Saturday 18 June 2016

Perjalanan Mudik Tahun 2015 Menghadapi Macet di Mana-Mana

Hallo selamat pagi teman-teman semua? apa kabar persiapan mudik teman-teman yang merencanakan mudik di tahun 2016 ini? semoga semuanya sudah direncakan dengan baik ya persiapannya. Alhamdulillah, saya juga sudah melakukan perencanaan mudik dan persiapannya baru 10 %. Haah? ini sudah Ramadan hari ke -13, loh, kok masih 10 % saja? Iya, masih banyak yang belum disiapkan, 10 % nya baru merencanakan mudik, tangal mudik, dan niat saya beserta keluarga. Doakan ya, semoga persiapannya segera selesai dalam waktu kurang dari satu minggu sebelum lebaran.

Pagi ini pengalaman perjalanan mudik tahun 2015 lalu ingin saya kenang dan ceritakan di sini. Yaaah, suami saya selalu mengingatkan untuk mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi. Pengalaman perjalanan mudik tahun 2015 sangat sangat menjadi pelajaran buat saya dan keluarga.

Baca Juga : Daftar Persiapan Mudik

Rencanakan Tanggal Mudik


Tahun 2015 status saya masih menjadi karyawan sebuah perusahaan. Saya dan keluarga sudah merencanakan mudik ke kampung halaman saya, karena tahun 2014 saya dan keluarga tidak mudik. Perusahaan tempat saya bekerja meliburkan karyawannya satu hari sebelum lebaran.

Saya berharap dapat mengajukan cuti dua hari sebelum libur bersama yang ditetapkan tersebut. Kenyataannya saya mendapatkan satu hari cuti saja dan itu berarti, saya mudik H-2 lebaran. Berangkat dari Tangerang ke kampung halaman di Cilacap, untuk waktu normal 10-11 jam perjalanan.

Jika teman-teman kantor saya melakukan mudik pada malam hari H-3, saya mengambil waktu pagi hari berikutnya H-2, menurut saya lebih nyaman melakukan perjalanan mudik pada pagi hari. Suami saya mudah sekali mengantuk dan saya membawa satu balita dan satu batita. Kebetulan juga, saya belum dapat membawa kendaraan, jadi tidak bisa menggantikan suami menyetir.

Berangkat dari Jakarta Utara, pukul 8 pagi dalam keadaan cuaca yang sangat terik. Memasuki gerbang tol Bekasi, kendaraan sudah merayap dan berhenti. Saat melihat waktu di samartphone pukul 10 pagi dan ini sudah terlalu lama berada di tol Bekasi.

Masuk Cikampek pukul 12.00 siang keadaan di jalan sangat ramai. Masuk ke rest area saja susahnya minta ampun. Rest area penuh sesak dengan kendaraan, padahal saya dan anak-anak sudah ingin ke toilet.

Masuk ke tol Cipali kurang lebih pukul 15.00, kendaraan tidak dapat bergerak sampai pukul 18.00. Suami saya sudah mengantuk dan lelah sekali. Kendaraan hanya berjalan satu meter berhenti dan satu meter berhenti. Rest area di Tol Cipali pada tahun itu juga sedang proses penyelesaian pembangunan. Ingin ke toilet terhalang dengan tidak adanya air pada beberapa rest area.

Pukul 19.00 anak-anak sudah rewel, ada yang lelah duduk terlalu lama, ada yang ingin membuang hajat. Suami memutuskan untuk keluar tol (namanya lupa *menyusul ya). keluar tol dan masuk ke kota Cirebon.

Anak-anak sebelum rewel H-2 nyaman tiduran di jok belakang dengan buku dan mainan


Awalnya suami hanya ingin mencari SPBU atau tempat makan yang nyaman dan masuk kembali ke tol. Tapi melihat kondisi anak-anak yagn kelelahan, saya dan suami memutuskan untuk mencari hotel untuk menginap dan beristirahat semalam.

Baca Juga : Mengantuk Selama Perjalanan, Berbahaya !

Pagi hari pukul 08.00 H-1 lebaran, saya dan keluarga bersiap-siap melakukan perjalanan mudik kembali. Berada di tol Cirebon keadaan sudah padat, macet, meskipun dapat bergerak lebih dari satu meter. Melihat kondisi jalanan yang kotor, dipastikan malam harinya, kendaraan menumpuk cukup lama.

Melewati tol Bakrie yang kondisi jalannya cukup amazing dengan harga tol yang mahal, membuat kantuk kami menjadi terjaga. Sempat mengalami macet dan berhenti dan beberapa meter lagi akan keluar ke tol pejagalan yagn akan ke arah Tegal, bapak polisi mencegat kendaran saya, untuk diarahkan supaya lurus dan memasuki jalan tol yang belum selesai pengerjaannya.

Di sinilah saya dan keluarga berada di dalam tanah yang gersang. Kanan kiri sawah dan jauh dari peradaban. Jalan tanah sangat mengepulkan debu yang tebal. Ditambah kendaraan berhenti tidak tahu kapan akan berjalan. 4-5 jam saya dan keluarga beserta kendaraan lainnya menumpuk menjadi lautan kendaraan di jalan tol belum jadi.







Pukul 16.00 dengan bantuan penduduk sekitar, suami saya tidak mau meneruskan menuju jalan keluar tol yang belum jadi. Memasuki jalanan desa, kami keluar ke arah Tegal (Adiwerna) kalau tidak salah. Pukul 17.00 makan Sate Batibul dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali.

Bisa ditebak, pukul berapa saya dan keluarga sampai di Cilacap? yup, gema takbir menyambut kendaraan saya memasuki daerah yang sangat familiar bagi saya. Ya Allah, badan rasanya begitu lelah selepas isya masuk ke rumah dalam keadaan sangat lelah. Entahlah kenapa sebelum keluar tol Tegal kok malah dibuang ke daerah entah berantah.

Rencanakan Matang-Matang Tanggal Mudik, Ya.


Saya dan suami berharap tidak mengalami pengalaman seperti itu lagi dalam perjalanan mudik di tahun -tahun ke depan. Oleh karena itu, tahun ini saya dan suami benar-benar merencanakan tanggal mudik dengan baik.

Saya sampai hari ini masih heran loh, kenapa waktu itu kendaraan kami dan yang lainnya dibuang ke jalan tol belum jadi tersebut. Kendaraan saya paling patuh tanpa keluar ke pembatas jalan, sehingga bertemu pak polisi yang meminta kendaraan kami lurus, dan kendaraan yang lainnya berbelok melalui pembatas jalan dan bablas ke luar tol pejagalan.

Jika boleh berandai-andai, jika suami saya mau sedikit tidak patuh dan tetap membelokkan kendaraan ke arah pintu keluar tol, mungkin saya dan keluarga tidak pernah merasakan terjebak dalam gurun pasir selama 4-5 jam. Cuma ya gitu, kanan kiri sawah, jauh dari perabadan, jalanan berdebu, banyak sesama pemudik mengeluarkan hajat di sawah tanpa hijab.

Saya membayangkan, kalau kehabisan bahan bakar bagaimana? saya saja terus-terusan bertanya kepada suami, bagaimana bensin kita? karena saya melihat ada yang membawa jerigen, apakah minta antar sesama pemudik atau bagaimana, saya sempat trauma berada di gurun pasir itu.

Baca Juga : Mendapatkan Tiket Purwojaya Secara Online
  1. Jika terpaksa memang harus mudik H-2 atau sangat mendekati, lakukan dengan santai jika menggunakan kendaran pribadi. 
  2. Jika menggunakan kendaraan umum, contohnya bis, siap-siap saja kalau perjalanannya bisa menjadi lebih lama.
  3. Lebih aman jika mudik mendekati lebaran ya menggunakan Kereta Api.
  4. Cek kondisi kendaraan jika membawa kendaraan pribadi, saya sempat takut berada di dalam kendaraan yang berhenti tapi tidak mungkin mematikan mesin mobil, karena berada di jalanan penuh debu selama 4-5 jam tersebut.
  5. Selalu isi bahan bakar, meskipun tersisa setengah *entah ini benar atau tidak hukumnya dalam perawatan kendaraan, tapi daripada macet lama dan jarak SPBU jauh? hayoo?
  6. Membawa bekal minuman dan makanan. Kebetulan saya dan keluarga memutuskan untuk tidak berpuasa saat dalam perjalanan. Saya menyiapkan air mineral botol satu dus di dalam kendaraan dan membawa makanan. Makanan yang saya bawa lumayan banyak, tapi karena berhenti hampir 5 jam, kehabisan makanan juga. Sedyih.
  7. Satu yang paling penting dari semua yang penting. Lakukan perjalanan mudik dalam kondisi badan yang sehat. 
Semoga teman-teman tidak ada yang merasakan juga ya berada di gurun pasir jalan tol belum jadi tahun kemarin. Waktu itu saya ingin post di Facebook atau Twitter, menanyakan keberadaan saya di mana, tapi alhamdulillah enggak jadi ya, karena signal saja byar pet. Foto-fotonya juga ada ditangkap dengan kamera jadul, karena smartphone saya dan suami diawet-awet baterainya, supaya mudah berkomunikasi dengan keluarga yang menanti di rumah.

Perjalanan mudik tahun 2015 yang benar-benar mendebarkan dan membuat saya trauma. Lalu bagaimana mudik tahun ini? ya, itu tadi, persiapannya baru 10 % dan dari 10 % itu juga belum tahu, jalur mudik mana yang akan saya dan suami pilih? lewat pantura? atau lewat jalur selatan yang jalannya berkelok kelok membuat kantuk jadi terjaga.

Salam
Astin



12 comments:

  1. Semoga mudik tahun ini lebih nyaman ya, mbak.

    ReplyDelete
  2. Wohoo... asyik mba. Udah bersiap aja ya untuk mudik. Semoga lebih lancar jaya.. dan pasti beda ya karena statusnya juha udah beda... :-)

    ReplyDelete
  3. Terbayang bagaimana lelahnya 24 jam lebih tersendat di perjalanan. Semoga tahun ini lalu-lintas lebih ramah, Mbak Tanti

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya MBak Evi, menurut informasi tolnya sudah jadi,

      Delete
  4. Saya nggak pernah mudik mbak Astin, lha wong saya dan suami asli Semarang. Kadang iri juga melihat orang mudik pulkam, meskipun dengan perjuangan yang luar biasa. Tapi kadang juga bersyukur kalau menyaksikan acara mudik di TV yang sampai segitu hebohnya terutama dengan urusan transportasi umum :)

    Selamat mudik ya mbak, semoga lancar sampai di tujuan sesuai harapan, aamiin :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mbak ndari, hiyaaaa ayo mudik sini ke Jakarta, hehee. aaamiin, doanya mbak

      Delete
  5. Kalau skrg udah bisa nyetir mobil. Berani gantian kan besok pas mudik, mbak? Hahahahha

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheee, hiya Idaaah, bisa gantian deeech...

      Delete
  6. Aku gak mudik ke mana-mana :D Mertua deket sih. Rumah nenek juga

    ReplyDelete
  7. pernah ikut mudik ke rumah nenek mertua, aduh rasanya luar biasa tersiksa, hehe..
    Alhamdulillah skrg udah gak mudik. Selamat bermudik ya mbak

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih