Wednesday 17 August 2022

Dampak FW SCBD Pada Pola Pengasuhan Anak-Anak

Bismillah

Beberapa waktu lalu, tepatnya di bulan Juli, Indonesia memiliki cerita yang layak untuk diperbincangkan. Ya. Saya dan beberapa teman (ibu-ibu teman anak-anak) ramai membahas viralnya FW SCBD. Tentu tidak sama mengambil konten dari FW SCBD yang diangkat untuk diperbincangkan. Ada yang menanggapi langsung negatif, ada yang mengambil sebagai bahan pelajaran, ada juga yang cuek sajalah, yang penting anaknya tidak menonton konten dari FW SCBD yang disuguhkan di media sosial.



Saya dan salah satu ibu yang memiliki anak laki-laki, sekali lagi, anak laki-laki berbincang. Sebut saja Mama Agung. Mama Agung memiliki ketakutan yang luar biasa, terhadap viralnya FW SCBD dikarenakan, konten yang dapat ditonton di media sosial menyuguhkan mudahnya pergaulan bebas yang ditawarkan di sana. Jika Mama Agung langsung ke pergaulan bebasnya, saya lebih luas, semua tentang FW SCBD patut untuk disorot. Beberapa kali, saya menonton konten yang dibuat dari viralnya FW SCBD. Jika hal tersebut dilihat semua bermasalah, hasilnya ya masalah. Saya mencoba memulai dengan tenang dan menjadikan viralnya FW SCBD sebagai alarm untuk saya.

Alarm keras untuk diri sendiri. Apakah saya sudah dalam kategori aman, menjadi seorang ibu yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam. Apakah saya sudah dalam kategori yang aman, menjadi seorang ibu yang bijak sesuai dengan norma kesusilaan dan kesopanan yang ada di negara tercinta, Indonesia Raya ini. Apakah saya sudah dalam kategori aman, menjadi seorang ibu yang memiliki kedekatan dengan anak? Apakah apakah yang terus menambah, menyadarkan diri saya, bahwa FW SCBD wajib menjadi bahan pelajaran untuk diri sendiri dalam pola pengasuhan anak.

Saya memiliki dua orang anak. Anak laki laki berusia 13 tahun dan anak perempuan berusia 8 tahun. Usia yang aktif menggunakan gadget dan sudah memiliki aplikasi media sosial, meskipun tidak aktif mengisi/ membuka. Namun, aplikasi yang sering dibuka adalah Youtube, di mana, di media tersebut, pemberitaan dan konten-konten FW SCBD juga banyak sekali dibagikan. Pastinya mereka menonton, meski tidak 100 % menanggapi atau memahami konten tersebut. Saya, pasti sudah berbincang dengan mereka. Saya langsng menanyakan, apakah kalian tahu FW SCBD? apa yang kalian tonton di sana? saya pancing mereka, seberapa tahu mereka akan konten yang dibagikan dari sana.

Pergaulan Anak-Anak

Alhamdulillah anak-anak masih berada di masa, masih bermain di dekat rumah. Teman anak-anak masih dapat dihitung menggunakan jemari dan mereka masih menjadi anak-anak rumahan. Anak-anak yang keluar rumah, hanya untuk sekolah, untuk mengaji, untuk keluar ke minimarket bersama saya atau abinya, keluar jalan-jalan bersama kami juga dan sesekali anak laki-laki saya ijin berkumpul dengan teman seangkatannya, dengan sepengetahuaan orang tua masing-masing dan masih dikawal/ didampingi.

Apakah saya masih merasa aman? Alhamdulillah saya bisa mengatakan, sejauh ini pergaulan "nyata" anak-anak masih dalam batas sangat aman. Namun, lagi-lagi di gadget mereka, saya harus pastikan bahwa anak-anak memiliki bahasan pergaulan yang aman untuk usia mereka. Jika anak laki-laki saya sudah meminta privacy untuk gadgetnya, namun untuk pasword masih dia berikan kepada kami. Anak perempuan saya, masih dapat dicek gadgetnya, karena masih usia anak-anak. Saya memberikan kebebasan terbatas dengan banyak nasehat kepada anak laki-laki saya dalam pergaulan. 

Alhamdulillah anak laki-laki saya sudah paham, bahwa dalam bergaul ada sebuah cerita dari jaman sahabat Nabi. Jika kamu berteman dengan penjual minyak wangi, kamu akan terbawa aroma wangi. Jika kamu bergaul dengan penjual ikan asin, kamu juga akan terbawa aroma ikan asin. Meskipun, saya juga pernah memberikan nasihat, jika berteman "jangan pilih-pilih" namun maknanya, Insya Allah paham.

Dari FW SCBD saya belajar bahwa untuk memahami pergaulan anak-anak, saya harus memahami anak saya terlebih dahulu. Apakah sejauh ini belum paham anaknya, Bu?. Jawabannya adalah, jika dalam keadaan normal, saya sangat paham bahwa anak saya adalah saya, keinginannya begini begini, paham dengan sangat dan sudah memiliki solusi jika ada kejadian A, kejadian B. Namun, jika dalam keadaan masing-masing sedang berada di emosi yang turun, atau emosi negatif. Hal inilah yang harus digarisbawahi. Harus mengeluarkan jurus sabar, senyum dan sejenak diam. 

Fashion Anak-Anak

Hal yang disorot adalah fashion dari FW SCBD. Pasti dong, banyak youtuber, tiktoker, atau penggiat media sosial menyoroti fashion yang dikenakan di sana. Saya yakin, yang saya lihat itu hanya sebagian. Sebagian besar, Insya Allah baik-baik dan dapat dicontoh oleh anak-anak. Namun, kembali lagi, jika ada fashion yang sekiranya tidak baik menurut agama dan tidak layak untuk dikenakan dalam norma kesusilaan dan kesopanan, ini yang harus dicarikan solusi. Anak-anak dalam pengasuhan orang tua yang tepat, Insya Allah dapat berjalan lurus tanpa berbelok. Bagaimana dengan anak yang terima apa adanya yang disuguhkan di media sosial?. 

Pyuh. Saya bukan seorang ahli fashion, saya hanyalah seorang ibu biasa, yang sedari anak-anak kecil berusaha untuk memberikan contoh bagaimana mengenakan pakaian yang baik. Persoalan fashion bukan hanya untuk anak perempuan saja dong, tetapi anak laki-laki juga sering kami buka diskusi tentang bagaimana memilih pakaian yang dikenakan saat akan pergi atau berkunjung ke suatu tempat. Intinya adalah anak laki-laki harus paham dan pandai untuk memilih jenis pakaian yang akan dikenakan.

Alhamdulillah anak saya yang laki-laki, sudah terbiasa keluar rumah ke minimarket / diminta ke pasar komplek sudah menggenakan celana panjang. Meskipun masih ada celana pendek yang sampai lututpun, anak saya memilih mengenakan celana panjang. Hal yang masih menjadi PR bagi kami adalah soal pemilihan jenis pakaian. Anak saya awalnya anak yang cuek dan nyaman menggunakan kaos oblong kemanapun. Saya dan abinya mengajaknya diskusi tentang penggunaan kaos oblong. Kami tidak melarang dia mengenakan kaos oblong. Namun, alangkah nyaman dipandang, jika kita akan pergi ke suatu tempat yang semi formal, kaos yang dikenakan kaos berkerah, atau kaos oblong dilayer menggunakan kemeja santai. Alhamdulillah anak saya terbuka dan mau menerima saran kami. Beberapa kali kami pergi terakhir ini, pemilihan kaos berkerah sudah tidak menjadi bahan perdebatan.

Fashion anak perempuan saya, tidak banyak membuat koreksi ya. Alhamdulillah anak perempuan saya diberikan kemudahan menerima fashion yang saya berikan dan Insya Allah selamanya ya, Nak. Alhamdulillah anak perempuan saya, sudah mau mengenakan rok dan gamis saat bepergian. Awalnya dia hanya mau mengenakan celana panjang/ legging dan tunik panjang. Alhamdulillah sekarang sudah mau mengenakan rok dan gamis, tentunya dilapisi legging juga di dalamnya. Untuk hijab, anak saya masih nyaman menggunakan bergo kaos dan masih belum belajar mengenakan kerudung segi empat yang dilipat dua menjadi segi tiga.

Kedekatan dengan Anak-Anak

Saya masih sering "iri" dengan orang tua yang memiliki kedekatan super lengket seperti layaknya lem dengan anak-anaknya. Namun, saya juga boleh dong menuliskan, Insya Allah anak-anak selalu mencari saya. Jika kita terus melihat keberhasilan orang lain, khususnya dalam kedekatan dengan anak-anak, khawatir saya kurang bersyukur nantinya. Anak-anak Alhamdulillah dekat dengan saya. Mereka akan datang di tempat tidur saya saat saya sedang sakit. Mereka mau memijit kaki dan menyediakan keperluan saya selama saya sakit.

Jika ada drama A, B dan C serta drama lainnya., saya ambil hal itu sebagai bumbu-bumbu kedekatan antara saya dan anak-anak. Ramelah kami ini, sering sekali yang tiba-tiba sedang bersama-sama saling bercengkrama, tiba-tiba ada satu hal yang membuat ramai. Insya Allah perbaikannya juga cepat, apalagi jika ada abinya yang selalu menjadi penengah di antara kami.Anak laki-laki saya sudah mampu membereskan kamarnya sendiri, sudah mampu mengganti sprei sendiri, sudah mampu menyetrika pakaiannya sendiri. Namun, masih mencari saya, masih bertanya dan masih membutukan keberadaan saya untuk sekedar bertanya dan berdiskusi, kamarnya sebaiknya ditata seperti apa ya? Alhamdulillah.

Anak perempuan saya? yah, meskipun saat ada hal yagn kurang disuka, mulutnya akan cemberut mengekerut, perlahan akan hilang setelah didampingi. Nah, kembali lagi ke atas tadi, bahwa antara orang tua dan anak akan tercipta hubungan yang harmonis, jika masing-masing memahami karakter masing-masing. Khususnya orang tua, harus memahami karakter dasar anak-anaknya. Masya Allah.

Kesimpulan

Kesimpulan dari ketak ketik ini adalah, semua hal yang terjadi di dunia ini bukan kejadian yang biasa saja. Semua kejadian adalah luar biasa dan semua dapat diambil hikmah, pelajaran dan menjadi bahan untuk mengkoreksi diri sendiri. FW SCBD bukan hal biasa, karena nyatanya menjadi viral dan banyak konten yang tercipta dari kejadian tersebut. Banyak orang yang mendadak membuat konten dan datang untuk melihat secara langsung. Saya, tidak dan setelah lama berpikir, memahami dan berbincang dengan beberapa teman, akhirnya menarik juga FW SCBD ini ya, dapat dijadikan bahan untuk mengkoreksi diri.

Sebagai orang tua, tentunya sangat awas dengan kemunculan artis dan orang -orang viral di FW SCBD. Namun kembali lagi ke dalam rumah. Siapa saya, siapa anak-anak, sudah seberapa jauh kami saling mengenal. Insya Allah jika kami saling memehami, saling mengenal lebih dalam, dampak FW SCBD menjadi hal baik, menjadi hal positif untuk kami saling belajar. Jika saya tidak mengenal terlalu dalam dengan anak-anak, saya harus belajar lebih dalam lagi untuk mengenal anak-anak. Jika saya terlalu acuh dan cuek dengan pergaulan anak-anak atau fashionnya, saya harus awas nih, harus mulai membangun kembali kedekatan dengan anak-anak. Ada sebuah nasihat yang saya bawa selalu, anak akan menjadi apa yang orang tuanya berikan, termasuk urusan fashion dan pergaulan.

Sehat sehat kita semua, sehat jasmani, sehat pikiran dan Insya Allah sehat iman ya.

Salam

Astin


No comments:

Post a Comment

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih