Saturday 20 December 2014

Rapot Anak di Sekolah, Lahan Introspeksi Para Orangtua

Dua puluh empat tahun yang lalu, saat saya masih mengenakan seragam merah putih lengkap dengan sepatu hitam dan kaos kaki putih, (yang ini keknya dulu harus) acara pembagian rapot itu sangat menggembirakan. Beberapa hari menjelang hari pembagian rapot, saya dan teman-teman sangat antusias dan tak sabar ingin memboyong ibu untuk pergi ke sekolah mengambil rapot.

Rapot buat saya dahulu adalah sebuah barang yang berharga, sebuah nilai dari beberapa bulan belajar dan satu minggu tes. Dahulu, selalu penasaran dapat nilai berapa, dapat komentar apa dari buguru, dan yang paling ingin pertama dilihat adalah dapat rangking berapa. ***mau mengenang ach, nanti saya colek di FB, rengking pertama selalu yang namanya mau kembaran sama saya, rangking dua yang ternyata sekarang tinggal di dekat rumah ibu mertua saya, itu jaman kelas 1-3 SD, selalu dia dan dia terus yang mendapatkan posisi rangking tersebut... stop cerita diri sendirinya.

Sekarang, saya sudah punya agenda : mengambil rapot di sekolah anak, ya Allah bahagianya 'ngungkuli' bahagiaku dulu waktu SD. Meskipun anak saya, Faiz baru TK B namun rasa penasaranku, rasa takutku (kalau ini sudah diingatkan suami, apapun hasilnya dia masih anak-anak).

Seperti judul yang saya buat, Rapot anak di sekolah, menjadi lahan introspeksi para orangtua. Iya, saya rasakan betul inilah saatnya saya mengintrospeksi diri juga. Bukan, bukan karena nilainya tidak bagus dan bukan karena banyak warning dari sekolah. Jujur, ini pertama kalinya saya menghadiri pertemuan wali murid di sekolah Faiz dan baru memahami benar apa yang diajarkan di sekolah TK Faiz.

TK Islam Mulia mengajarkan pendidikan berkarakter. Berbicara namanya karakter yang berarti sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya (Wikipedia Indoensia). Karakter anak terbentuk sejak dia lahir dan berkembang setiap waktu dengan dipengaruhi lingkungan di mana dia berada.

Yang diterima saat menerima rapot

Ada sembilan karakter yang akan dilihat dan dikembangkan di TK Islam Mulia, Salah satunya adalah hormat dan santun. Pada pilar karakter tersebut, saya cukup mengerutkan kening, ada sebuah catatan bahwa Faiz masih harus senantiasa diingatkan untuk mau mendengarkan ketika diajak berbicara oleh orang lain. 

Mencoba dan terus mencoba agar Faiz mau sedikit duduk tenang ketika diajak berbicara itu, susahnya minta ampun *aduh emak-emak curcol jadinya. Semoga ke depan Faiz bisa memperbaiki karakter yang dinilai melalui pilar tersebut, mau mendengarkan ketika diajak berbicara oleh orang lain.

Memang sesusah apa sich? apa jarang ngobrol di rumah? enggak juga, ketika sedang memandikan, ketika sedang makan, ketika hendak tidur kami selalu ngobrol namun sebatas menceritakan apa yang terjadi kemarin, ingin apa hari ini. Namun, jika ngobrolnya ketika sedang berada di mobil dalam perjalanan, atau sedang berjalan-jalan atau ketika Faiz sedang menonton televisi, haduuuuh bisa-bisa jawaban yang ke luar adalah ngaco. Ngaco di sini, ditanya A jawabannya bisa J, K atau bahkan Z.

Jadi, setelah menerima rapot Faiz yang kulakukan sekarang adalah sebuah introspeksi. Faiz bukan tidak mau mendengarkan ketika diajak berbicara, namun dia terlalu asyik dengan apa yang sedang dilakukannya. Dan saya ingin sekali ketika mengajak dia berbicara, sesuatu yang membuatnya asyik itu dibuang, tapi itu masih belum berhasil. Sebelum hari ini saya berpikir, wajar anak-anak memiliki teman khalayan, ataupun terlalu fokus terhadap hal yang disukai, namun saat ini saya perlu tahu, apakah hanya sekedar hal tersebut hingga Faiz jarang untuk mau mendengarkan ketika orang lain berbicara? ada yang bisa memberi masukan?




13 comments:

  1. Kadang2 gak bisa terlalu jadi patokan jg Mbak karena perkembangan anak beda2. Mungkin maju di bidang satu di bidang lain masih lambat perkembangannya. Jangan sampai jadi beban buat kita sebagai orang tua juga ya :)

    ReplyDelete
  2. Ngaconya jwaban anak2 itu bisa dibilang kreatif, kan?
    Kalau ditanya A jwabnya D berarti lagi mau ngeledek ituh faiznya. :D


    Aktif juga faiz ya, MakTin.

    ReplyDelete
  3. Biasanya kalau dicuekin, aku suka bilang gini, "Nak, coba lihat mata bunda....Bunda mau ngomong sebentar..." Anak-anak memang suka ilang fokus deh ah *garuk-garuk tembok*

    ReplyDelete
  4. Sekarang, saya sudah punya agenda : mengambil rapot di sekolah anak, ya Allah bahagianya 'ngungkuli' bahagiaku dulu waktu SD. Meskipun anak saya, Faiz baru TK B namun rasa penasaranku, rasa takutku (kalau ini sudah diingatkan suami, apapun hasilnya dia masih anak-anak).
    visit : jual dinding pvc

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih