Thursday 13 June 2013

Sebuah Cerita Tentang Sampah

Aku membuang sampah setelah memasak menu sarapan pagi untuk dia, dia dia... Bak sampah dibuat di pojok depan rumah. Bentuknya kotak dan ada pintu yang tak berpintu. Setiap membuang sampah, masih rapi terlihat rapi. Kucing yang terasa menyium bau-bauan dari sampah, datang dan mengobrak-abrik sampah hingga berserakkan karena sang empunya sampah hanya memasak sayur asem.

Embak menyapu dan merapikan lagi, karena dehemanku *ciaaah. Perfect, rapi dan embahpun bercengkrama dengan sesamanya di depan rumah. Pak pemulung yang masih muda, menghujamkan aritnya ke sampah tak berdosa. Mencari barang-barang seperti aqua botol, botol bekas kecap, botol bekas sampho, tapi maaf, anda kurang beruntung. Sampho si empunya masih penuh. Sampah berserakan dan pemulung tak memperdulikannya.

Belum sempat embak mengambil sapu untuk merapikan artis yang meresahkanku datang. Tak tanggung-tanggung, dia membawa anaknya. Menghujamkan cakarnya, mulutnya hingga sampah bertaburan bak bawang goreng tabur di soto ayam. Kesabaranku habis, kututup pintu tak berpintu dengan triplek, belum satu hari...lenyap entah dijual berapa rupiah sekilo oleh pemulung. Nasib sampah, menumpuk, berserakan.
***
Dalam perjalanan menuju kantor, sampah mengusik irama pagiku. Mataku menangis menangkap betapa tidak berdosanya, penghuni kompleks melempari pinggir selokan dengan seplastik sampah *wuuuuz, jika tidak berdaya, sampah akan jatuh, ngelinding ke selokan. Telingaku nyaring mendengar lalat-lalat menari berkelak kelok di atas tumpukan sampah di pinggir jalan tikus yang kulewati. Gila, santai sekali orang-orang yang kutahu, mampu untuk membuat tong sampah menjadi tiga tempat, kering, basah, beling....huuuuh. 
Hidungku, mau enggak mau mengembang kempis dan menahan mual di perut ketika berhenti hendak berbelok ke kawasan pergudangan, tempatku bekerja. Truk sampah berhenti, mengambil ruas jalan dan mengambil sampah di bak sampah raksasa.  Hm...salahku kah ini? sampah-sampah itu sebetulnya berharga dan mampu untuk di daur ulang, yang basah dipisahkan, yang kering dipilah lagi, yang bisa membuat luka dipisahkan. Aku, bukan yang mengerti betul mengapa ada sampah, bagaimana itu sampah dan bisa apa dengan sampah. 

Untuk pemerintah, semoga ada penyuluhan untuk petugas kebersihan yang sangat mulia dengan mengurusi sampah-sampah itu. Indahkan, jika perjalanan tidak dihambat dengan sampah-sampah, eeeits...kalau di pusat kota, apakah ada sampah juga ya? 

Tempat Terindah,
13 Juni 2013


4 comments:

  1. Sampah, selama manusia masih hidup, sampah akan terus bertambah. Permasalahan kompleks karena terkait habbit. Kudu dimulai dari diri sendiri dengan langkah kecil. Bikin bak sampah pemilah sendiri di rumah. *tutup muka pake karung, karena saya juga bisanya ngomong doang* hihihi..

    ReplyDelete
  2. Kayaknya perlu dibuat semacam aturan main di perumahan mbak.. misal aturan berupa denda jika membuang sampah sembarangan.. Tentunya diawali dengan musyawarah dulu dengan semua warga. Sampah sebenarnya soal mental dan disiplin aja kok

    ReplyDelete
  3. masalah sampah ini selain petugas kebersihan juga harus didukung oleh smeua orang ya

    ReplyDelete
  4. sampah, satu masalah tak berkesudahan sepertinya ya mbak.. Setidaknya kita memulai di keluarga sendiri ya mbak.. Makasih mbak Astin, sudah diingatkan.. :-)

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih