Friday 24 April 2020

Pintu Gerbang Ditutup, Paket Tahan di Security Saat Social Distancing


Social distancing merupakan salah satu usaha pencegahan penyebaran covid 19. Menurut Wikipedia Indonesia, berarti pembatasan sosial atau menjaga jarak. Pengertiannya adalah serangkaian tindakan pengendalian infeksi nonfarmasi yang dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular.

Berjemur di depan rumah sebagai bagian dari pencegahan dan social distancing ala kami


Tujuan dari pembatasan sosial ini adalah untuk mengurangi kemungkinan kontak antara orang terinfeksi dengan orang lain yang tidak terinfeksi (orang sehat), sehingga dapat meminimalkan penularan penyakit, morbiditas, dan terutama kematian.

Baca Juga : Lindungi Orang Tua dengan Cara Mengenalkan Apa Itu Covid 19

Sebagai manusia yang berjiwa sosial, masyarakat Indonesia agaknya kurang nyaman dengan adanya pembatasan sosial tersebut. Meskipun tujuannya benar-benar untuk keselamatan diri sendiri dan orang lain, tapi kita semua sudah menyaksikan sendiri. Semua pilihan ada di tangan masing-masing masyarakat.

Saya dan keluarga memilih untuk melakukan penerapan social distancing mulai dengan tidak pergi ke luar rumah. Suami ikhtiar dari rumah memikirkan bisnisnya yang terdampak besar. Saya juga berikhtiar memilih belanja online dan jastip ke pedagang sayur serta lauk pauk. Anak-anak sudah pasti diamankan untuk tidak keluar rumah, dalam batas di halaman saja.

Penerapan social distancing tiap keluarga pasti berbeda-beda. Semuanya tergantung pada pilihan dan kebutuhan masing-masing. Keluargaku memilih untuk tetap mengkonsumsi makanan dari dapur sendiri dan mengurangi membeli makanan dari luar. Hal itu sebagai ikhtiar penghematan dana yang ada. Saya dan suami menghitung-hitung, meskipun lelah, tapi lebih irit membuat makanan dan camilan sendiri.

Beberapa hari setelah adanya kebijakan social distancing, inilah yang dilakukan oleh warga dan pengurus RT di lingkungan rumahku


1. Menutup Pintu Gerbang


Di perumahan tempat tinggalku, dibagi per cluster dan masing-masing cluster-pun memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Alhamdulillah saya tinggal di cluster yang warganya memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggai akan adanya covid 19.

Meskipun di gerbang utama perumahan kami juga dilakukan penyemprotan disinfektan, tapi di gerbang cluster, pembatasan sangat ketat juga dilakukan. Gerbang cluster diturunkan dan diberi spanduk berisi himbauan dan peringatan.

2. Ojol dan Kurir Paket Dilarang Masuk


Himbauan pada spanduk berisi supaya warganya menerapkan social distancing. Tidak melakukan kerumunan meskipun itu tamu dari luar, sebaiknya lapor terlebih dahulu. Tujuan diadakan pembatasan adalah untuk menjaga warganya supaya tidak terinfeksi dari tamu atau orang dari luar cluster.

Peringatannya berupa ojek online yang melakukan penjemputan dan pengantaran hanya sampai batas gerbang saja. Kurir dari ekspedisi juga menurunkan paket dan barang yang diantar hanya sampai pos security saja. Satpam yang bertugas akan menghubungi warga yang menerima paket ataupun mengantarkannya.

3. Penyemprotan Cairan Disinfektan Secara Rutin


Awal penutupan gerbang, warga dan pengurus bekerja sama membuat tabung berisi cairan disinfektan untuk menyemprot warga yang akan masuk ke dalam cluster. Saya sempat beberapa kali disemprot cairan disinfektan tersebut. Lama kelamaan seiring dengan adanya informasi dari WHO dan beberapa warga ada yang keberatan, akhirnya penyemprotan cairan disinfektan ditiadakan.

Sebagai gantinya sebelum masuk ke dalam cluster, warga atau pengantar air galon dan gas diwajibkan menggunakan hand sanitizer dan diukur suhunya menggunakan termometer gun. Sedangkan cairan disinfektan digunakan untuk menyemprot jalanan dan gerbang rumah warga. 

4. Warga Berjemur dengan Jaga Jarak


Cluster yang saya tempati ini terbagi menjadi 5 row dan saya tinggal di row yang warganya masih melakukan aktifitas pekerjaan di luar rumah. Jadi, moment berjemur tidak bertemu dengan banyak warga. Suatu hari saya mengantarkan paket kurma ke salah satu tetangga di row satu sewaktu jam berjemur.

Saya cukup kaget dan gimana ya, tidak bisa diceritakan kebersamaan warga di row pertama itu. Pukul 10 pagi, semua warga yang tinggal di row tersebut keluar rumah dan berdiri di depan rumah masing-masing, menggunakan masker dan berdiri dengan jarak aman. 

Pengalaman Penerapan Social Distancing di Cluster


Rumah saja termasuk rumah yang ada di pojok, meski bukan pojok sekali karena bersebelahan dengan mushola. Mushola yang setiap sore dan ba'da Isya selalu ramai, menjadi begitu sepi bak ditinggal pulang kampung atau mudik oleh jamaahnya. Yap, saya merasakan kesepian yang sangat. Bisanya mendengarkan celoteh anak-anak mengaji dan rumpian ibu-ibu yang menjemput anaknya. Sekarang harus mendengar anak sendiri teriak teriak.

Baca Juga : Perubahan Paling Terasa Akibat Covid 19 dalam Kehidupan Sehari-hari

Saat mengambil paket atau barang pesanan atau belanjaan sayuran, saya harus menggunakan sepeda motor untuk ke pos security. Pak Satpam yang saat itu sedang bertugas sempat mengomentari bagaimana repotnya saya membawa pesanan pot besar dan tanah sebagai media tanam suamiku. Yah, kalau paketnya kecil, saya jalan kaki dan merasa tidak terbebani dengan adanya peraturan semacam ini. Kadang ada pak satpam juga yang mau mengantarkan paketnya warga.

Menjadi aneh dan pangling saat keluar rumah setelah sebulan. Ada beberapa cluster yang masih mengijinkan ojol, kurir dan lainnya keluar masuk tanpa adanya pemeriksaan atau pemberian hand sanitizer atau cairan disinfektan. Tentu pencegahan lebih baik dibandingkan tidak melakukan ikhtiar sama sekali.

Begitulah pengalaman penerapan social distancing selama masa pandemi di lingkungan saya. Bagaimana dengan tempat tinggal teman-teman? pasti menarik juga kan untuk diceritakan. 

5 comments:

  1. Memang terdengar merepotkan ya bu saat mengambil paket atau barang pesanan atau belanjaan sayuran, namun ini juga demi terhindarnya dari virus.

    ReplyDelete
  2. Ramadhan kali ini terasa berbeda dari tahun kemarin ya, Bu. Namun kita harus tetap bersemangat menjalankan ibadah puasa

    ReplyDelete
  3. Pengalaman saya saat social distancing salah satunya adalah harus mencuci tangan dan memakai masker sebelum memasuki sebuah toko. Hal ini diterapkan untuk menghindari menyebarnya virus

    ReplyDelete
  4. Demikian juga ditempat tinggal saya, Bu. Akses jalan ditutup kecuali untuk warga

    ReplyDelete
  5. Kedengaranya seru ya, Bu. Pukul 10 pagi, semua warga yang tinggal di row keluar rumah dan berdiri di depan rumah masing-masing, menggunakan masker dan berdiri dengan jarak aman.

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih