Saturday 12 December 2015

Belajar dari Seorang Ibu

Menjadi seorang ibu tidak ada sekolahnya, tidak ada ijazah yang menerangkan secara tertulis bahwa ibu A merupakan sosok sempurna dan layak menjadi ibu. Tidak ada, kan? lalu bagaimana belajar menjadi ibu yang baik, belajar menjadi ibu yang dapat memberikan kebahagiaannya untuk anak-anaknya, ibu yang mampu menahan emosinya ketika lautan masalah melandanya, ibu yang... . Hm...sampai tulisan ini, saya harus berhenti, sudah sebahagia apa, anak-anakku?

Menjadi seorang ibu, meskipun tidak ada sekolahnya, tidak ada yang memberikan les atau kursus singkat, masa iya mau begitu-begitu saja?. Buka mata, buka hati, buka pikiran, buka seluas-luasnya untuk melihat dan menerima hal-hal yang sekiranya mampu menambah pengetahuan dan keterampilan menjadi seorang ibu.

Ibuku, Alhamdulillah Masih Bisa Mendengar Suaranya,


Menjadi seorang ibu dari kaca mata kecilku, saat belum menikah dan masih bisa bermanja-manja dipangkuannya, dia seorang yang luar biasa. Bangun pagi, mengerjakan pekerjaan rumah sembari menjaga ke empat anak-anaknya, siang hari masih berkutat dengan pekerjaan rumah yang belum selasai dan malam harinya masih menyempatkan diri untuk me time.

Saya mengaca dari pengalaman ibu ketika mengasuh anak-anaknya. Masih ingat ketika bapak memberikan saran kepada ibu,
"Pisahkan pakaian anak-anak pada masing-masing embernya, embernya diberi nama dan mereka bertanggung jawab pada pakaian kotornya masing-masing."
Tapi ibu memilih untuk berargumen,
"Biarkan anak-anak belajar dan bermain sebaik-baiknya. Anak-anak belajar dan bermain dengan tidak merajuk, itu sudah meringankan pekerjaan ibu."
Ibu rela untuk mencuci pakaian kotor anak-anaknya meskipun bapak sudah memberikan saran tersebut, karena ibu tidak ingin anak-anaknya berbasah-basahan dengan air cucian pakaian kotor.

Alhamdulillah saya masih bisa mendengar suara ibu, ketika saya merasa rindu padanya. Ibu masih mampu memberikan saran dan masih mau mendengarkan apa yang ingin saya utarakan. Ibu masih mampu kupeluk.

Belajar dari Ibu-Ibu Lainnya,


Menjadi seorang ibu, bukan masalah sedang mood atau tidak, menjadi ibu harus siap sedia grak melangkah. Saya kadang masih mood-moodan, ketika Faiz meminta saya menemani main di luar kamar dan saya sudah mengantuk, saya meminta kepada Faiz untuk lekas tidur saja. Duh, salah kan saya? kan bisa menemani sembari merem di luar kamar? qiqiqi.

Menjadi seorang ibu, saya masih belajar terus. Tidak ada kata untuk berhenti belajar. Belajarpun bisa dari mana saja. Belajar dari pengalaman ibuku, belajar dari sesama ibu-ibu lainnya, dan yang paling dekat mungkin adalah belajar dari seorang teman. Yup, teman yang setiap hari berinteraksi dengan saya, teman yang secara tidak langsung saya belajar dari beliau.

Pemilik Catatan Emak,


Menjadi seorang ibu, yang menyukai menulis pada blog, teman-temannya rata-rata blogger juga kan? hehee, Alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk mengenal Mbak Siti Hairul Dayah. Ibu dari lima anak ini sangat sabar menghadapi anak-anaknya.

Mbak Irul biasa saya menyapa, membaca blognya dengan label parenting seperti berada di sana. Bersama bapak dari anak-anaknya, saling bahu membahu mengasuh anak-anaknya. Miqdad yang saya lihat sedang mandi bersama bapaknya, sangat ceria dan riang. Teman-teman bisa loh, berkunjung ke www.catatansiemak.com untuk mengetahui bagiamana seorang bapak yang waktunya lebih banyak di rumah, bersenang-senang bersama anak-anaknya.

anak-anak dari ibu yang keren
Saya suka gambar  ini, anak sulung Mbak Irul menjadi pelindung andik-adiknya


Dari blognya mbak irul, saya belajar mengenai home schooling, bagaimana jadwal yang beliau susun bersama anak-anaknya untuk belajar. Saya belajar dari ibu yang super sibuk mengurus anak-anaknya, namun masih memiliki me time-nya. Menulis artikel di blognya, belajar bersama dengan anak-anaknya, bergaul bersama teman-temannya, mendengarkan curhatanku...heheee.

Jadi, saya pasti bisa kan me time sembari mengurus anak-anak dan belajar mengenai apapun. Bisa dong, sesuaikan dengan gaya dan kebiasaan serta kemampuan yang dimiliki. Jadi menjadi seorang ibu bisa belajr dari mana saja, pilah yang sesuai dengan diri saya, tidak serta merta baca teori A yang berhasil, pasti saya berhasil. Terima kasih para ibu-ibu yang menjadi sumber saya mengambil pelajaran dari kalian semua. [2015:12]

16 comments:

  1. setelah rajin blogwalking ke temen-temen blogger yang kebanyakan emak-emak...knowledge saya tentang parenting dan family jadi nambah lho mbak. bekel buat ntar (kan sekarang jomblo)

    ReplyDelete
  2. Ibuku mah apa-apa gak boleh, nanti ini itu. Ya maklum masih serumah dengan Ibu. Pinginnya ngekos atau ngontrak rumah agar bisa nerapin pembelajaran di rumah.

    ReplyDelete
  3. huee mampir ah ke mbak irul, ada 5 bagaimana bagaimana bikin jadwalnya ya, apalagi sambil ngeblog, aku ada 2, ngeblog nunggu anak2 tidur atau ada yg megang, kadang malem banget baru bisa ngeblog... lah ini 5 :D

    ReplyDelete
  4. Senengnyaaaa.. Mbak beruntung punya ibu yang begitu lembut :))

    ReplyDelete
  5. bingung mau koment apa..
    salut. nice.
    setelah baca ini..love you mom.

    ReplyDelete
  6. Aku juga setuju mba, belajar itu menjadi ibu itu nggak ada sekolahnya apalagi diberi gelar atau ijazah dengan nilai yang bagus atau pas-pasan. Ibu juga adalah sosok pahlawan yang bergitu nyata dan masih ada sampai sekarang bagi aku mba. Semangat terus untuk menjadi seorang ibu dan istri yang baik untuk keluarga kecilnya :)

    ReplyDelete
  7. Mbak Irul emang pantes jadi inspirasi para ibu lainnya, seperti kita. :)))

    ReplyDelete
  8. terimakasih mb Tanti untuk ceritanya, terharu :)

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih