Friday 1 June 2018

Tradisi Menikmati Sajian Khas Buka Puasa di Bulan Ramadan



[Lifestyle] : Tradisi Menikmati Sajian Buka Puasa

Alhamdulillah hari demi hari di bulan Ramadan dilalui dengan banyak cerita. Ada cerita yang membahagiakan dan ada cerita yang mengharuskan saya ngelus dada, nyesek tapi ya sudahlah. Alhamdulillah, saya dan keluarga juga diberikan kelancaran dan kemudahan untuk menyiapkan sajian khas buka puasa.

Teh manis poci dari Tegal ini rasanya nikmat sekali untuk buka puasa


Ramadan tahun ini, semakin semarak di rumah. Kakak Faiz sudah memahami makna puasa dan sudah menjalankan puasa satu hari penuh, meskipun pernah ndak sahur sampai berhari-hari. Yup, ndak sahur menjadi salah satu cerita yang membuat saya harus ngelus dada nyesek. Apalagi sampai berhari-hari dan berturut-turut.


Adik Azalia juga sudah tahu, apa itu puasa, sehingga ndak pernah memaksa kakak Faiz memakan apa yang sedang dia makan. Yah, meski ada saja hal-hal seru khas kakak dan adik. Ada kakaknya yang ndak ingin melihat adiknya makan di depannya. Ada adiknya yang meminta kakaknya sholat supaya mendapatkan pahala. 

Sajian Khas Buka Puasa


Saya dan keluarga memiliki tradisi buka puasa yang turun temurun. Tradisinya adalah menyiapkan sajian khas buka puasa dan bagaimana cara menikmatinya. Ibu saya selalu menyiapkan buka puasa dengan minuman hangat. Bisa berupa teh manis hangat atau bubur yang hangat. Sampai hari inipun, saya selalu menyiapkan teh manis hangat sebagai sajian khas untuk buka puasa.


Teh manis hangat dapat ditemani dengan takjil apapun. Bisa berupa kurma, bubur sumsum hangat, gorengan bikin sendiri, mie goreng dan sambal kacang yang juga dibuat dari dapur sendiri. Alhamdulillah, tahun ini, sebisa mungkin saya membuat takjil sendiri. Kalaupun ndak sempat memasak, seperti saat saya sakit kemarin, takjilnya berupa pudding instant yang saya beli bahannya baru saya bikin sendiri di rumah.


Tradisi Menikmati Sajian Buka Puasa


Tradisi menikmati sajian khas buka puasa juga saya dapat dari bapak dan ibu. Alhamdulillah suami juga memiliki tradisi yang sama, setelah menikmati teh manis dan sedikit takjil, didahulukan sholat maghrib. Menikmati makan berat bisa setelah sholat mahgrib atau sholat taraweh tergantung takjilnya. Kadang saya membuat takjil yang mengenyangkan atau ndak bisa diputus untuk makan berat. 


Nah itulah tradisi dan sajian khas buka bersama di keluarga saya. Bagaimana dengan keluarga teman-teman. Sejauh ini, hampir penghujung bulan Ramadan, saya dan keluarga baru buka bersama dengan tetangga di lingkungan rumah. Tempat pelaksanaannya di lapangan dekat rumah. Jadi, kalaupun di tempat buka bersama tidak ada teh manis hangat, saya dapat membuat dan membawanya sendiri di rumah. Karena bagaimanapun, sebuah tradisi dan kebiasaan sulit untuk digantikan, bukan begitu?

No comments:

Post a Comment

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih