Friday 10 May 2013

Perdarahan Rahim

Pada usiaku yang ke tiga puluh satu tahun lebih satu bulan, aku mengalami keadaan kewanitaan yang cukup membuat aku stress dan kebingungan sehingga tidak memiliki semangat untuk melakukan apapun. Rugi memang, namun ke depannya semoga tidak terjadi lagi yang namanya diagnosa sendiri, apalagi pergi ke dokter umum yang ikut menyesatkan.

Aku tidak sempat untuk berpikiran bahwa darah yang keluar itu masih darah menstruasi, karena setelah seminggu darah menstrusasi sudah berubah menjadi bercak. Aku pun bersuci dan shalat serta melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun beberapa hari setelah itu, keluar bercak darah lagi disertai dengan nyeri di perut kanan. Diagnosa sendiri muncul karena pernah memiliki riwayat sakit seperti ini, tetapi tanpa disertai keluarnya darah.

Satu minggu selepas aku bersuci, masih terdapat darah dan aku diajak ke dokter umum karena dokter obgyn tutup. Dokter umum tersebut menyatakan diagnosa yang sama persis seperti yang aku dan suamiku terka. Infeksi Saluran Kemih, diberi antibiotik, anti nyeri, cukup. Dua tiga hari keadaan tidak berubah, darah semakin banyak, panik tanpa aku berpikir itu darah menstruasi, aku pamit lebih awal dari kantor.

Sorenya aku ke dokter Obgyn dan meminta USG, cerita lengkapnya ada di sini dan baru sekarang sempat mencari informasi apa yang dikatakan oleh dokter. Disfunctional Uterine Bleeding (DUP) adalah perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam maupun di luar siklus menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (otak-indung telur-rahim) tanpa kelainan organ.

From Here

BAGAIMANA TERJADINYA

Secara garis besar, dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten).
Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.

Pada siklus ovulasi.
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.

Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.



FAKTOR PENYEBAB
Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB) belum diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain:

    * Kegemukan (obesitas)
    * Faktor kejiwaan
    * Alat kontrasepsi hormonal
    * Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)



P E N G O B A T A N
Setelah menegakkan diagnosa (diagnosis?, mohon koreksi) dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:

   1. Menghentikan perdarahan.
   2. Mengatur menstruasi agar kembali normal
   3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

Menghentikan perdarahan.
Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:

Kuret (curettage).
Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan tidak bagi wanita menikah tapi “belum sempat dicicipi”. *halah, mesum* (begini lho, misalnya sudah dijadwalkan menikah, ndilalah sebelum menikah koq ya datang menstruasi dan berkepanjangan. Apa ya rela dikerok pakai sendok istimewa eh kuret ding)

O b a t (medikamentosa)
1. Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.

Dosis dan cara pemberian:

    * Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.
    * Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)
    * Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari.

2. Obat Kombinasi
Obat golongan ini diberikan secara bertahap bila perdarahannya banyak, yakni 4×1 tablet selama 7-10 hari, kemudian dilanjutkan dengan dosis 1×1 tablet selama 3 hingga 6 siklus. *wuih, lamanya*

3. Golongan progesteron
Obat untuk jenis ini, antara lain:

    * Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7-10 hari.
    * Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.

Mengatur menstruasi agar kembali normal
Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian:
Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.

Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Yang ini, mau tidak mau nginap di Rumah Sakit atau klinik. Oya, hampir ketinggalan, sekedar diketahui, sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4 kantong darah. (Sumber dari )
Bersyukur, tidak terjadi gejala apapun yang tidak kami harapkan. Dari sini aku mulai berpikir untuk senantiasa berpikir positive terlebih dahulu kemudian berkonsultasi kepada ahli yang berkompeten. Sudah tiga hari aku terapi obat, semoga sesuai dengan analisa dokter, setelah minum dua sampai tiga kali, pendarahan akan berhenti dan siklus mentruasi tetap normal. Sekarang, aku bisa ketak ketik di komputer dan berkeliaran ke manapun tanpa rasa was-was dan berpikir macam-macam.

8 comments:

  1. cepat sehat mbak Asti,and keep be positiv thinking..:)

    ReplyDelete
  2. semoga lekas sehat kembali mbak Asti,and keep positiv thinking

    ReplyDelete
  3. Jangan terlalu dipikirkan, nanti stress malah bisa timbul gangguan yang lain.
    Syafakillah, mbak Astin.

    ReplyDelete
  4. Agak horor ya mbak kalo berhub sm darah, aplg urusannya rahim.. Tp tetap semangat ya mbak,
    Semoga semua baik2 saja..
    *hug*

    ReplyDelete
  5. Yang tidak menyebut nama, Mba enny, Bunda niken dan Mba Lisa...nuhun doanya. Sekarang aku sudah lebih nyaman dan tidak gusar. Alhamdulillah.

    ReplyDelete
  6. Mbak Astin kan begitu gemuk ya. Apa karena kecapekan.
    Semoga segera sehat kembali.
    Salam

    ReplyDelete
  7. Maksud saya mbak Astin nggak begitu gemuk, maaf salah ketik.

    ReplyDelete
  8. makasih mbak asti atas share ilmunya, ini jadi pengalaman berharga untuk saya.

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih