Monday 19 February 2018

Mendapat Julukan "Mbah-Mbah" Karena Segelas Kopi


[Life] : Kenangan Indah di Masa Kecil


Kenangan masa kecil. Menjadi anak nomer dua dari 3 bersaudara. Menjadi anak nomer dua yang hanya berjarak tidak sampai 1 tahun dengan sang adik. Menjadi anak nomer dua, saat ibu dan bapak sedang belajar menjadi orang tua yang baik. Menjadi anak nomer dua, ada banyak sekali peristiwa yang dapat dikenang. 

Mendapat Julukan "Mbah-Mbah" Karena Segelas Kopi


Masa kecilku, tinggal berjarak jauh dengan bapak, ibu dan ke-dua saudara-saudaraku. Saat itu, adik kecilku belum lahir. Jadi, menjadi anak nomer dua, adalah anak yang diminta bersabar. Anak tengah-tengah, dimohon mengerti, ada kakak yang butuh perhatian banyak dan ada adik baru yang perhatiannya harus dicurahkan lebih banyak lagi.


Masa Kecil Terpisah dari Keluarga


Saya tinggal bersama nenek dan kakek dari bapak. Entah alasan apa, yang membuat saya dititipkan di rumah nenek dan kakek. Mungkin karena saya anak yang paling imut dan lucu, nenek dan kakek ingin mengasuhku juga. Menurut cerita dari ibu, saya diasuh nenek dan kakek saat usiaku 1,5 tahun sampai 5 tahun. Lama juga ya.

Di rumah nenek dan kakek, tinggal juga dua orang adik bapak. Mereka adalah bibi dan paman yang sangat baik sekali. Mereka berdua sering bergantian menjagaku sepulang mereka beraktivitas. Saya masih ingat, saat itu bibi saya mengajar di sebuah sekolah di Banyumas. Ingatanku akan pamanku, rasanya agak buyar. Apakah paman sudah bekerja atau masih doyan main, saya lupa.

Apabila ditanya, kenangan indah masa kecilku itu apa? saya akan menjawab, kenangan masa kecilku banyak sekali. Mulai dari masa kecil di rumah nenek dan kakek sampai saat saya dijemput bapak dan adik laki-lakiku untuk pulang ke rumah. Semuanya terekam dengan baik. Tapi ada yang membuat saya menjadikan kenangan itu adalah kenangan indah.

Masa Kecil Bersama Bibi dan Paman


Masa kecilku paling banyak berada di rumah nenek dan kakek, (usiaku saatitu 1,5- 5 tahun)  Orang-orang yang sering menemani saya, nenek, kakek, paman dan bibi, serta keluarga bapak yang kadang mampir untuk menjenguk nenek dan kakek.

Duh, saat menuliskan ini, satu per satu peristiwa yang pernah terjadi di masa kecilku mulai berdatangan. Mereka menyapaku. Duh, merinding ya Allah. Semoga dilapangkan jalan kembali pada-Nya, aamin. 

Mungkin karena masa kecilku berada di rumah nenek dan kakek, jadi kenangan indah masa kecil dari rumah itu. Bersama bibi saya memiliki kenangan yang lucu. Bibi menunguku bangun tidur pagi, karena beliau ingin membawaku ke kantor barunya. Kantornya indah sekali, karena berada di dataran paling atas.

Pamanku suka minum kopi. Setiap waktu saya melihat paman menyeduh kopi di ruang makan. Satu per satu bagaimana cara membuat kopi, saya hafal di masa kecil itu. Saya suka melihat paman menyeduh kopi. Sampai suatu hari, saya membuat kopi untuk diri saya sendiri.

Naik Tangga Bambu dan Minum Kopi di Atas Atap Rumah


Rumah nenek dan kakek sangat luas. Halaman belakang adalah halaman yang paling nyaman untuk saya bermain. Sampai saya SMP, halaman belakang menjadi halaman yang menjadi saksi, saya pernah hujan-hujanan saat itu.

Dari atas atap, ada pot gantung yang berisi bunga-bunga. Saya masih ingat bentuk bunganya, tapi ndak tahu namanya, sedih. Saya paling senang, membawa tangga bambu yang biasa digunakan nenek untuk memanjat pohon kantil. Tangga bambu tersebut saya senderkan di atap rumah bagian belakang. Lalu, saya naik.



Suatu sore, saya membuat kopi dalam gelas bening. Lalu saya naik tangga bambu membawa serta gelas berisi kopi. Saya duduk persis di dekat atap rumah bagian belakang. Entahlah, apa saya bersenandung atau tidak. Saya dikagetkan oleh paman saya dari bawah.

Paman langsung nyeletuk, "Ada mbah-mbah naik tangga, nyerupit kopi nich, Mbah". Saya  hanya tertawa dan setelah itu lupa. Apa saya marah, apa saya tetap berada di tangga. Saya tidak ingat kelanjutan cerita tersebut.

Menjadi Kenangan Indah Masa Kecil


Beberapa kali saat ada paman, ada kopi, ada tangga, peristiwa itu selalu terkenang. Biasanya pamanlah yang pertama kali mengingatkanku akan kopi, tangga dan mbah-mbah. Ada banyak respon dari saya saat paman mengingatkanku.

Saat saya duduk di bangku SMP, respon saya agak kesel, malu dan kenapa saya suka kopi? dan seingat saya sampai SMA saya tidak pernah minum kopi. Mungkin keputusan saya tidak menyukai kopi saat itu, karena pernah diledek oleh paman.

Saat saya kuliah sampai sekarang, saat diingatkan akan kopi, tangga dan mbah-mbah, saya malah terbahak-bahak. Ya kali, usia dewasa saat ini, saya masih ngambek? Malah menjadi sumber ikatan yang kuat antar saudara. 

Jatuh Cinta dengan Orang yang Bukan Penyuka Kopi


Kebetulan atau tidak kebetulan, suamiku bukan seorang yang doyan ngopi. Awal-awal pernikahan, saya selalu menyediakan kopi, teh, gula pasir. Saya tidak pernah melihat dia ngopi saat bersama beliau. Tapi menyediakan kopi, teh dan gula, buat saya adalah standar persediaan di rumah tangga.

Sampai akhirnya, saya memberikan sewadah kopi kepada tetangga rumah petakan. Saya memberikannya lengkap dengan wadah tuperwarenya. Dalam pikiranku, wadahnya akan dibalikin, eh ternyata tidak, sampai saya pindah rumah. Sedih euy, oleh karena itu, kopi menjadi kenangan indah masa kecilku nih.

Tidak terbiasa membuatkan kopi buat suami, berimbas dech dengan pergaulan di kantor saat itu. Sebagai orang yang bisa dibilang single fighter di kantor cabang, saya tidak memiliki OB yang khusus di ruangan saya. pada suatu ketika, ada tamu atasan yang datang dan meminta dibuatin kopi. Ya ampun, hancur rasa kopiku. Sampai suatu kali, saya mengatakan sesungguhnya saya tidak pernah menyediakan segelas kopi untuk suami, Saya ndak tahu takaran gula dan kopi.

Kenangan indah masa kecil dengan kopi sampai sekarang masih terus menbuatku tertawa saat mengingatnya. Mungkin suatu hari nanti, anak-anakku akan tahu cerita ini. #posttematik KEB

19 comments:

  1. Jadi,dari kecil udah kenal kopi ya...sama,dulu mbahku sering bikin kopi,kadang minta incip hehe

    ReplyDelete
  2. Jadi,dari kecil udah kenal kopi ya...sama,dulu mbahku sering bikin kopi,kadang minta incip hehe

    ReplyDelete
  3. Saya dari kecil juga udah suka kopi wkwk, dari awal cuma nyobain sekarang jadi candu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sekarang saya enggak bisa minum kopi, kalaupun minum, itu beberapa sendok saja. kalau secangkir bakalan susah tidur

      Delete
  4. Hahaha, aku juga penggemar berat kopi nih :D

    ReplyDelete
  5. walah mbah-mbah ngopi diatas :D
    kok bisa mba kecil doyang kopi?aku aja klo dijejelin bapak katanya biar ga step emoh sangat menolak :p

    suamiku skrg doyan ngopi klo takaran sih sesuka hati dan tergantung mood mba klo lagi kesel kasi gulanya sedikit wkwkwk *jaharaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Suka ngelihat paman bikin kopi, euy. Trus kepingin kali yaaa, eh malah diledek mbah mbah

      Delete
  6. Kecil kecil udah ngopi niih, mbah kecil namanya ya ehhehe.

    Nasib tupperware nya beneran gak dibalikin ya mbak. Padahal buat emak2 itu ibarat emas :D

    ReplyDelete
  7. Hihihi.. Sama dong kecil2 suka ngopi��

    ReplyDelete
  8. Tulisannya sangat bagus mbah (eh, mba maksudnya), ngalir dan saya suka. Kalau misalkan buat novel, kayanya saya bakal beli deh.
    Oh ya, turut berduka untuk tupperware-nya yang hilang dan tak kembali lagi ya mba :)

    ReplyDelete
  9. Wah saya dl juga pengopi mbak, tpi sekrng pas sdh punya anak malah ga mau nyentuh kopi lagi.. Ga tau kenapa tb2 jd hilang kebiasaannya😝 hee..

    ReplyDelete
  10. Saya juga dulu tinggal sama nenek, Mbak.. mulai kelas 3SD. Tapi rumah nenek cuma sebelahan sama rumah bapak ibu..hehe.. jadi istilahnya numpang tidur doang kalo malam..xixixi..

    ReplyDelete
  11. Suamiku juga bukan penggemar kopi. Namun saya bisa membuat kopi, Saya ingat bagaimana almh ibu dulu mengajari membuat secangkir kopi panas untuk bapak. Tapi ternyata takaran membuat kopi ini bisa berbeda dengan orang lain. Seperti si mbak ART yang lebih suka bubuk kopi lebih banyak.

    ReplyDelete
  12. Aku bukan peminum kopi jg hehehe tp suami candu kopi. Jadi sejak awal dah tanya takarannya yg gimana, krn tiap orang kan beda2 kebiasaannya ...

    ReplyDelete
  13. Aku juga bukan pecandu kopi. Tapi sekarang jadi sering ngopi biar nggak ngantuk pas nemenin anak-anak. Tapi ngopinya harus sembunyi-sembunyi biar si abang nggak ikutan ngopi, soalnya dia bakal nggak tidur-tidur sepanjang hari, haha.

    ReplyDelete
  14. Wah, kenangan masa kecil, satu-satu juga menghampiri saat baca ini.
    Mandi di sungai, cari kayu ke hutan dan main alip cendong ketika terang bulan.

    Jadi terinspirasi...

    ReplyDelete
  15. Adik saya jg dulu wkt kecil dipanggil mbah krn suka ngopi hihihi

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih