Saturday 6 April 2013

Ibu dan Bapakku

Ibu dan Bapak, ini ungkapan cinta dari anakmu,

Aku lahir dari seorang ibu, pada tanggal 4 April, 31 tahun yang lalu. Lahir setelah berada dalam rahim ibu, lebih dari sembilan bulan. Ketika aku belum pernah hamil, mungkin aku tidak pernah merasakan, bagaimana seorang ibu ketika mengandung. Ibu tak pernah merasakan lelah, pusing memikirkan bagaimana mendidikku. Tiga tahun yang lalu, posisi ibuku mengandung, aku alami. Subhanalloh, luar biasa. Aku tidak pernah mengucapkan "Bu, tanti sayang ibu", atau " I love You, Mom", yang sederhana saja..."Bu, tanti kangen, pingin ketemu". 

Tapi aku merasa bersyukur, aku masih bisa mendengar suara ibu, meskipun melalui handphone. Dan dari situlah, perasaan sayang yang tak pernah luntur, meskipun jarak terbentang. Tulisan ini, memang bukan sebagai pertanda aku sayang ibu. Namun, betapa leganya aku menulis ini, betapa nikmat sekali memberikan tulisan yang tulus buat ibuku.

Ibu dan Bapak, mendampingi aku wisuda


Aku tidak pernah, merasakan susahnya bapakku mencari uang. Betapa pusingnya bapak, ketika harus membagi uang, untuk kebutuhan kami sekeluarga. Bapak tidak pernah mengeluh, mencari uang itu susah. Bapak selalu memberikan kami pengertian, bahwa kebutuhan yang paling penting adalah, kesehatan, pendidikan, makan. Aku ingat betul, betapa bapak tidak pernah malu, pergi ke kantor naik bis, naik sepeda pernah, naik motor dan sekarang di hari tua bapak, Alhamdulillah, Allah memberikan rejeki, bapak bisa mengendarai mobil. Kini aku paham, ketika aku dipertemukan dengan masa ini. Masa ketika aku, harus membagi uang, untuk mencukupi kebutuhan kelaurga kecilku. Aku sangat merasakan, bagaimana pusingnya bapak kala itu, kala aku menyerahkan kertas SPP, ketika aku minta dibelkan kebutuhannku. Aku sekarang harus bersabar, sama sabarnya dengan bapakku kala itu untuk menunggu cukup uang, membeli sebuah rumah. 

Bapak seorang yang humoris buatku, bapak jarang sekali marah. Marahnya pun ada alasannya. Pak, aku tak pernah memijit kakimu yang lelah mencari nafkah. Bukan aku tak sayang bapak. Mulutku juga tak pernah mengeluarkan kalimat, "Bapak, tanti sayang Bapak". Kalimat selamat ualng tahun dari ujung handphone, itu yang sering aku sampaikan. 

***
Ibu dan bapakku

Ya, Allah...sayangilah Ibu dan bapakku, tanti sayang sama kalian berdua. Tanti sekarang paham bu, menjadi isteri, menjadi ibu, menjadi pengurus rumah tangga. Bapak juga, tanti sekarang paham sekali, bagaimana bapak menyayangi aku dan saudaraku. Tanpa uang, memang tidak mungkin. Tapi tanpa cinta, uang tak ada harganya juga. 

Ibu, Ibu, Ibu dan Bapak. Terima kasih menjadikan tanti ada, hingga sekarang...karena doa kalian, sehingga Allah memberikan tanti kesempatan menjadi seorang ibu, juga yang menjadi isteri dari abinya  anakku. Tanti sayang kalian, maaf jika sampai saat ini, masih merepotkan kalian. Harta berapapun, mungkin tak mampu membalas semuanya. Hanya bakti, cinta, sayang dan patuh serta senyum dari hati tanti, dipersembahkan untuk kalian. Tapi tanti punya cita-cita lho, bu, pak...kita berangkat umroh bersma ya, Inza Allah. Semoga, rencana berhaji ibu dan bapak, terlaksana, dipermudah dan senantiasa disayang Allah, aamiin.
***

“Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba “Ungkapkanlah Cintamu” pada blog senyumsyukurbahagia.blogspot.com, hidup bahagia dengan Senyum dan Syukur”

No comments:

Post a Comment

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih