Thursday 7 February 2019

Liburan Satu Hari di Yogyakarta, Membawa Kenangan Baru dan Membuang Kenangan Lama



[Jalan-Jalan] : Satu Hari di Yogyakarta


Tiga belas tahun sudah berlalu, kaki ini meninggalkan rutinitas dan semua yang ada di Yogyakarta. Saat itu, saya lebih memilih meninggalkan Kota Yogyakarta untuk menerima pekerjaan di Kota Jakarta. Diantarkan pelukan erat dan tangisan alamarhum Kakek, saya menumpang mobil travel bersama teman-teman. Gerimis sore hari, lambaian tangan untuk kota yang memberikan banyak sekali kenangan, pembelajaran, banyak cerita.

Jalan kaki menuju Alun-Alun Kidul, Yogyakarta



Awal merantau, mungkin pernah terbesit pikiran untuk liburan di  Yogyakarta. Kenyataannya, saya adalah orang paling "tega" meninggalkan kota yang penuh cerita suka dan duka. Selama itu pula, saya tidak pernah berencana ataupun menuliskan destinasi liburan ke Kota Yogyakarta. Pernah ingin liburan ke sana, tapi selalu gagal alias tidak jadi. Padahal kampung halaman saya dengan Yogyakarta tidak begitu jauh.

Singgah Satu Hari di Yogyakarta


Dua tahun yang lalu, libur lebaran tiba dan saya bersemangat sekali menyusun tujuan liburan. Meski begitu Kota Yogyakarta, bukan menjadi tujuan utama, karena hanya menjadi kota persinggahan. Kota persinggahan saat melakukan perjalanan pulang dari Cilacap menuju Tangerang. Rute liburan lebaran kala itu adalah dari Cilacap-Yogyakarta-Magelang-Semarang-Tangerang. 

Saya dan suami berusaha untuk merealisasikan untuk dapat singgah di Yogyakata, Magelang dan Semarang. Dengan waktu liburan yang tidak lama, saya dan suami harus benar-benar mengatur waktu. Agenda yang disusun hanya yang utama saja dan sangat diinginkan. Contohnya di Yogyakarta, tujuan utama adalah mengunjungi kakek, yang tinggal di Jalan Magelang. 

Perjalanan dari Cilacap menuju Yogyakarta dipilih pada siang setelah sholat dzuhur. Setelah semua acara kunjungan ke saudara dan bertemu saudara di Cilacap selesai. Perjalanan normal Cilacap menuju Yogyakarta, membutuhkan waktu 5-6 jam. Namun karena perjalanan ini, adalah perjalanan keluarga membawa anak-anak, jadi sering berhenti. Berhenti makan, istirahat dan memesan hotel untuk menginap di Kota Yogyakarta.

Suami meminta saya untuk mencari hotel unik, supaya terasakhas Yogyakarta. Saat dicari dan ketemu, lokasinya sangat jauh dan saya sudah tidak paham, ada di sudut daerah yang mana. Diskusi sampai panjang dan waktu tiga belas tahun sukses membuat saya lupa akan daerah-daerah di Yogyakarta. Padahal dulu, saya bisa dengan santai menjalankan sepeda motor ke penjuru Kota Yogyakarta. Gagaplah saya ditanya, ini daerah mana, ini dekat daerah mana.

Memesan Hotel Secara Online Lebih Mudah dan Memberi Banyak Informasi


Beruntung sekali, saat ini ada pegipegi, sebuah aplikasi yang dapat diinstall di smatphone saya. Sebuah aplikasi booking hotel secara online, yang memudahkan orang-orang seperti saya, yang membutuhkan booking hotel secara online dari mana saja. Untuk menggunakan aplikasi pegipegi ini sangat mudah dan semua pasti dapat melakukannya. 

Langkah pertama adalah mengintall aplikasi pegipegi, yang seperti gambar di bawah ini :



Explore easily with us ! Good travel deals  Get ready to be excited, itulah taggline yang diberikan pegipegi sesaat setelah saya install aplikasi pegipegi pada gawai.

Langkah ke-dua adalah saya diminta untuk registrasi. Pilihan untuk meregistrasi paling cepat dan mudah bagi saya adalah menggunakan alamat email. Setelah mengkonfirmasi akun pegipegi, baru dech, saya dapat mencari hotel yang diinginkan untuk menginap.



Salah satu hal yang paling saya suka dari aplikasi pegipegi ini adalah, fitur yang memberikan pilihan kepada saya, untuk mencari Hotel Dekat Tempat Populer di Jogja. Waaah, fitur ini beneran membuat saya memudahkan dalam menemukan hotel tempat menginap. Selain itu, setelah memilih satu hotel, akan tersedia informasi, lokasi yang dekat dengan hotel tersebut apa saja dan akses untuk menuju hotel yang dipilih.

Ada banyak pilihan pembayaran yang sangat memudahkan, bisa melalui Bank Tranfer, ATM Transfer, Account Virtual BCA, Indomaret dan ada lagi. Hal ini snagat memudahkan sekali, karena saya dan suami termasuk, orang yang memesan hotel saat dalam perjalanan. Jadi, sebelum sampai ke kota tujuan atau hotel yang dipilih, pesan terlebih dulu di jalan. Biasanya sich, memilih lokasi untuk berhenti yang dekat dengan ATM, supaya bisa langsung transfer. 

Merasa Tersesat di Yogyakarta


Perjalanan liburan ke Kota Yogyakarta menjadi perjalanan panjang untuk saya dan keluarga. Bukan karena kemacetan  libur lebaran, tapi dikarenakan sering berhenti dan jalanannya sangat tidak biasa, iya kan tidak pernah sama sekali ke Yogya. Perjalanan dua tahun lalu itu adalah perjalanan pertama untuk saya dan suami. Jadi, harap maklum kalau perjalanan yang ditempuh untuk sampai di Hotel tempat saya menginap adalah 9 jam. 

Suami memberikan kode untuk mencari jalan mencapai hotel di Jogja yang telah dipesan. Wah, ternyata sudah masuk Kota Yogyakarta dan saya sampai tidak mengenali. Jalan demi jalan, berkali-kali dilewati, atas saran digital maps. Mungkin karena malam hari ditambah beberapa penutupan jalan. Saya merasa tersesat di kota yang pernah saya jelajahi dengan sepeda motor. Wajar dong, sudah tiga belas tahun, tidak pernah singgah.

Alhamdulillah, sampai juga di hotel tempat menginap dalam keadaan lapar. Di jalanan memang banyak sekali makanan yang dijajakan, tapi sebelum menemukan hotel, rasanya saya belum nyaman untuk turun makan. Padahal dengan turun dari mobil, pandangan mata saya mampu mengenali lagi keadaan kota yang ramai  setiap hari ini. 

Sampai di kamar Zest Hotel, Yogyakarta

Fasilitas Zest Hotel, Yogyakarta

Membaca Harian Kedaulatan Rakyat di Lobby Zest Hotel, Yogyakarta


Pagi hari di Yogyakarta disambut udara yang sangat sejuk, setelah semalaman gerimis. Saya mengajak anak bungsu saya untuk turun ke lobby. Sejujurnya sich, saya ingin melihat posisi hotelnya berada di mana. Berada di halaman depan hotel, saya belum dapat menebak dengan benar. Ya sudahlah, mungkin memang saya harus sering-sering datang berlibur ke Yogyakarta.


Jalan-Jalan Satu Hari Di Yogyakarta


Destinasi pertama adalah Alun Alun Kidul. Mengapa Alun-Alun Kidul, karena diarahkan oleh peta dan tempat yang dulu sering saya lewati, tetapi tidak pernah berhenti untuk sekedar berlarian di rerumputannya. Nah, berhubung sekarang sudah membawa dua anak kecil, ada alasan untuk turun dan bermain di bawah pohon beringinnya.

Dulu hanya bisa memandang, sekarang bisa berada di bawah pohon beringin ini


Anak-anak senang dong, berlarian ke sana kemari sembari belanja mainan yang dijajakan di sana. Bukan anak-anak lagi kalau tidak membuat drama. Dua anak sekaligus menyuguhkan drama anak-anak yang orang tua harus pahami. Entah karena lelah, menginginkan sesuatu tetapi tidak dapat menjelaskan. Akhirnya saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya, rumah kakek.




Kakek sangat senang sekali dikunjungi cucu yang lebih memilih merantau ke Jakarta, dibandingkan tinggal di Yogyakarta. Sayapun sangat lega membawa anak-anak saya yang berarti cicit kakek di liburan lebaran, dua tahun lalu. Pertemuan tersebut adalah pertemuan terakhir dengan kakek, karena lima bulan kemudian, sebuah telepon dari ibu, mengabarkan berita duka cita, kakek telah tiada. Buat saya, menuliskan destinasi ke Yogyakarta dua tahun lalu, adalah pertanda bahwa kakek ingin dikunjungi.

Setelah dirasa cukup dan anak-anak memulai drama kembali karena kebosanan. Saya memutuskan untuk memberikan makanan kesukaan anak sulung saya, yaitu steak. Pilihannya adalah makan di Waroeng Steak and Shake di depan UGM. Sampai seorang teman memberikan komentar, jauh-jauh ke Yogyakarta, makannya Steak. Beda memang rasanya, mampir di Waroeng Steak di Tangerang dengan yang Yogyakarta. Meski makanannya sama, tapi rasa dan suasananya berbeda. Oke. 

Waroeng Steak di Jalan Colombo, Yogyakarta

Ada yang selalu kangen rasa steak di sini


Tiba-tiba waktu berlalu begitu cepat, saya masih memiliki janji temu dengan teman lama. Teman saya untungnya berbaik hati, mengajak ketemuan di jalur keberangkatan saya dari Yogyakarta ke Magelang. Kampung Flory di daerah Sleman, Yogyakarta menjadi pilihan untuk bertemu. Kampung Flory mengusung konsep, tempat untuk menjauh dari keramain, tempat makan dengan saung-saung, ada kolam-kolam ikan dan ada banyak sekali tanaman-tanaman yang bisa dibeli di sana.






Meski singgah sesaat membawa rindu di Kota Yogyakarta, perjalanan dua tahun lalu sangat berarti sekali bagi saya. Tiga belas tahun meninggalkan kota tersebut, dapat mengunjungi kakek dan bertemu teman lama serta belasan drama yang dibuat anak-anak, adalah kenangan yang menggantikan kenangan dulu yang sudah hilang. 

Sebelum meninggalkan Yogyakarta untuk menuju Magelang, terlebih dahulu memesan hotel secara online lagi. Sengaja memang tidak memesan hotel jauh-jauh hari, karena destinasi bisa saja berubah. Oleh karena itu, adanya aplikasi booking hotel online ini, sangat memudahkan untuk saya dan keluarga. Semoga akan ada rencana liburan lagi ke Yogyakarta lagi dalam waktu dekat.

4 comments:

  1. Banyak kenangan di Jogja. Apalagi jalan2 di Malioboro sambil dengerin lagu KLA. Jogjakarta.

    ReplyDelete
  2. kalau baca tulisan jogja saya selalu ingin kembali ke sana. meski hanya sebentar. kangen jogja.

    ReplyDelete
  3. liburan ke jogja kurang banget kalau cuma sehari aja

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih