Monday 26 August 2013

Idul Fitri 1434 H

Idul Fitri 1434 H telah menjadi cerita dalam rangkuman perjalanannya, ada tawa ada cerita dan ada hikmah. Alhamdulillah ada jodoh dan diberikan kemudahan melewatinya, mulai dari mendapatkan tiket mudik hingga pulang balik aku diberikan kekuatan oleh Allah.

Malam takbiran dilewati di rumah ibu mertua di Tanjung Priuk. Sebelumnya aku, abi dan Faiz istirahat sebentar di dekat pelabuhan Tanjung Priuk untuk makan malam. Hujan mengguyur dan Faiz sangat terkejut melihat teman makan kami juga kebanjiran.

Rumah nenek Faiz masih sepi, hanya Faiz yang membuat riweuh. Dari malam, aku ingin ke Islamic Center untuk shalat Idul Fitrinya, meskipun aku kebetulan sedang berhalangan namun aku ingin menyaksikan. Kemudian pagi hari tiba dengan indanhnya, membangunkan Faiz cukup lama, apalagi diminta mandi. #entahlah my boy suka nyeyak klo bobo di rumah neneknya.
 
Hanya aku, suami dan Faiz yang ke Islamic, ibu, aunty dan uncle ke masjid dekat rumah. Setelah shalat usai, suamiku mengajak pulang tanpa mengambil gambar-gambar, sayang sekaliiih. Next Post.
 
Tradisi sungkeman yang ada di rumah ibu dan bapakku, aku hadirkan dengan mengajak ibu mertua untuk duduk di kursi dan lalu suami, aku dan Faiz bergantian memohon maaf kepada ibu kemudian barulah dengan aunty dan uncle.
 
Saudara suami kemudian berdatangan dan menjadi ramailah rumah nenek, apalagi setelah sepupu Faiz Mayra dan Tio datang. Ada teriakan ada tangisan ada gandengan tangan...yeaaah begitulah anak-anak.

Lebaran hari kedua, 10 Agustus 2013. Pukul 07.00 aku, abi dan Faiz pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Cilacap. Ride by train in here, please. Ceritanya cari taksi blue bird di depan Islamic, tapi dapatnya taksi borongan gitu, keluar dech 100.000 idr from Lagoa to GAmbir dalam keadaan sepi di jalan.

Gambir to Cilacap by train, first time for us mudik by train. Sungguh sangat menyenangkan, abi yang baisa stress mengemudi selama mudik dan macet, bisa bobo nyenyak dan isirahat. Tiba di Cilacap, akung dan uti menjemput bersama om Anang, te Lastri dan Ivander. Kira-kira pukul 17.30 pm menghirup udara di Gumilir dan bertemu adik lelaki kecilku, Afif.
 
Hari pertama di rumah Cilacap untuk abi dan Faiz berkebun, kemudian menjemput kakak perempuanku yang tinggal di daerah Ciporos, kira-kira dua jam dari Cilacap. Sorenya rumah uti dan akung semakin ramai dengan datangnya kakak perempuanku, Ika dengan dua anak lelakinya, Davin dan Fariq.

Hari kedua, 11 Agustus 2013 kami keluarga besar Bpk. Nur Hidayat akan menghadiri pertemuan akbar keluarga besar Surgawi. Surgawi adalah sebuah nama untuk mengumpulkan saudara-saudara dari saudara Kakekku, Kyai Junaedi dengan 5 saudara kandung. Next Post.

Pertemuan ini diselenggarakan di desa Sokaraja, kami berangkat mengendarai dua mobil. Ketika hendak masuk ke aula tempat diadakan acara, Faiz nangis dan tidak mau masuk. Lagi, akhirnya aku dan abinya mengajak jalan-jalan kemudian mobil-mobilan yang dibeli di warung melunakan hatinya untuk masuk.
 
Sore harinya, setelah sampai di Cilacap lagi, adalah perayaan ulang tahun Davin. Kakak sepupu Faiz yang berusia tepat 7 tahun. Sengaja uti memesan kue ulang tahun, meskipun awalnya susah karena bertepatan dengan lebaran.

Hari ke tiga, 12 Agustus pagi hari, abi akan berangkat ke Jakarta. Faiz aku bangunkan tapi malah menangis dan abinya enggak boleh pulang. Namun dengan kedewasaan Faiz akhirnya, setelah minta salaman, abinya boleh pulang dengan diantar akung ke terminal Cilacap.

Untuk menutupi rasa sedih Faiz, akhirnya aku dan Mba Ika mengajak anak-anak ke Pantai diantar bapak dan om Afif sebagai fotografer. Ternyata, liburan ke Pantai Teluk Penyu tidak mengasyikkan gara-gara Krawe. Next Post.

Hari menuju hari kepulangan aku dan Faiz, diisi dengan melepas kangen bersama Mbak Ika yang suaminya pun pulang lebih awal ke Ciporos karena ada Silaturahmi kantornya. Perhatian kami fokus kepada anak-anak, hal itulah yang membuatku 'lupa' untuk reuni bareng teman-teman sekolahku.

Waktu yang sedikit inipun, rasanya aku belum memberikan waktu yang berkualitas untuk saudara kandungku serta ibu dan bapak. Apalagi jika anak-anak sedang ribut dan menonjolkan kedominannya. Rumah Cilacap menjadi seperti PAUD, apa yang terlihat oleh anak-anak akan menjadi bahan untuk dieksplorasi. Faiz dan kak Davin bermain tanah serta mesin jahit uti. Adiknya Ivander dan Fariq akan mengikuti dan rebutan mainan.

Idul Fitri memang selalu menyimpan cerita dan merangkumnya menjadi kenangan. Hari Kamis malam pun aku pulang bersama Faiz menggunakan travel. This is first time go to Jakarta berdua Faiz, pake travel pulah. Alhamdulillah, mobilnya bukan mobil travel yang tiga pintu itu, mobilnya Luxuri sepertinya. Mulai dari Cilacap Faiz bobo, sampai di Jakarta Pusat pukul 07.00 Faiz baru bangun, Subhanalloh terima kasih ya Allah Faiz anteng dan pinter hingga memasuki Tangerang pukul 08.30 pagi bertemu abinya.

2 comments:

  1. Klo bawa anak-anak mudik itu, berkunjungnya jadi rada nggak konsen ya mbak :D

    ReplyDelete
  2. Faiz pinter ya, dari Cilacap sampai Jakarta bobok.. Berapa jam ya itu, Mbak?

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih