Thursday 11 July 2013

Kenangan Ramadhanku

Marhaban ya Ramadhan, Alhamdulillah aku menjumpai bulan yang begitu indah, bulan di mana terdapat seribu bulan dan para pencari Tuhan berlomba-lomba untuk melaksanakan ibadah. 

Ramadhan kali ini, adalah kali ke empat aku bersama buah hatiku dan kali kelima bersama suamiku tercinta. Ramadhan dari tahun ke tahun sangatlah berbeda bagiku, entah situasinya, ceritanya, menunya hingga hinggar binggarnya.
 
Aku dan Kakaku, Ika.
Ingatanku akan Ramadhan adalah hinggar binggarnya. Hinggar bingar Ramadhan itu kurindukan di sini, kunanti di sini untukku kenalkan pada anakku, agar dia tahu betapa bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat berbeda diantara bulan-bulan yang lainnya.

Ramadhan itu menjadi tak lagi terulang saat ini, saat aku menatap buah hatiku, saat aku ingin anakku bangun sahur dan bergabung atau sedikit melongok ke luar rumah. Yup, di luar rumah anak-anak kecil hingga usia SMP berjalan kaki membawa obor dan melagukan nyayian untuk membangunkan sahur, like this 
" Sahur...sahur...dung dung dung!!! sahur...sahur!!"
Merdukan suaraku? heheee...biasanya anak-anak itu membawa panci, ember dan pentungan hingga terbentuk suara dung dung dung... . Ach...itu dulu, saat ini aku hanya mampu menceritakan kepada Faiz cerita Ramadhan ketika aku kecil, ketika aku masih berada di pedesaan nun jauh dari kotaku saat ini.

Aura wajahku akan berubah dari putih menjadi merah bersemu ketika teman-teman telah memanggilku dengan berlarian untuk pergi  ke mushola terdekat untuk mengaji ba'da Asyar. Tak ada lemah, letih, lapar yang ada tawa dan semangat untuk mengaji hingga waktu bedug Maghrib berkumandang. Tak ada BB, tak ada I Pad, tak ada PS 1,2,3 tak ada game di komputer untuk menunggu datangnya waktu berbuka puasa.

Alif laammim...
Al-Qur'an, turutan (sekarang diganti IQRO) dan hafalan surat-surat pendek serta cerita Nabi Allah yang menjadi waktu menunggu di mushola.  Aku rindu, aku kangen sekali akan Ramadhan itu, Ramadhan milikku ketika kecil, apakah masih ada? masih ada untuk diberikan pada anakku? hiks, semestinya aku mampu juga menghadirkannya di rumah, namun mengapa ada rengekan anakku untuk televisi? untuk game? untuk tablet?

Lantas? bagaimana aku saat ini? masihkah aku yang dulu berlarian menuju mushola kecil di sudut kampung? bergandengan tangan bersama teman-temanku membawa turutan dan mukena? tawa-tawa kecil teman-temanku tak saling membedakan apakah punya BB, apakah punya I Pad? huhuu...aku berteriak kencang

Aku rindu Ramadhanku, semoga Ramadhan yang baru dua hari ini mampu menghadirkan suasana Ramadhanku saat itu, saat aku masih tertawa manis berkerudung putih dan berbaju panjang milik ibuku yang berwarna cokelat bergambar keong kecil. Marhaban ya Ramadhan.

Saat aku kecil, ada di belahan desa kecil di Mertasinga, Cilacap Utara, Jawa Tengah bersama teman-teman kecilku yang masih kuingat. Ada Upik, Mas Nanang, Mba Windri, Mba Ikaku, Tanto,Duding...ach...kangen Ramadhan di waktu itu.

Ramadhan kecilku untuk cerita buat anakku

Salam
Astin

7 comments:

  1. selalu ada kenangan indah ramadhan saat kecil

    ReplyDelete
  2. Mba Lidya : iya Mak, indah dan beda dari sekarang

    ReplyDelete
  3. waaah kalau ramadhan waktu kecil malah suka main petasan, tapi yg kecil2 itu, gak kayak sekarang yang suaranya menggelegar :D

    ReplyDelete
  4. Jamannya memang berbeda. Suasana Ramadhan masa kanak-kanak kita (kitapun beda jaman ya, hehehe) memang terasa lebih indah.
    Tapi kita bisa buat suasana itu di rumah kita kok, mbak Astin. Ciptakan suasana rumah dengan aura Ramadhan.

    ReplyDelete
  5. selamat Ramadhan ya mak, mohon maaf lahir dan batin, siapa tahu ada chat atau tutur kata yang silap saat fbook dan ngeblog

    ReplyDelete
  6. Bener banget,,tiap ramadhan pasti punya kenangan tersendiri ^^

    ReplyDelete
  7. Ramadhan selalu meninggalkan jejak kenangan yang tak terlupa ya mak..

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih