Monday 25 January 2021

Pentingnya Memahami Watak Dasar Manusia dalam Menjalin Hubungan

 Bismillahirrohmannirrohim


Pentingnya Memahami Watak Dasar Manusia dalam Menjalin Hubungan. Sebagai makhluk sosial,  kita akan selalu bertemu dengan orang lain. Menjalin komunikasi dengan orang lain. Berhubungan dengan orang tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimana ya supaya hubungan kita dengan orang lain dapat terjalin dengan baik. Bagaimana ya supaya kita tuh dengan mudah menerima apa yang disampaikan oleh lain itu dengan baik, tidak ada rasa kurang nyaman, tidak ada rasa kurang menyenangkan gitu. Terkadang kan, saat kita berhubungan dengan orang lain, lalu ada hal yang berbeda lalu kita baper. Bapernya juga sampai membuat kita tuh sedih. Bapernya tuh bikin nyesek, kok dia gitu sich, kok gitu banget ya. Duh, kan jadi kurang sehat ya, jika ada satu pihak yang merasa timpang dalam sebuah hubungan.

Astin Astanti Watak


Apakah kita harus mengenal dengan jelas siapa dia, dari mana dia, hobby-nya apa, minatnya apa supaya hubungan terjalin dengan baik?. Apakah dari segi lama saling mengenal, hubungan dapat terjalin dengan baik dan tidak ada baper-baperan?.Ternyata dari kedua pertanyaan tersebutpun dirasa kurang untuk membuat hubungan dapat terjalin dengan baik. Dalam hubungan langsung saat bertemu face to face, sudah mengenal lama, sudah mengenal passion lawan bicara saja, masih terjadi rasa baper. Bagaimana saat kita harus berhubungan dengan lawan bicara dengan cara tidak langsung?. Makin tidak melihat mimik muka, karena komunikasinya menggunakan sebuah pesan lewat Whats App maupun pesan lainnya. Apa ya yang harus dilakukan supaya hubungan dapat terjalin dengan baik karena kedua belah pihak saling merasa nyaman dan memahami satu sama lain?.

Dia Kok Gitu Banget, Sih.

Sebagai contoh kasus, saya ingin menceritakan pengalaman nyata berada di dalam sebuah perasaan kurang menyenangkan dan kurang dapat menerima komunikasi yang dilakukan oleh lawan bicara. Sebut saja Mawar Hitam dan Mawar Merah. Lah, bukan nyata? nyatalah, tapi untuk menutup identitas, sebaiknya kan menggunakan nama lain atau identitas khusus gitu loh. 

Contoh kasus pertama, kedua Mawar sedang bertemu secara langsung di dalam sebuah forum bersama ibu-ibu. Mereka sedang membahas penyerahan dana bakti sosial. Mawar Hitam tanpa basa basi, langsung menunjuk kepada Mawar Merah untuk melakukan apa yang diinginkan oleh si Mawar Hitam. Mawar Hitam langsung memberikan setumpuk berkas kepada Mawar Merah, padahal ada banyak orang yang bisa diserahi atau ditanyakan kesediaannya terlebih dahulu. Mawar Merah manut saja, tanpa menjawab pun dengan gesture tubuh atau mimik muka penolakan. Singkat cerita, Mawar Merah merasa dirinya kurang nyaman dan kurang menerima perlakukan Mawar Hitam.

Contoh kasus kedua, kedua Mawar sedang berkomunikasi secara tidak langsung melalui media Whats App. Mawar Merah sedang dalam kondisi yang kurang baik. Hatinya sedang patah, karena tukang sayur yang rutin dan berjanji datang hari itu  tidak lewat depan rumah. Sepeda motor dibawa suaminya berangkat kerja, jadi dia tidak bisa pergi ke pasar, karena pasarnya jauh dari rumah. Mawar Merah mengambil gawainya dan stalking status Whats App. Terlihat ada status Mawar Hitam menginfokan cara mudah berbelanja melalui sebuah aplikasi. Mawar Merah memberikan komentar sederhana, "Itu gimana caranya, sayuran bisa diantar langsung ke rumah tanpa kita pergi?, susah enggak caranya?". Mawar Hitam membalas dengan ceria. "Ih, gitu aja kamu enggak tahu, kemana saja sih!". Dalam keadaan kecewa karena tukang sayur, karena tidak bisa pergi ke pasar dan membaca komentar dari Mawar Hitam tersebut, bagaimana penerimaan si mawar Merah?.

Watak Orang Berbeda-beda

Di sinilah pentingnya memahami watak dasar diri sendiri dan lawan bicara. Allah telah berfirman dalam Surat Al Isra ayat 84 yang artinya : 

Katakan (Muhammad), "Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. 

Dari ayat tersebut, kita harus memahami bahwa setiap orang memiliki watak atau pembawaannya masing-masing. Watak dan pembawaannya setiap orang berbeda-beda. Kita harus memahami watak diri sendiri dan watak dasar lawan bicara. Tujuannya apa? supaya kita memahami watak lawan bicara dan pembawaannya dalam berkomunikasi. Jika kita sudah memahami watak dasar lawan bicara, apa yang disampaikan kemungkinan besar dapat diterima dengan baik dan hubunganpun dapat terjalin dengan baik. 

Saya pernah berada di masa belum memahami dengan benar watak lawan bicara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai si watak melankolis, semua saya pendam sendiri. Apa yang masuk melalui mata dan telinga saya hanya mampu merasa. Merasa baik saya merespon dengan hati berbunga-bunga. Merasa kurang baik saya merespon dengan hati penuh dengan awan mendung yang siap dijatuhkan dari langit. Nangis. Lebih parahnya lagi, saya bisa saja merasa semua tidak memahami apa yang ada di diri ini. Jadi, semua yang berhubungan di dekat saya pada hari itu, semuanya salah. Semuanya membuat saya sedih. Ngeri yak.

Alhamdulillah Allah menuntunku untuk lebih dalam memahami watak dasar manusia. Allah memberikan kesempatan untuk lebih dekat memahami watak melalui kajian yang diberikan oleh Dr. Aisah Dahlan. Saya mendengarkan kajian tersebut melalui Channel Youtube yang merekam kajian Dr, Aisah Dahlan dengan cara yang saya mampu lakukan. Dari mana saja selama ini? masa watak dasar manusia saja belum paham. Iya, dulu hanya mengetahui saja dan belum begitu memahami. lebih baik memahami daripada tidak sama sekali kan. Bersyukunya Allah sayang sekali dengan menunjukan bahwa memahami itu lebih baik dibandingkan hanya tahu saja. Betul?

Menurut Wikipedia Indonesia, Watak sama dengan Karakter adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Posisi watak terdapat di Lobus Parentalis, yang di dalamnya terdapat progam kekuatan dan kelemahan. Tinggal mana yang akan dikeluarkan, apakah kekuatannya atau kelemahannya. Pertama kali Watak diteliti oleh Hypocrates yang melihat ada banyak sekali watak. Muridnya bernama Galen menganggap watak bukan keturunan. Pada abad ke-18 ditemukan Gen dan menyimpulkan bahwa watak merupakan genetik, yaitu keturunan dari ayah dan ibu. Jadi, teori Hypocrates dan Galen gugur.

Watak Dasar Manusia

Watak diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya kekuatan dan kelemahannya. Setiap orang memiliki dua jenis watak. Pertama adalah watak utama atau watak yang terlihat secara jelas. Kedua adalah watak kombinasi, yaitu watak yang didapat dari lingkungan. Berikut ini adalah 4 watak dasarnya.

Watak Plegmatis

Orang plegmatis dikenal sebagai orang dengan pembawaan yang tenang. Jiwanya selalu damai dan menghindari keributan atau konflik. Berikut ini ciri orang yang berwatak plegmatis :
  1. Menghindari Konflik. Orang damai ini tidak menyukai keramaian. Sebisa mungkin dia menahan emosinya dengan melakukan aktifitas yang lain. Orang plegmatis akan menjadi penengah jika ada permasalahan.
  2. Memiliki jwa sosial yang tinggi. Orang dengan watak ini selalu ingin membantu orang lain. Dia tidak nyaman jika melihat orang lain susah. Sayangnya orang berwatak damai ini, tidak suka merepotkan orang lain.
  3. Hidup tenang. Jiwa damainya mengantarkannya untuk selalu hidup tenang. Dia tidak suka keributan dan keramaian. Dia lebih baik menyendiri dan memahami semua permasalahan tanpa menimbulkan banyak konflik.
  4. Introvert. Tidak semua orang plegmastis introvert. Umumnya orang yang berwatak damai ini, akan menyimpan permasalahannya sendiri. Orangnya mudah menjalin pertemanan namun tidak mudah dekat dengan orang.
  5. Tidak Memiliki Pendirian. Orang ini mudah sekali menerima masukan dari orang lain. Sikapnya tidak ingin ada konflik, jadi lebih banyak mendengarkan pendapat orang.
Sebagai orang muslim, tentunya teladan-teladan baik ada pada diri Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Sahabat Abu Bakar As Shidiq, r.a, dikenal sebagai sahabat yang selalu mendampingi Rasullulloh pada masa-masa sebelum hijrah hingga Nabi Muhammad SAW wafat di Kota Madinah.

Sahabar Abu Bakar, r.a dikenal sebagai sahabat yang menyukai perdamaian, biacaranya santun dan berbicara secukupnya. 

Dalam kehidupan sekarang, ada banyak watak plegmatis yang kita temui dengan kekuatan dan kelemahannya. Allah memberikan kita pemahaman bagaimana cara menyikapi kekuatan dan kelemahan tersebut. 

Watak Melankolis

Orang dengan watak melankolis umumnya pemikir, introvert, dan ingin melakukan sesuatu dengan sempurna. Jiwanya selalu sempurna dan melakukan pekerjaannya dengan detail. Berikut ini ciri orang dengan watak Melankolis :
  1. Pemikir. Terlalu banyak menganalisis sesuatu secara detail. Semua yang ada di depannya dipikirkan, sehingga cenderung sensitif.
  2. Kurang percaya diri. Orang melankolis cenderung pendiam dan sering menjauh dari pergaulan. 
  3. Sangat berhati-hati. Dalam memutuskan sesuatu dan saat ingin mengutarakan pendapatnya, kesannya berhati-hati. Orang melankolis ingin semuanya sempurna dan jika ragu-ragu dia akan mengurungkan niatnya untuk berbicara.
  4. Sempurna. Saat mengerjakan sesuatu yang dia sukai, dia akan mengerjakan dengan sempurna hingga detail. Sayangnya, jika dia mendapati ketidaksempurnaan, dia akan mudah marah.
  5. Kreatif. Cenderung menghasilkan karya-karya yang out of the book. Jiwa pemikirnya memikirkan sampai detail untuk mengisi kekosongan di rumahnya. 
  6. Sulit mendapatkan teman. Orang melankolis lebih nyaman berada di dekat teman yang dipercayai, dibandingkan menjalin hubungan baru. Dia akan menunjukan kemampuannya di tengah-tengah orang yang dapat berkooperatif dengannya.
  7. Nyaman dengan Rutinitas. Ciri yang paling terlihat dari orang melankolis, dia lebih nyaman berada di aktifitas yang rutin, dibandingkan memulai aktifitas baru.
Sahabat Ustman bin Affan, r.a dapat menjadi teladan baik bagi orang yang memiliki watak teratur. Dikenal dengan sahabat yang memiliki jiwa tenang dan selalu berpakain rapi. pada masa khalifah Ustman bin Affan, beliau berinisiatif untuk mengumpulkan Al Quran dan menuliskannya dalam satu mushaf.

Mengambil sikap baik dari pembawaan sahabat Ustman bin Affan. dalam kehidupan sekarang ada banyak sekali jiwa-jiwa yang ingin sempurna dengan segala kekuatan dan kelemahannya. 

Watak Koleris


Orang koleris cenderung bersifat ekstrovert dan senang bercerita. Memiliki ambisi yang tinggi dan ingin semua berjalan sesuai dengan tujuannya. Berikut ini ciri-ciri orang dengan watak Koleris :
  1. Dominan. Menjadi influencere yang handal. Orangnya mudah masuk ke semua orang dan sangat percaya diri. Orangnya sangat menonjol dan menjadi dominan dalam semua hal yang dia inginkan.
  2. Menjadi Pemimpin dan Pembicara. Dalam sebuah forum, dia akan menjadi pembicara yang aktif dan dominan serta mampu menjadi pemimpin. 
  3. Ambisius. Memiliki keinginan besar dan memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan.
  4. Manipulatif. Dia pintar membuat orang mudah percaya terhadap dirinya dengan penyampaiannya. Meskipun orang cenderung kurang menyukai cara dia menyampaikan.
  5. Gembira. Jiwanya selalu gembira meskipun masalah ada di belakangnya.
Kita mengenal sahabat Umar bin Khattab, r.a. Masih ingat bagaimana keadaan beliau sebelum masuk Islam. Karakternya sangat kuat melawan hal-hal yang kurang beliau sukai. Sikapnya keras dan sangat percaya diri. Saat menjadi sahabat Rasululloh, Sahabat Umar bin Khattab inilah yang sering memberikan ide-ide kritis dan bersikap tegas terhadap orang yang memerangi Islam.

Pada masa sekarang, ada banyak orang-orang berwatak koleris dengan semua kekuatan dan kelemahannya. Kita wajib memahami bagaimana si koleris ini saat berbicara, saat menyampaikan pendapatnya. Sangat mudah melihat watak koleris ini, dari pembawaanya saat pertama kali bertemu atau menyampaikan pendapat.

Watak Sanguinis


Hampir sama dengan watak Koleris. Sifatnya ekstrovert dan gembira. Kepribadiannya selalu optimis, selalu ingin menjadi pusat perhatian, mudah beradaptasi dan mudah menjalin hubungan pertemanan. Berikut ini ciri watak sanguinis :
  1. Suka Bercerita dan didengarkan. Selalu ingin menceritakan apa yang dirasakan, apa yang dilihatnya dan menceritakannya dengan semangat. Bahkan kepada orang yang baru dikenalnya dia tidak sungkan untuk menyapa dan bercerita.
  2. Mudah Berteman. Jiwanya yang selalu riang dan gembira membuatnya mudah untuk berteman. Memiki jiwa dan rasa ingin tahu, membuatnya tidak sungkan untuk menyapa terlebih dahulu.
  3. Senang Keramaian. Orang yang memiliki watak sanguinis sangat tersiksa saat sendirian. 
  4. Energinya Besar. Orang sanguinis tidak mudah lelah, karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dia mudah berpindah-pindah tempat dan selalu ingin bertemu hal baru. 
  5. Selalu Optimis. Dia akan melihat hal-hal positif dari apa yang terjadi. 
  6. Impulsif. Orang sanguinis memiliki mood yang mudah berubah.
Sahabat Rasululloh yang juga merupakan sepupunya, Ali bin Abi Thalib adalah sosok yang periang, ceria dan mudah beradaptasi. Menjadi seorang memiliki banyak pengetahuan, membuat sahabat Ali bin Abi Thalib disenangi banyak orang. Tentunya kita telah banyak menyimpan kata-kata mutiara dari beliau, ya.

Dalam kehidupan sekarang, ada banyak sosok sanguinis yang menjadi penghibur kita di kala resah, gundah dan sedih melanda. Watak sangunis mampu membuat suasana cair dari kekuatannya dan juga kelemahannyapun kadang membuat kita gemas manja.

Duh, rasanya ingin membocorkan watak-watak dari pasangan dan anak-anakku nih. Kalau dari cara penulisanku, mungkin teman-teman semua sudah dapat menebak ya, mana watak dasar yang saya miliki. 

Kesimpulan


Dengan memahami watak diri sendiri, kekuatan dan kelemahannya, diharapkan kita mampu mengatasi emosi yang muncul saat berhubungan dengan watak yang berbeda dengan kita. Watak Melankolis yang lembut dan perasa serta pemikir, mungkin akan bertentangan dengan watak koleris yang serba dominan dan ingin semua berjalan sesuai dengan keinginan si Koleris. Melankolis sebaiknya memahami bahwa penyampian koleris itu tegas, taktis dan apa adanya. Kolerispun sebaiknya juga memahami keadaan lawan bicaranya. 

Kita harus menyadari dan menerima, bahwa tiap orang memiliki watak. Bisa jadi watak kita sama dan bisa jadi wataknya berbeda.  Jikapun wataknya sama, belum tentu juga sama seratus persen, karena ada watak kombinasi serta ada emosional dan lainnya yang ada pada diri orang lain. 

Sebaiknya kita harus memahami watak dan kondisi lawan berbicara kita. Manfaatnya supaya saat berbicara dengan lawan bicara yang memiki watak berbeda, lawan bicara kita akan terasa nyaman dan mudah menerima apa yang kita sampaikan. Bahwa apa yang kita sampaikan belum tentu dapat diterima dengan mudah, itu pasti. Tapi mencoba untuk mencari penyampaian yang baik dan mudah diterima oleh lawan bicara itu juga pasti dapat kita lakukan. Intinya, posisikan diri kita menjadi yang terbaik lawan bicara kita. 

Oh iya, boleh curhat kan, Mah 😇. Saya seorang melankolis. Dulu, sering sekali baper jika ada teman yang mengatakan :
  • Ih dasar melankolis. 
  • Duh, jangan baper-baper gitu dong, dibuang dong melow melownya. 
  • Kamu gitu banget sih, apa-apa dipikirin. 
  • Jangan terlalu ribet sih jadi orang, masa apa-apa dipikirkan sedetail itu.
  • Ngapain sih disusun susun gitu, nanti juga bakalan berantakan
  • Dia mah sensitif, terlalu peka.
Maafkan saya yang dulu ya. Dulu saya menganggap merasa kruang dihargai sekali. Pernah saya merasa kurang berguna dan kurang layak untuk menjadi teman karena memiliki watak melankolis. Duh, nulisnya sembari nahan tangis. Dulu saya ingin sekali mengubah watak dan menghilangkan semua yang diharapkan oleh teman-temanku. 

Alhamdulillah dipertemukan dengan kajian Dr. Aisah Dahlan. Watak manusia itu ada. Melankolis menjadi salah satu watak dasar manusia yang ada. Tidak bisa dong watak melankolis dihilangkan. Terbaiknya adalah, mengelola penerimaan yang dulu dirasa kurang nyaman menjadi nyaman. Sebuah proses yang boleh dibilang saya ingin mengacungi jempol untuk diri sendiri. Pertama, saya menerima watak yang ada di diri saya adalah Melankolis, termasuk kekuatan dan kelemahannya. Kedua, setelah memahami watak saya dan watak yang lain, saya belajar mengelola emosi. Ketiga saya harus memiliki prinsip dasar bahwa semua orang telah memiliki pembawaannya masing-masing. Saya tidak dapat mengubahnya. Saya hanya dapat mengubah diri saya sendiri, betul?.

Teman-teman pasti lebih paham ya, bagaimana cara memahami watak lawan bicara dan bagaimana mengelola emosi saat sedang berkomunikasi. Pentingnya memahami watak dasar manusia dalam menjalin hubungan adalah supaya menghilangkan perasaan kurang nyaman dan kurang menerima

54 comments:

  1. Lihat karakter-karakter plegmatis, sanguin, koleris dan melankolis aku nih kayaknya ada di irisan semua itu lho Mak hihihi. Walau kata temen aku tuh banyak temennya tapi lebih menikmati kesendirian dan suka menghindari konflik. Tapi kalau melankolis banget sih kayaknya enggak. Btw meraba perasaan orang itu emang perlu banget, ga bisa menganggap orang punya pemikiran atau perasaan yang sama kayak kita ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua punya watak itu ya, teh. Cuma yang dominan sering terlihat ada dua watak yang saling berhubungan memang. Iya begitulah, setelah aku pahami watak ini, langsung koreksi ke diri sendiri, berapa banyak orang tersaikiti karena aku, hiks. Kudu berubah

      Delete
  2. Iya penting sekali ya memahami watak dasar manusia, sehingga kita bisa berkomunikasi, menjalin hubungan dengan baik dan nyaman. Meski mungkin sulit, tapi tidak ada salahnya dicoba, berusaha memahami perasaan lawan bicara.
    Btw kalau aku sih sepertinya cenderung plegmatis melankolis :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Liannya orangnya sabar banget. Terlihat dari beberapa japrian kita, dari cara Mbak Li menulis blog, ah suka sama sabarmu, Mbak

      Delete
  3. ini kebiasaan aku sebelum kenal dekat dengan orang lain, terutama pasangan, untuk mengenali lebih dalam watak dan kepribadiannya at least biar tau aja kalo ada apa-apa gimana nanggepinnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perlu banget Kak Ai. kalau untuk pasangan mah. Iyaa, biar gak kaget juga.

      Delete
  4. Hahaaa, langsung nunjuk diri aku plegmatis dan melankolis. Cerita mawar hitam dan mawar merah menjadi pelajaran buat kita ya Mak.
    Terkadangan dari sebuah WAG aja kelihatan ko watak seseorang, dari cara penulisan dan menyampaikannya.
    Yang penting, semoga banyak belajar terus dari setiap pertemuan dengan siapapun dalam kehidupan ini, memberikan kontribusi buatku, baik yang baik atupun yang tidak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bener Teh. Semua yang datang wajib disambut dengan baik dan menjadi banyak pengalaman bertemu dengan banyak orang. Belajar memahami cara orang menyampaikan pendapat, menjadi salah satu hal yang harus dipelajari terus, supaya banyak teman dan rejeki, eaa.

      Delete
  5. AKu ini termasuk melankolis kayaknya hahahaha :) Sensitif juga sih kalau ada apa2 kepikiran terus jadi susah mau ngapa2in wkwkwkwkwk :) Iya sih, watak orang berbeda2, gimanakita bisa saling toleransi dan menyesuaikan diri itu lebih baik :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya tepatnya itu Mbak, toleransi dan mampu menyesuaikan diri

      Delete
    2. Hahhaaa, halooo melankolis, jadi tahu deh karakter2nyaaa.
      Kuy ahh kita sama2 belajar menyesuaikan dirii

      Delete
  6. Waaah aku jd tau watak ku dan suami apa. Aku cendrung plegmatis, dan suami koleris :D. Kami memang bertolak belakang, tp syukurnya sampe skr bisa saling toleransi dan Nerima :D.

    Naaah aku sendiri kalo baru ketemu orang baru, ga mau lgs sok akrab ato mendominasi pembicaraan. Aku cendrung hati2 mba, Krn mau tau dulu sifat orang yg aku temuin gimana :D. Jgn sampe dia ga suka bercanda , tp malah aku godain :D. Butuh waktu agak lama sampe aku bisa mutusin akan bersikap gimana dengan org itu. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Noted Mak, insightnya. Jadi perlu memahami dulu ya, gimana orang atau lawan bicara kita.

      Delete
  7. Kalo dari yang Mak Astin share, aku lebih dominan watak melankolis kecuali poin sulit mendapatkan teman. Kalau masalah pertemanan, aku lebih susah menjali yang sampe intimate banget. Setidaknya nggak terasa intimate untukku karena aku nggak bisa percaya sepenuhnya dengan satu orang aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih menyenangkan banyak teman ya, Mak. Sama seperti aku, kalau sudah intim aku tu sebetulnya sangat percaya sekali. meski disakiti, aku tu masih bisa balik lagi. Ih, bahaya sebetulnya ya.

      Delete
  8. Wah menyenangkan banget bacanya, apalagi diberikan contoh2 siapa saja sahabat Rasullulah dan jenis karakternya, dari yg pleghmatis, ada dikit watakku di situ, melankolis, dan kholeris

    ReplyDelete
  9. Jujur aku aja kadang masih suka bingung sama watakku sendiri, kayaknya campur-campur deh wkwkwk, aku juga kadang sulit mengenali watak orang lain makanya jadi lebih insecure kalo berinteraksi, lebih nyaman interaksi dengan innercicle biar kalo ada apa-apa yang memicu perselisihan lebih cepet diselesaikan. tapi ya ga tau sih masih belajar lagi, btw ini materi kajian ya mba? kok keren banget sih bahasannya

    ReplyDelete
  10. Sepakat mbak, pemahaman watak lawan bicara ini memang penting. Hal yang sama, disampaikan oleh 2 orang dengan watak berbeda, bisa berbeda pengaruhnya pada diri saya

    ReplyDelete
  11. Masya Allah, jadi mengenal gambaran sahabat Nabi dengan baca ini.
    Saya sendiri melankolis dan koleris, sementara kedua orangtua saya sanguin dan keduanya ada sanguin melankolis dan sanguin koleris. Adik saya sanguin plegmatis, ternyata yang plegmatis juga nggak mesti introvert.

    ReplyDelete
  12. Dokter Aisah Dahlan favortku bangeett mbaaa
    Beliau tuh kalo menjelaskan hal2 yg rumit (seperti otak, hormon, dll) pakai bahasa yg enak didengar. Suaranya renyaaahh, bersahabat, pokoke luuuvvv banget ama beliau
    Artikel mba Astin ini super lengkap dan enlightening banget!

    ReplyDelete
  13. Saya antara melankolis dan plegmatis. Tetapi, lebih dominan ke melankolis. Karena di bagian plegmatis ada sifat yang katanya tidak punya pendirian. Padahal saya gak merasa seperti itu. Dan banyak orang yang udah kenal saya banget juga bilang kalau saya pendirian keras kalau udah yakin. Hanya memang gak suka aja menghindari konflik. Kalau berbeda pendapat, lebih baik saya mojok sendirian hehehe

    ReplyDelete
  14. Setuju dengan pernyataan di paragraf terakhir, kalau semua orang telah memiliki pembawaannya masing-masing. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubahnya.
    Membaca beberapa karakter di artikel ini membuat saya belajar memahami karakter sendiri dan mencoba mencari kelemahan dan kelebihannya.

    ReplyDelete
  15. MasyaAllah pas banget di kantor anak buahku tuh persis kayak si mawar merah dan hitam yang satu baperan bukan main staunya lagi langsung woww wkwkwk...akhirnya perang mulu yang pusing aku krn cape nengahinnya..

    btw ttg watak sendiri aku keknya koleris dan suami melankolis bisa dibayangkan kan suasana di rumah kami wkwkwkwk yg satu demennya ngooooomong satu lagi sepi hooh aja :p jg ngakak sendiri

    ReplyDelete
  16. watak atau karakter manusia memang beragam ya mbak
    klo kita bisa paham watak masing masing, pasti dalam berinteraksi jadi lebih mudah

    ReplyDelete
  17. Kalau paham watak orang, kitanya jadi lebih bisa menyampaikan pesan dengan baik dan hati hati ya mbk. Kalau dilihat dari berbagai macam watak manuasi, kayaknya kita sehati nih. Melankolis hehe

    ReplyDelete
  18. Itulah manusia dengan segala keunikannya yang adalah anugerah dari Illahi. Tapi, berhubung manusia dianugerahi akal oleh Allah, jadi di sini menjadi PR bagi si manusia untuk mengelola wataknya agar bisa tingkah lakunya nggak jadi nyebelin. Teorinya begitu hehehe. Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang menyenangkan ya dan nggak bikin orang sebel.

    ReplyDelete
  19. Berasa banget setiap orang punya watak yang berbeda-beda. Sekarang aku udah dalam masa yang kalau udah ada yang beda wataknya sama aku, di maklumin aja. Mau paksain juga bakalan bentrok

    ReplyDelete
  20. Seru banget ikut kajiannya mbak.Tulisannya lengkap dan bergizi mbak, thank you.
    Aku kyknya plegmatis juga soalnya lbh nyaman sendiri dan males berkonflik haha.
    Wah jd watak emang gak bisa hilang gtu ya? Yang bisa kita lakukan adalah mengelolanya supaya gak bikin baper diri sendri dan org lain hehe

    ReplyDelete
  21. Kayaknya aku sanguinis sama plegmatis, diantaranya kayaknya hehehe .
    Suka keramaian tapi tidak suka berteman.

    Watak sendiri aja susah ngenalin gimana mau memahami watak orang lain .Hihihi.

    ReplyDelete
  22. katanya sih tiap orang memiliki gabungan beberapa karakter ya :) saya sendiri nggak pernah ngetes hehehee

    ReplyDelete
  23. Wah sepertinya aku juga punya watak melankolis nih, sering banget baker haha. Tapi semakin bertambah umur semakin realistis deh memang ada hal tertentu yang gak bisa kita bendung saat kepengen meluapkan emosi namun kita punya iman yang mengatur sehingga tidak terlalu depresi

    ReplyDelete
  24. Aku apa ya...kayaknya lebih ke melankolis tapi berusaha jangan terlalu mudah terbawa perasaan, dibikin selow saja hehe biar nyaman...

    ReplyDelete
  25. Hiksbkayak Aku cocok ke Orang plegmatis sebagai orang dengan pembawaan yang tenang. Jiwanya selalu damai dan menghindari keributan.. intinya saling memahami perbedaan y mba

    ReplyDelete
  26. Memang penting memahami watak dasar manusia ya, Mbak. Dengan mengetahuinya kita bisa mengetahui kekurangan diri dan mencoba untuk memperbaikinya, selain itu kita juga bisa lebih mudah memahami watak orang lain

    ReplyDelete
  27. Kok aku jadi ingat statusku
    Kalau yang suka ga bahagia lihat kita bahagia masuk tipe mana ya itu, hahaha

    ReplyDelete
  28. Aku sanguin asli loo..
    Tapi untuk hari-hari tertentu, kadang muncul sifat gloomy-nya juga.
    Tapi tipikal menghindari konflik banget siih..

    **lo aku kok cerita diriku sendiri yaah...
    Hihii..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru memang yaa...bertemu dengan berbagai macam karakter manusia di bumi ini.
      Kalau memang tidak cocok, mungkin butuh penyesuaian lebih dalam.

      Delete
  29. kita memang memiliki watak bawaan yang berbeda-beda, mba, dan setahuku lebih dari ketiga hal di atas. cuma yang populer memang itu yaa hihi

    ReplyDelete
  30. Paling suka kalau bahas tentang kepribadian gini, jadi tau lagi kalau saya tipe plegmatis, suka sedih karena gak bisa nolak kalau ga sesuai sama hati, mungkin itu juga kelemahannya haha

    ReplyDelete
  31. semakin bertambah usia, aku kayanya banyak merubah karakter gitu deh mba. ngga tau kenapa, semakin bertambah teman, justru semakin suka menyendiri.

    ReplyDelete
  32. Jadi ingat pernah ikutan kuis personaliti di Facebook dan aku plagmatis. Dari situ aku ajak keluarga ikutan kuisnya ternyata 1 rumah wataknya beda-beda. Jadi lebih pengertian dan memaklumi Alhamdulillah

    ReplyDelete
  33. Saya termasuk orang dengan watak melankolis. Jujur terkadang saya merasa kesal dengan watak tersebut. Tapi kita harus terima segala kekurangan dan kelebihan kita ya

    ReplyDelete
  34. Kayaknya aku campuran deh antara melankolis sama sanguinis. Dan emang bener banget ya mbak. Memahamk watak seseorang tuh perlu juga sebenernya biar hubungan dg manusia lain tetep baik. Hablumminallah wa hablumminannass..

    ReplyDelete
  35. Huwaaww beraaattt, hehehe. Aku kayanya juga semakin berumur kepribadian dan karakter berubah, yah namanya manusia ya memang makhluk paling dinamis karena kita bukan robot.

    ReplyDelete
  36. Kayak ya aku antara plegmatis dan koleris deh wkwkkw. Soalnya di dua watak itu ada, sanguis juga ada tapi aku ga kesiksa kalau sendiri. Malah cenderung senang sendiri saat tertentu

    ReplyDelete
  37. Mempelajari watak manusia selalu menarik ya. Baca tulisannya Mbak Astin jadi bisa ikutan belajar. Cuma kayaknya aku memang tak terlalu suka berteman dari kecil, senangnya sendirian atau bareng yang memang sudah sangat dikenal. Kalau sama orang baru susah, mesti banyak belajar lagi

    ReplyDelete
  38. Dengan mengenali diri sendiri apa karekternya tentunya jadi lebih mudah mengetahui apa kekurangan diri yang justru dapat ditingkatkan menjadi keunikan ya

    ReplyDelete
  39. Hihihi kalau kelihatan biasa aja atau gembira2 aja di luar tapi sebenarnya dipikirin dalam2 kalau ada org mengatakan sesuatu ttg kita tu kira2 masuk mana ya? :D

    ReplyDelete
  40. Apalagi memahami watak dasar pasangan ya eeeaaa. Aku 8 tahun lebih menikah baru bisa perlahan memahami bagaimana si dia. Awalnya memang akan ada aja konflik. NAmun dari situ kita belajar.

    ReplyDelete
  41. Sejujurnya motivasi aku masuk psikologi dulu ya karena mau memahami tipikal manusia dan diri sendiri loh mba. Sekarang jadi suka observasi hehehe.

    ReplyDelete
  42. Kadang tuh watak manusia gak bisa ditebak, tapi kalau dalam berumah tangga harus saling tau wataknya masing-masing nih. Beda lagi kalau urusan berteman karena kita gak bakal ketemua mereka setiap hari seperti kita bertemu dengan pasangan kitakan.

    ReplyDelete
  43. Makasih ya Mbk sangat berguna aku jadi memahami apa sih watakku dan senang aja memahami ke depan aku harus bagaimana. Membaca ini bikin hati makin hangat deh. Aku KOLERIS dan Melankolis deh kayaknya.

    ReplyDelete
  44. Wah aku termasuk watak yg mana ya melankonis ada plematis jg ada, paling g suka ngerepotin orang, tapi sukanya selalu berhati2 dalam mengambil keputusan, kalau gaul juga lebih baik sama yg sudah dikenal, walaupun mungkin gaul sama orang baru jg butuh waktu

    ReplyDelete
  45. Sbg manusia intinya harus bisa memahami perbedaan apalg watak yg memang tdk bisa d rubah y mba

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih