Friday 21 December 2012

Inspirasi Lagu Iwan Fals Buat Ibuku

Aku ada karena Allah menitipkan benih didalam kandungan Ibuku. Berada sembilan bulan lebih bersama detak dan degub jantung serta irama gerakkannya yang terbiasa menahan beban melakukan aktifitas seperti biasa, hingga melahirkanku secara normal, mendekapku dalam pelukkannya, menyusuiku hingga aku mampu menatap bening matanya yang menyiratkan beribu arti, namun yang kupahami hanya satu : Ibuku sangat menyayangiku.

Bersama Ibuku memang terlalu sebentar, ketika berusia setahun aku telah memiliki seorang adik lelaki, perhatian terpecah akan kehadiran bayi lelaki, selama empat tahun tinggal bersama nenek serta bibiku mungkin suatu pilihan yang mendewasakanku.

Aku lima tahun berkumpul bersama Ibuku lagi, segala keperluan dan kebutuhanku dipersiapkan dengan rapi dan baik olehnya. Seragam sekolah dijahitnya sendiri, sebuah topi dari rajutan dikenakan padaku saat mengendari sebuah sepeda onthel menuju rumah sakit yang memakan waktu hingga dua jam, itu ketika aku berusia enam tahun.
Dok. Pribadi

Berpisah dengan Ibuku lagi saat pilihan menemani nenek  dan kakek yang ditinggal bibiku pindah ke Jakarta. Hanya doa serta rindu yang terukir menemani sepanjang masa ABGku di kota Purwokerto. Jarak tidaklah begitu jauh, aku masih bisa pulang kerumah Ibuku untuk menemui keluargaku dipenghujung minggu. Ibuku sangat paham apa yang selalu aku suka untuk disantap. Sebungkus "lothek" semacam pecel dan "dages goreng" orang Cilacap mungkin sangat familiar. Ibuku selalu membawakan hidangan itu di rumah.

Kembali masa SMUku bersama Ibuku yang dengan tulusnya mengurus kepindahan antar kabupaten. Beliaulah yang wira-wiri mengurus surat-surat kepindahan Ijazah SMP Kabupaten Purwokerto untuk mendaftar di SMU di Kabupaten Cilacap. My Hero's My Mom.

Masa selepas Kuliah, predikat My Hero's My Mom seharusnya dilengkapi dengan sebuah kabar pengumuman diterimanya aku setelah beliau menemaniku ujian di tahun 2004 sebagai karyawan di Sekertariat Kabinet. Ibuku menemaniku datang ke Ibu Kota Jakarta Raya ini dari mendaftar, daftar ulang serta mengikuti ujian dikala bulan Ramadhan.

Jalan yang pernah dilalui sepanjang jalan kaki Ibuku dan aku sekarang 2012 betapa sering aku lalui bersama keluarga baruku, suami dan anakku. Selalu yang kuingat perjuangan dan keihklasan Ibuku jalan kaki dari Silang Monas menuju Gedung Sekertaris Negara, yang kala itu sangat panas.

Ibuku tidak mengeluh kala itu, Ibuku tidak kecewa saat aku tidak lulus dalam ujian tersebut. Namun semua masih aku ingat sekali, aku masih mengukir itu sebagai bagian episode yang begitu indah.

Nanar aku, ketika aku belum sanggup memberikan apa yang Ibuku pantas untuk diterima. Tidak, Ibuku tidak pernah mengajariku ataupun meminta pendapatan dari hasil kerjaku. Ibuku tidak pernah nampak sekalipun bertanya "berapa gajimu??" yang Ibuku tanyakan "bagaimana kabarmu?" Saat aku rezeki yang berlebih dan kukabarkan untuk kukirim di rekening bapak, jawaban Ibuku dan Bapakku ada dua macam "Mba tanti sudah ada lebihnya?" kalau jawabannya memang iya akan ada pernyataan seperti ini "Bapak dan Ibu terima, namun bisa diambil ya mba"

Calon suami yang kupinta dari Allah adalah yang beriman, yang sayang kepada kedua orang tuaku. Alhamdulillah dan Inza Allah, saat kuperkenalkan Ibuku cocok dan tidak ada keraguan taupun pertanyaan yang mengiringi. My Mom's My Guide dalam prosesi pernikahanku menjadi seorang yang super sibuk. Dari awal beliau mempersiapkan segala sesuatunya sampai urusan souvenir Ibuku yang membuatnya sendiri dibantu tetangga sebelah. Sebuah tas mungil dari bahan berukuran kira-kira 20 cm diserut tali kur dipergunakan sebagai temapt snack.

Lovely Mom's My Mom, "Jangan pernah merepotkan Ibu Mertuamu mba, selagi kamu dan suamimu masih sanggup untuk mengatasi kerumitan dalam rumah tanggamu contohnya anak, kecuali darurat" Sebuah pesan yang memang sering sekali dicontohkan oleh Ibuku dalam hubungannya dengan Ibu mertuanya juga kepada bapakku.

"Ibu masih sanggup mba, nyuci baju kalian, walaupun bapak meminta biar anak-anak yang mencuci, namun tugas kalian belajar, belajarlah yang rajin, mainlah mengenal waktu. Ibu masih sanggup"

"Ibu tidak pernah meminta bapakmu menyapu rumah, belanja keperluan dapur yang kurang karena Ibu mau bapak juga yang mengurusi kalian, walaupun ada Nenekmu, posisikanlah Mertuamu sebagai Ibumu sendiri mba"

Ibu, betapa aku ini masih belum seperti ibu yang rela membuat jajanan dan dititipkan di kantin sekolahan untuk tambahan jajan kami, betapa aku belum sanggup membuatkan seragam sekolah untuk anakku, betapa aku belum bisa sepertimu yang murni sebagai Ibu Rumah Tangga dan mengurusi aku dan saudaraku.
Ibu, diusiamu yang sudah 63 tahun... Ibu masih saja aktif dalam berbagai kegiatan. Tupperwaremu yang kian luas jaringannya, ketrampilanmu membuat kerajian tangan seperti bros dan hiasan jilbab, souvenir dan yang lainnya. 

Terima kasihku takkan mungkin mengganti apapun yang telah kau berikan untuk menjagaku. Memberikanmu limpahan materipun belum bisa disamakan dengan pengorbananmu menggandungku sembilan bulan lebih.

Doa yang tulus, baktiku padamu serta berharap aku senantiasa bisa sepertimu semoga bisa membahagiakanmu Ibuku. 

Bu, makasih ya memahamiku selama ini, makasih untuk selalu ada dan selalu menguatkanku saat apapun, apalagi sewaktu suamiku sedang dirawat dirumah sakit "tanpa kehadiran fisikmu, jiwa dan suaramu selalu hadir menghapus air mataku", maafin tanti bu kadang membuat Ibu marah karena kelakukanku semasa kecil yang jarang mau disuruh mandi dan Ibu berlari-lari mengejarku.

Tiada harta yang cukup untuk membeli bahagiamu, Tiada ungkapan yang lebih berarti selalin senyum yang kulihat darimu mengetahuiku bahwa aku sangat menyayangimu dan aku selalu baik-baik saja untukmu.

Rindu dari anakmu yang berjarak jauh, hanya suara dari handphone yang selalu menghubungiku kudengar dan betapa aku sangat malu karena selalu Ibuku yang rajin meneleponku??? I Love My Mom
***
ribuan kilo jalan yang kau tempuh
lewati rintang untuk aku anakmu
ibuku sayang masih terus berjalan
walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
seperti udara kasih yang engkau berikan
tak mampu ku membalas, ibu… ibu…
ingin ku dekat dan menangis di pangkuanmu
sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
dengan apa membalas, ibu… ibu…
ribuan kilo jalan yang kau tempuh
lewati rintang untuk aku anakmu
ibuku sayang masih terus berjalan
walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
seperti udara kasih yang engkau berikan
tak mampu ku membalas, ibu… ibu…

2 comments:

  1. Semoga sang ibunda selalu diberi kesehatan dan keberkahan dalam hidupnya ya mbak! terharu bacanya :)

    ReplyDelete
  2. aamiin, makasih mba mayya. Terharu juga saat sore kemarin ibuku menelepon dan said : bagus banget mba, makasih ya...ternyata ibuku baca...
    "doa ibu membawaku selalu bersyukur"

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih