Tuesday 17 October 2017

Kembali Menghirup Udara Pagi di Yogyakarta

Dalam satu tahun, ada dua kali aku merencanakan liburan. Pada saat pertengahan Ramadhan, sampai jelas hilal dana yang dapat dipergunakan untuk mudik plus liburan dan satu lagi, menjelang akhir tahun, menghabiskan liburan akhir tahun plus liburan semesteran anakku.

Pertengahan Ramadhan tahun ini, aku dan suamiku berdiskusi dengan serius. Why? ada banyak kota yang ingin aku kunjungi setelah berkumpul pada liburan lebaran di kampung halaman. Ada plan A yaitu, plan yang sering dilakukan setiap balik mudik lebaran. Plan B, mengunjungi kota-kota yang pernah disinggahi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.



Dalam waktu 5 tahun terakhir keluarga kecilku ini pernah singgah di 3 kota. Aku mengajukan usul kepada suamiku untuk mengunjungi semua kota tersebut setelah liburan lebaran di kampung halaman. Berbagai kemungkinan dan rencana dibahas dengan serius sesuai dengan budget dan waktu yang ada.

Finally, setelah menghabiskan 1 minggu libur lebaran di Cilacap, liburan dimulai lagi. Mengunjungi beberapa kota yang pernah disinggahi membuat adrenalinku naik dan semangatku mengalahkan penatnya kemacetan menuju kota Yogyakarta.

Perjalanan Menuju Kota Yogyakarta


Yogyakarta adalah salah satu kota yang pernah aku tinggali selama 2 tahun. Kota yang memiliki banyak kenangan, kota yang di sana masih tinggal kakekku yang sudah berusia 95 tahun. Kota yang kabarnya sudah sangat berkembang dan sangat menarik kedatangan wisatawan, baik domestik maupun luar negeri. Kota yang aku selalu rindu untuk kembali menghirup udara pagi di Yogyakarta.

Setelah menghabiskan waktu berlibur dan berkunjung ke tempat saudara di Cilacap, perjalanan liburan dimulai. Aku memilih waktu menjelang siang hari berangkat ke Yogyakarta. Persiapan sudah dilakukan pagi-pagi sekali. Packing koper lagi, mencari perlengkapan anak-anak yang dimainkan selama di rumah Uti dan Akung dan membawa beberapa sajian khas lebaran seperti kue lebaran dari toples ibuku berpindah ke toplesku. Ahaaay, teman-teman juga begitukah?

Perjalanan menuju kota Yogyakarta tidak begitu macet, malah arah yang berlawanan yang berhenti total. Aku iseng melihat nomor polisi di arah yang berlawanan, 90 % bernomor polisi B yang pulang dari arah Yogyakarta menuju ke arah Jakarta. Buanyaaak buanget, dan perjalananku menuju Yogyakarta Alhamdulillah lancar.



Pergi ke Yogyakarta sore-sore? nanti mau nginep di mana? soal nginep itu hal yang mudah sekali. Sebelum jam beranjak sore, suamiku sudah memesan hotel melalui aplikasi Traveloka. Tugas mencari hotel adalah tugasku yang kukerjakan sangat lama. Sampai akhirnya, suamiku mengehentikan mobil dan mengambil alih handphone untuk mencari hotel yang sesuai dengan kriteria beliau. Hihihii, itulah kenapa ya, perempuan itu susah memilih dan kalaupun memilih banyak sekali pertimbangannya.

Zest Hotel Yogyakarta menjadi pilihannya dan segera setelah mendapatkan kode booking, suamiku membayar di ATM terdekat dan selesai. Rasanya tenang dan ringan melakukan perjalanan setelah mengantongi pemberitahuan pemesanan hotel sudah diterima pihak hotel. Jadi, kalaupun sampai Yogyakarta sudah larut dan lelah, tujuan untuik tidur sudah ada, tidak perlu mencari-cari hotel secara offline.

Tujuh jam perjalanan dari Cilacap ke Yogyakarta tidak begitu terasa karena dilakukan menjelang malam. Masuk ke kota Yogyakarta dari arah Bantul, aku blank sama sekali. Enggak ngerti sedang ada did aerah apa, meski ada petunjuk dan google maps, aku blank dan enggak tahu mesti ke mana. Sampai akhirnya, perjalanan menemui kemacetan yang parah. Jangankan melaju, untuk jalan saja lama sekali.

Mataku melihat ke kanan dan ke kiri, belum ada satu bangunan pun yang aku kenali. Sampai akhirnya, RS PKU Muhammadiyah yang kukenali,  sayangnya untuk menuju ke Zest Hotel di Jl. Gajah Mada ditutup dari arah kedatanganku, padahal google maps menunjukan jalan lurus. Huhuuu, Alhamdulillahnya anak-anak sudah tertidur, suamiku menanyakan di mana jalan Gajah Mada? akupun langsung lemes, gak ngerti. 

Dua jam berputar-putar tak tentu arah, ke sini ditutup, ke sana ditutup dan baru tahu kalau hari itu adalah malam minggu, saudara-saudara. Tepok tangan dong, jadi para pemuda dan pemudi menghabiskan liburan lebarannya dengan menghias jalan menjadi macet.

Berputar-Putar Mencari Zest Hotel Yogyakarta


Alhamdulillah Zest Hotel Yogyakarta dengan posisi tempat parkir yang enggak banget di basemant. Naik ke arah lobby sembari menaiki tangga, membawa barang-barang dan bantal kesayangan dan menggendong anak. Sampai di reseptionist, menyerahkan KTP dan tidak begitu lama, aku langsung menerima kunci kamar. Alhamdulillah, selamat datang di Yogyakarta.

Menghabiskan 2 jam berputar-putar untuk mencari Zest Hotel Yogyakarta, suamiku lapar. Eh, memang semuanya belum makan siy. Waktu menunjukan pukul 10.30 pm, restoran hotel sudah tutup. Aku menyarakan suamiku untuk membuka aplikasi GoFood dan memesan makanan terdekat dengan posisi hotel. So, makan malam di dalam kamar hotel malam itu adalah mie rebus dan mie goreng. Kebingungan datang lagi, pesan mie rebus yang dibungkus plastik, mau makan di mana? Alhamdulillahnya, aku membawa mangkok kosong, makan mie rebus, done.


Bangun pagi hari dengan badan segar dan senyum mengembang. Baru kali ini, tidur di hotel setelah menempuh perjalanan panjang dan bisa tidur nyenyak. Aku seperti tidur di rumah sendiri. Kangen kembali menghirup udara pagi di Yogyakarta. Karena jatah makan hanya untuk 2 orang, suamiku mengalah tidak sarapan di hotel. Suamiku juga ingin mengicip kuliner pagi di Yogyakarta. Jadi, aku bertiga dengan anak-anak turun untuk sarapan.





Menikmati sarapan dan keluar hotel sebentar untuk menghirup udara pagi di Yogyakarta. Masih seperti 12 tahun yang lalu, meskipun sudah banyak sekali bangunan yang berdiri kokoh. Udara itu masih dapat aku rasakan seperti saat aku pergi ke pasar dari rumah Kakekku.

Menangis di Alun-Alun Kidul Yogyakarta


Tidak lama berada di Zest Hotel, aku memutuskan untuk jalan-jalan dan mengunjungi rumah Kakek. Jalanan kota Yogyakarta sepi, aku mengajukan usul berkunjung ke Keraton Yogyakarta. Sebelum masuk ke Keraton, alun-alun kidur melambaikan tangan ke arahku. Turun dari mobil dan menuju alun-alun kidul. Apa yang aku dan keluargaku lakukan? duduk-duduk menemani anak-anak bermain buble, oh my dear, enggak banget liburan di Yogyakarta kali ini.

Namanya anak-anak, meskipun sudah diberikan mainan satu-satu, tetap saja ada perselisihan terjadi di antara mereka. Anak sulungku menangis karena adiknya lebih sering memainkan buble. Adiknya menangis karena buble kakak mengenainya dan masih banyak hal yang terjadi di alun-alun kidul. Terakhir si kakak menangis, lupa sebabnya apa, yang jelas diingatkan untuk mengijinkan adiknya bermain buble, eh malah dia minta buble yang lebih besar. Aduhlah cerita menangis di alun-alun kidul malah jadi kenangan untuk liburan di Yogyakarta kali ini. 





Tempat makan tujuan anak sulungku belum buka, suamiku memutuskan untuk tidak berhenti sebelum anak-anak berhenti dari rengekannya. Mutar muter mengelilingi kota Yogyakarta dan akhirnya keputusanku untuk langsung ke rumah Kakek. Alhamdulillah kakek ada di rumahnya, bisa dibayangkan kalau kakek sedang pergi. Anak-anak langsung tenang dan kembali rukun, hiya ini ada apa? mereka lelah di perjalanan kali ya?

Kakekku sudah berusia lebih dari 90 tahun. Badan beliau masih sehat, meski sudah agak lemah. Kesehariannya hanya tiduran dan duduk-duduk di tempat tidur. Ada nenek yang menjaga kakek yang kabarnya sudah sering periksa ke dokter, tidak ada masalah kesehatan yang berarti. Hanya karena usia kakek sudah semakin menua, pendengaran dan masalah kulit sering membuatnya rewel.

Anak sulungku senang sekali bertemu dengan kakek buyutnya. Adiknya? berkali-kali menunjuk kepada kakek buyutnya, dan menanyakan itu siapa?. Huhuhuu. Alhamdulillah, anak-anak betah tinggal di rumah kakek, mereka tiduran di dalam kamar, sedangkan aku dan suamiku ngobrol dengan nenek.

Akhirnya Makan di  Waroeng Steak and Shake Colombo


Pulang dari rumah kakek, anak sulungku masih merengek minta makan di waroeng steak and shake. Mencari di google maps, waroeng steak and shake terdekat adalah di dekat UGM. Kembali aku melintasi daerah-daerah yang sering aku lalui.

Semuanya sudah berubah tapi aku tetap mengenali Mirota Kampus, tempat belanja yang biasa aku datangi untuk mengisi waktu luangku. Halaman depan UGM yang saat itu sedang ramai sekali. Mungkin para orang tua yang mudik mengajak anak-anaknya, memamerkan kepada anak-anaknya ini loh kampus ayah, ayo sini foto di depan gerbangnya. Heheee.

Jauh-jauh ke Yogyakarta, makan di waroeng steak and shake? urusan siapa ini? urusan suamiku inih. Anak-anak pernah diajak makan steak, trus aku bilang, kalau mau makan steak yang enak, ya di waroeng steak yang warna waroengnya kuning dan hitam. Pernah lihat di daerah Serpong, tapi suamiku belum pernah nganterin. Hiyaaa, urusan siapa ini?

Memesan 4 steak dan 1 chicken drum roll serta beberapa minuman. Rasa steak di waroeng steak and shake ini berbeda dibandingkan dengan tempat lain. Teksturnya empuk dan tidak begitu keras, saosnya juga terasa bumbunya, enak banget pokoke. Ya itu, anak sulungku sampai nambah steak dan minumannya. Struk pembayarannya disimpan, tapi aku lupa naronya di mana. Niatnya biar menjadi kenangan, pernah jauh-jauh ke Yogyakarta tapi makannya di waroeng steak and shake di daerah Colombo. Hehehee.





Makan di waroeng steak and shake ini juga nyaman banget, sampai enggak kerasa sudah hampir sore. Aku memiliki janji bertemu dengan teman masa kerja dulu di sini. Huwooo, ketahuan banget umurku berapa kan, yak. Sudah 12 tahun meninggalkan Yogyakarta dan di sini untuk mencari uang. Lokasi pertemuan direkomendasikan temanku, tempat wisata yang terletak di daerah Sleman, supaya aku lebih mudah untuk melanjutkan perjalanan ke Magelang.

Menghabiskan hari itu di Kampung Flory, tempat wisata edukatif yang menyediakan sarana belajar berbagai jenis tanaman dengan tempat makan yang bernuansa alam. Sayang, ketemuannya hanya sebentar dan lagi-lagi anakku ngambek ingin melanjutkan perjalanan ke Magelang. Daerah Selam ini termasuk salah satu daerah yang memiliki udara segar dan masih banyak persawahan dan perkebunan. Dua belas tahun yang lalu, aku juga pernah mengelilingi daerah ini dengan mengendarai sepeda motor. 


Bye Yogyakarta, semoga ada kesempatan lagi untuk berlibur di Yogyakarta dengan waktu yang lebih lama. Ada banyak tempat yang ingin aku kunjungi, tentunya setelah anak-anak sudah mampu menjaga dirinya dan tidak sering rewel. Aaamin.

#Latepost

10 comments:

  1. Baca tulisan tentang Yogjakarta emag bikin jadi kangen ya. Padahal baru Maret kemarin saya ke Jogjakarta. Wah sampai 2 jam ya muter2 nyari hotel, kebayang lapar dan capeknya mba

    ReplyDelete
  2. Mba...rumahku Sleman. Pasti lewat klo mo ke Magelang.

    Mampirrr...

    Dua anak, sama aja ya. Anakku juga gitu.. nggak di moBil, nggak di t4 tujuan..ributtt mlulu. Rebutan ini... rebutan itu..

    ReplyDelete
  3. Jogja ini selalu bikin kangen ya mbak.. Selalu aja pengen balik lagi ke Jogja... ^^

    ReplyDelete
  4. Jangan kapok ya ke Jogja-nya, hehe...

    Jogja, siapa pun yang pernah tinggal atau sekedar berkunjung, pasti kangen untuk kembali.

    Besok kalau anak2 udah pada gede, ke jogja berdua aja sama suami, biar romantis, hehehe...

    Salam kenal dari Jogja

    ReplyDelete
  5. Wa,rindu terobati meskipun cuma lihat fotonya...menu steak n shake ^^

    ReplyDelete
  6. Jogja memang istimewa dan ngangenin. Setiap ke jogja, pasti menyempatkan ke malioboro, walau cuma lewat melintas di sepanjang jalannya aja

    ReplyDelete
  7. Minggu depan aku mau ke Yogya, mba. Sayangnya anak-anak gak mau ikut. Seneng banget ya udah nostalgia dengan kota Yogya.

    ReplyDelete
  8. Yogya memang istimewa baca tulisan ini aku jd pengen liburan bareng keluarga hehehe

    ReplyDelete
  9. saya belum kesampean mau pergi ke jogja

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih