Sunday 7 March 2021

Pengalaman Menjadi Pasien Covid-19

Meminjam pernyataan dari teman baikku. Alhamdulillah menjadi bagian sejarah covid-19 yang tercatat pada buku kehidupan pernah menjadi pasien covid-19. Cerita singkat bagaimana saya dan keluarga menjadi pasien covid-19 telah tertulis di artikel blog ini pada awal 2021.

Pengalaman Menjadi Pasien Covid 19
Sediakan Selalu Oximeter di rumah


Kali ini, ijinkan saya menceritakan pengalaman menjadi pasien covid-19. Sejak awal mula, saat berada di rumah sakit, hingga kembali melakukan isolasi mandiri di rumah (lagi). Disclaimer : Kita semua sudah menyadari, bahwa kondisi tiap orang berbeda dan tidak dapat disamaratakan. Termasuk saat terjangkit virus covid-19 ini. Jadi, mohon untuk tidak menyamakan dengan pengalaman orang lain, ya.

Baca Juga : Terpapar Covid 19 dan Cara Menyikapinya

Jika Sakit - Beristirahatlah

Hari Minggu, 1 November 2020. Keluarga besar suami sedang berkumpul di rumah mama. FYI, rumah mama berada di depan rumah kami. Hal yang paling tidak dapat diterapkan dalam pertemuan keluarga adalah melepas / tidak mengenakan masker. It's Oke. Namun ternyata, ada saudara yang mengeluh tidak enak badan sejak hari sebelumnya.

Pengalaman Menjadi Pasien Covid 19
Ayat Al Qur'an yang selalu menemaniku


PR untuk semua, kita tidak tahu bagaimana kondisi orang yang terpapar virus atau sakit biasa. Pertemuan keluarga atau makan bersama teman tentu menjadi hal yang sulit untuk dielakan. Silaturahmi harus tetap terjaga meski harus membuka masker. Sampai hari ini, untuk pertemuan dengan teman-lah yang masih bisa saya abaikan. Mohon maaf ya, temans. Saya bukan tidak ingin bersilaturahmi, tapi semua orang memiliki pertimbangan sendiri.

Sakit Bersama-sama - Wajib Waspada

Hari Senin-Selasa semua berjalan biasa di keluarga kecil kami. Ternyata di keluarga besar, tiga orang sakit - typus - demam tinggi - badan sakit. 

Hari Rabu pagi, 4 November 2020 saya, suami dan anak-anak masih berkumpul untuk sarapan bersama. Salah satu keluarga besar datang ke rumah dan bersinggungan kulit dengan suami. Saat mereka pulang dari rumah kami, suami mendadak demam - demam tinggi. Badannya panas dan meminta saya mengerok. Warnanya merah merata - berbeda dengan kerokan masuk angin biasa.

Pengalaman Menjadi Pasien Covid 19
Terima Kasih Teman Baik


Sembari mengerok - biasanya wanita yang kata-katanya harus keluar lebih dari 20.000 kata. Saya langsung berpikiran ini bukan sakit biasa. Sudah tiga orang sakit dan suami demam mendadak. Saat itu juga, suami istirahat di kamar terpisah, kami semua mengenakan masker. Fix, ini bukan sakit biasa - tapi sulit rasanya diterima oleh keluarga besar - yang saat itu masih berpikiran - hanya kelelahan -masuk angin - badan cape. 

Langsung PCR - Supaya Jelas

Hari Kami pagi, 5 November 2020 suami berinisiatif keluar rumah menuju RS Mayapada, Tangerang. Suami meminta di swab PCR - supaya jelas. Keluarga yang lain menyusul, biar suami terlebih dulu (masih berpikir positif). Membayar hampir 1 juta lebih untuk hasil di Hari Senin dini hari. 

Semua berubah. Saya dan anak-anak tidur di kamar depan. Suami di kamar belakang dan makanpun terpisah. Sedih rasanya, tapi semua kami jalani dengan berharap, semua akan baik-baik saja.

Hari Jumat pagi, 6 November 2020 suami mengajak ibunya pergi ke RS Sari Asih, Cipondoh. Suami meminta diagnosis lebih lanjut untuk dirinya dan ibu. Hasil Rapid Test - NON REAKTIF dan Hasil Rongsen menunjukan tidak ada masalah di dalam fotonya. Semua dalam kondisi baik, kecuali suami yang masih naik turun demannya. Saya ingat hari itu, saya memasakkan ayam bumbu kuning untuk semua. Tapi suami lebih memilih menyantapnya berjauhan dari kami.

Kenali Perubahan Tubuh

Hari Jumat malam, saat saya sedang duduk di meja makan. Suami keluar kamar. Duduk agak jauh dari saya, mengabarkan bahwa teman salah satu iparnya positif covid-19. Ya Allah, bak petir menghujam, dada ini sesak, pikiran menghitam. Alhamdulillah saya masih mengingat istighfar. Mau bagaimana lagi? semua sudah terjadi. Kami masih berpikir positif, semoga demam suami - hanya karena pola istirahatnya yang kurang.

Pengalaman Menjadi Pasien Covid 19
Gambar yang mengisahkan perpisahan antar kamar by anak bungsuku


Hari Sabtu malam, kondisi tubuh saya drop - kelelahan - sehingga sulit untuk tidur dan merasa lupa bagaimana cara untuk tidur. Seluruh tubuh rasanya ditekan dengan paku dari atas kasur. Mendadak saya merasa ketakutan dalam tidur.

Hari Minggu pagi, saya meminta suami menggantikan peran saya. Mencuci, menggoreng lauk dan menyiapkan makanan untuk anak-anak. Ya Allah, pedih rasanya harus melakukan hal tersebut. Namun, bagaimana lagi, kondisi tubuh saya lelah dan pegal-pegal. Saya menguatkan diri untuk bangkit dan sehat.

#PutusPenyebaranCovidDariSini

Hari Senin pagi, 9 November 2020 swab suami keluar dari RS Mayapada. POSITIF. Satu hal yang pernah saya tanyakan kepada beberapa orang, tapi belum menemukan jawabannya. PCR Kamis - Positif dan Rapid Test Jumat - non reaktif. Tadi pagi saat membaca postingan teman, mendapati gejala persis sama dengan kondisi keluarga kami di atas. Pergi ke Puskesmas untuk PCR, tapi disarankan Rapid tes dan hasilnya Non reaktif. Dan, teman tersebut masih ragu - beraktifitas atau tidak. #putuspenyebarancoviddisini

Pagi itu juga, suami meminta dibereskan pakaian beliau dan serta merta mengajak anak sulung kami- laki-laki. Alasannya, supaya saya fokus kepada anak bungsu - perempuan. Saat itu saya tidak berpikir macam-macam. Malah saya nyaman jika mereka bisa satu kamar di RS.

Mengapa kami memilih pergi ke rumah sakit? mungkin akan ada postingan lainnya ya

Rupa-rupa suami dan anakku berada di rumah sakit, tidak perlu diceritakan detail ya. Intinya, saat itu suami sudah membawa hasil swab positif. Anakku belum, jadi mereka tidak dapat disatukan dalam ruangan yang sama. Hal inilah awal drama mendera. Anakku tidak terbiasa tidur sendiri apalagi di rumah sakit. Alhamdulillah semua berjalan mudah - meski ada drama.

PCR Mandiri 

Hari Rabu, 11 November 2020 keluarga besar suami dan saya serta anak perempuanku dijadwalkan diswab PCR dari Puskesmas. Membayangkan harus mengendarai motor melewati jalanan ramai, saya minta PCR mandiri. Alhamdulillah ada rejeki dan membayar 2.800.000 saya dan anak saya swab PCR di rumah pada Hari Kamis.

Pengalaman Menjadi Pasien Covid 19
Alat Medis sebagai teman sebelum isoman di rumah sakit


Hari Jumat, 13 November 2020 hasil swab kami keluar. Hasilnya positif. Pada kondisi itu saya sudah berada dalam fase menerima apapun yang Allah berikan. Doa saya hanya semua dimudahkan, dimudahkan dan dimudahkan. Alhamdulillah saya mendapat kamar di RSUD Cengkareng ada dua bed kosong. RS tempat suami dan anak saya berada penuh.

Perjalanan panjang, membuat saya mengingat awal pertemuan saya dengan suami. Dia adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Hal-hal yang kurang di mata orang, semua sempurna di mataku. 

Tawa dan Cerianya Menular Menjadi Penyemangatku

RSUD Cengkareng - kami diterima dan diobservasi dulu di IGD. Banyak hal yang kami lihat di sini. Tapi hal-hal baik sajalah yang diingat ya. Anak perempuanku, usia 6 tahun enjoy, nyaman, ceria dan menguatkanku untuk selalu tersenyum. Ya Allah, anak kecil tapi membawa pengaruh besar untuk saya. Tks, Nak.

Pengalaman Menjadi Pasien Covid 19
Sudut mata di bangsal


Menempati bangsal paling pinggir bersama beberapa pasien yang keluar masuk. Lagi-lagi anak kecilku sebagai penggembira dan pelindungku. Ribuan senyumku terukir karena anak ini. Meski saat diambil darah, anak ini menangis kencang dan lama diamnya, diberi obat - banyak drama, tapi semua indah untukku. 

Baca Juga : Si Peniru Ulung, Membuat Bahagia

Pasien-pasien lainnya sangat baik, saling memberikan support. Begitu pula dengan nakesnya, semua ramah dan peduli akan keluah kesah kami. Seperti saat saya harus menerima obat yang diinjeksi langsung dari selang infus, ya Allah sakiiiitnya luar biasa. Saya menangis dan berkali-kali pencet bel. Hari pertama it's oke saya mampu menerima, hari kedua, saya tidak kuat dan hari ketiga belum sampai obatnya habis saya sudah menyerah, tidak kuat. 

Mohon maaf, saya tidak bisa share obat-obatannya di sini. Kurang lebih sama dengan obat-obatan yang diberikan di RS manapun dan di wisma manapun. 

Hal yang paling menyenangkan di RSUD Cengkareng

1. Setiap pukul 7.30, pasien yang sehat diijinkan mengikuti senam pagi. Senam ini diinstrukturi oleh tenaga medis dari Fisioterapi. Terapisnya baik banget, menghandle kami untuk berlatih pernafasan dan mendengarkan keluhan dan curhat gaje. 

2. Makanannya enak-enak, sarapan, makan siang, makan malam, semua ada buah-buahan dan makanan kecilnya. Untuk wadah makanannya yang habis buang, sama dengan minumnya diberikan botol air mineral yang habis buang semua. 

Pengalaman Menjadi Pasien Covid 19
Salah satu menu sarapan di rumah sakit. 


3. Di rumah sakit, setiap pagi dan sore ditensi dan dicek oximeter. Dirongsent dua kali dan diswab satu kali. Semua nyaman dan semua diperlakukan dengan baik.

4. Pakaian ruangan disediakan oleh rumah sakit. Meski demikian saya nyaman mengenakan pakaian sendiri untuk atasan.

5. Peraturan Pemerintah mengenai pasien yang sudah tanpa gejala diobservasi / dirawat selama 10 hari. Jadi pada Hari Minggu,  tanggal 22 November 2020, kami diijinkan dijemput oleh pihak keluarga. Alhamdulillah sebelumnya, suami dan anak laki-laki saya juga diterapkan dengan peraturan tersebut, jadi kami dapat dijemput.

6. Pesan dari rumah sakit, karena kami masih memegang hasil PCR Positif, diberlakukan isolasi mandiri selama 2 minggu lagi di rumah. Alhamdulillah pulang ke rumah dan dapat menjalani isoman bersama-sama.

Pengalaman Menjadi Pasien Covid 19
Bahagia bisa membuka tas berisi ini. Terima kasih, Teman Baik


Intermezo
: Sampai rumah, buka pintu bak kapal petjah yang siap untuk dikomentari. Namun pada saat itu, suami terlebih dahulu membeberkan fakta-fakta dan apa yang telah dikerjakan. Masih mau mengeluarkan puluhan ribu kata? Ya gak tega.

Isolasi Mandiri (lagi) - Di Rumah

Selama dua minggu isolasi mandiri (lagi) di rumah, kami semua berprinsip, makan enaklah selagi bisa. Jadi, apa yang kami ingin makan, kami usahakan untuk masak sendiri atau membeli melalui online. Kami masih belum nyaman untuk keluar rumah.

Pengalaman Menjadi Pasien Covid 19
Pertama kali memanggang Salmon


Meskipun kondisi kami ini sudah tidak menulari orang lain, tapi tep kami belum nyaman. Jadi, hal-hal yang berhubungan dengan belanja - lewat online dan yang tidak bisa lewat online - minta tolong teman-teman. Masya Allah, terima kasih banyak ya semua dukungannya.

Satu hal yang paling saya senangi adalah jika tidak dapat berbuat apapun, cukup doakan. 

Tempat Nyaman untuk Berjemur 

Dua minggu terlewati, kami mulai menyusun rencana untuk mulai keluar - berjemur. Mengapa tidak berjemur di lingkungan rumah? sensitif, bro sis. Ada lapangan di dekat rumah, lagi-lagi kami kurang nyaman dan lebih baik kami keluar dari perumahan dan mencari tempat yang nyaman untuk berjemur. Sekalian supaya kami tidak bosan berada di rumah saja.

Baca Juga : Tempat Jogging Nyaman di Green Lake City

Alhamdulillah semua terlewati dengan kemudahan yang diberikan oleh Allah. Sehat-sehat ya untuk kita semua, beraktifitaslah semampu kalian ya. Jika dirasa sudah lelah dan ada yang kurang nyaman di badan, segera cek dan jangan bertemu dengan orang lain, terlebih dahulu. Sampai hari inipun, saya belum "mau" berkumpul bersama teman-teman yang berkesempatan membuka masker - acara makan. 

Baca Juga : Mengunjungi Scientia Square Park, Serpong

Mohon maaf, jika ada salah tulis dan salah dalam penyampaian. Semoga artikel ini dapat digunakan sebagai informasi penjelas, bukan pembanding, karena lagi-lagi kondisi masing-masing sangat berbeda. 

23 comments:

  1. Semangaaattt selalu mba Astin
    Yap, apapun yg terjadi, insyaALLAH bisa kita ambil ibroh-nya ya
    semogaaa kita selalu sehaaat, semangat dan bahagia menjalani sisa usia.
    aamiiinn

    ReplyDelete
  2. Masya Allah hamdalah berkali kali kalian sekeluarga kuaaaat jasmani rohani
    alhamdulillaaaah selamat melewati satu masa mengerikan dalam pandemi ini

    saling support dalam keluarga - saling menguatkan itu obat paling besar

    peluuuuk dari jauh untuk semua

    ReplyDelete
  3. alhamdulillah sudah aehat kembali ya mbak
    memang saat kita sakit, dukungan dari teman teman terdekat sangat berarti ya mbak
    semoga sehat selalu ya mbak, dan berdoa pandemi ini segera berakhir

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah sudah sehat kembali, mbak. Covid-19 ini memang benar-benar bikin perasaan campur aduk ya? Semoga sehat selalu sekeluarga, mbak.

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah ya Mbak sudah sembuh semua. Semoga jadi pelajaran buat kami yang masih berjuang untuk melindungi diri dan keluarga dari Covid 19

    ReplyDelete
  6. Yang penting semua sudah dilalu dan bisa sehat kembali yaa Astin.. banyakpengalaman baru pastinya dan jadi pembelajaran untuk kita semua

    ReplyDelete
  7. Syukurlah, bisa melewati semuanya, smoga sehat2 terus ya Astin sekeluarga. Kakakku juga terkena covid, 2 kali rapid test hasilnya non reaktif, tapi karena batuk gak sembuh2, akhirnya swap dan ternyata positif. 2 minggu di RS dan diperbolehkan pulang, lanjut isoman 2 minggu. Untungnya istri dan anak2nya semua negatif.
    Semoga pandemi ini segera berlalu.

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah sudah terlewati ya mba. Smua kembali sehat seperti sedia kala.
    Iyaa mba aku kalau temu teman nggak dulu. Pergi biasanya ke rumah ibu, tetap jaga jarak. .malah mamah aku yg suka pergi2 😅
    Moga udah cukup yaa, sehat2 selaluuu. Amiin..fira hebat walau nangis tetap ceria hibur umi😁

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah, bisa pulih kembali ya mbak. Di rumah sakit juga ditangani dengan baik. Selama pandemi, saya sendiri sempat nungguin bapak yang dirawat karena diabetes. Jadi sempet deg-degan juga meski rumah sakit tersebut bukan rs rujukan covid.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah sudah terlewati ya mbak. Walau pastinya berat dan penuh drama saat kejadiannya. Semoga sehat terus ya.

    ReplyDelete
  11. Turut bersyukur mbak Astin. Status sebagai penyintas covid sungguh terasa sbg anugrah jika mengingat banyak yang tak bisa melewati situasi ini dg selamat. Suami saya juga positif Covid akhir tahun 2020 lalu. Saya dan anak2 nggak ikut test kami kami semua tanpa gejala. Tapi ya sama juga, total isoman di saat seharusnya kami merayakan Natal.

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah sudah berhasil dilewati semuanya dengan baik ya Mbak, semoga sehat selalu sekeluarga..

    ReplyDelete
  13. Wow, Astiiin makasih pengalamannya yaa. Asli, tetep harus waspada ketemu siapa pun itu, membatasi ketemuan dan berkerumun.
    Alhamdulillah yaa,pengalaman menjadi penyintas covid telah berkontribusi untuk kita semua juga, makasih banyak. Huhuu, masih bisa bertahan sampe saat ini, kereen.

    ReplyDelete
  14. alhamdulillah ya Mba, sudah kembali sehat dan berhasil melalui cobaan sakit bersama2 keluarga. Semoga pulih seperti sediakala dan sehat2 selalu ke depannya ya Mba

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah semua sudah kembali sehat, ya. Semoga pengingat juga bagi kita semua kalau Covid itu nyata. Sehat selalu untuk semuanya

    ReplyDelete
  16. Covid-19 itu nyata banget di depan mata ya mba, banyak yang menyepelekan
    alhamdulillah lega mba Astin bisa melewatin semuanya. Sehat selalu sekeluarga ya mba

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah ya semua sudah sehat kembali. Kudu diingat selalu nih pesan dan tipsnya.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah semuanya baik-baik saja ya Mba... semoga Mba Astin dan keluarga selalu sehat dan dimudahkan...

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah sudah sembuh ya
    Jadi pengen banget segera keluar dari pandemi
    Apapun itu stay health, Mbak

    ReplyDelete
  20. Ya Allah, kak Astin.
    Semoga sehat selalu dan gak kena-kena lagi virus Covid. Ini memang berat, kemarin masku juga ada 2 orang yang kena. Yang bikin khawatir, salah satunya tinggal dengan Ibuku yang sudah sepuh.

    Jadi memang harus saling menjaga dan meringankan.
    Tetap bahagia.

    Tabarakallahu~

    ReplyDelete
  21. Mbak Astin, terima kasih sudah berbagi pengalaman yaa
    alhamdulillah sudah pulih semua, badai sudah kalian lewati. Fira, good job! kamu kuat temani umi!

    ReplyDelete
  22. Ya Allah semoga lekas pulih sekeluarga ya Mbk, kondisi keluargaku juga pernah mengalami dan isoman, semoga pandemi ini segera berakhir ya

    ReplyDelete
  23. semoga postingan mba asti dibaca oleh mereka yang masih ngeyel kalau disuruh terapin protokol kesehatan, masih ga mau vaksin padahal udah gratis dari pemerintah

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih