaikan dibatu. Supaya bisa tetap baik hubungan dengan sesama....

    ReplyDelete
  15. Iya ya kalau nggak segera melupakannya bisa-bisa kegiatan kita sekarang nggak kepegang.

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih