Tuesday 1 December 2015

Sosialisasi Gema Cermat dengan CBIA

Jumat tanggal 27 November kemarin saya bersama teman-teman blogger, wartawan, ibu-ibu posyandu, serta wakil dari komunitas masyarakat, menghadiri sosialisasi pencanangan Gema Cermat pada stake holder. Acara tersebut dilaksanakan di kantor kementrian kesehatan, di Jl. HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta.

Sosialisasi Gema Cermat ini merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati hari
Kesehatan Nasional yang diadakan setiap tanggak 12 November ini. Acara dibuka oleh Ibu Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr.dr.Nila Farid Moeloek, Sp.M (K). Sosialisasi ini bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran dari masyarakatt secara benar terhadap penggunaan obat-obatan dalam hal ini, antibiotik.

Pesan dari Menteri Kesehatan RI



Ada beberapa point yang saya ambil, yaitu;
  1. Mengapa saat ini antibiotik banyak yang resistan terhadap kuman? karena pemakaian yang kurang tepat. Antibiotik pertama yaitu penicillin sudah cukup mengobati orang sakit, namun karena pemakaian yang tidak tepat, maka terjadilah resisten penicillin. Kemudian diobati lagi menggunakan antibiotik yang lebih tinggi lagi, pemakaian yang tidak tepat terjadilah resistansi lagi. Lalu? bagaimana nasib bangsa Indonesia dikemudian hari?
  2. Bagiamana untuk cerdas menggunakan obat? Bijaklah sebelum memutuskan untuk membeli obat, sekecil apapun itu. Contohnya obat sakit kepala. Karena masyarakat cenderung untuk membeli sendiri (swamedikasi) dengan membeli obat di warung atau toko obat.
  3. Menyimpan obat di rumah juga harus cerdas dan jangan sampai memberikan kepada orang lain. Berbahaya, apalagi jika obat tersebut merupakan obat keras yang berlogo merah. Harus dengan resep dokter, meskipun diagnosanya sama, jangan sesekali memberikan kepada orang lain.
  4. Gerakan dengan betul-betul Gema Cermat, demi anak-anak dan cucu-cucu kita.

Cara Belajar Insan Aktif 


Apa itu cara belajar insan aktif? cara ini sudah dilakukan beberapa tahun yang lalu. Sebuah sosialisasi yang dilakukan oleh Kemenkes bersama dengan seluruh lapisan masyarakat. Sosialisasi untuk mengajarkan kepada seluruh lapisan masyarakat agar mengetahui secara benar seluk beluk obat-obatan yang dijual bebas, bebas terbatas maupun obat keras.

CBIA ini bisa dilakukan dalam kelompok posyandu atau pada puskesmas-puskemas. Langkah-langkahnya seperti ini;
  1. Usahakan ada salah satu orang yang paham mengenai obat-obatan.
  2. Cara belajarnya dilakukan dengan diskusi, jadi semua peserta aktif dalam diskusi
  3. Kumpulkan obat-obatan, yang sekiranya sering ditemukan dan sering dikonsumsi oleh masyarakat.
  4. Pisahkan obat-obatan sesuai dengan fungsinya.
  5. Perhatikan logo yang terdapat pada kemasan.
  6. Lihat isi/komposisi/kandungan obat tersebut.
  7. Lihat indikasi obat tersebut, untuk mengetahui, obat A berfungsi untuk apa saja.
  8. Lihat efek samping dan baca hingga mengerti.
  9. Lihat kontraindikasi obat, biasanya point ini paling sering tidak dibaca.
  10. Lihat kadaluarsanya, jika membeli obat di warung.

Ketika Antibiotik Sudah Tidak Berguna


Talkshow menghadirkan dr. Hari Paraton,  SpOGK dari RS Dr. Soetomo Surabaya. Pertama kali mendengar sapaannya, saya langsung bersemangat untuk mendengarkan presentasi beliau. Apalagi judulnya "Ketika Antibiotik Sudah tidak Berguna" Duh, berasa ser-seran jantung saya. Saya dulu dekat sekali dengan obat yang bernama antibiotik dan saya benar-benar mempelajari mulai dari antibiotik penicillin hingga meropenem yang aduhai mahalnya itu. Sekarang saya tidak mengikuti lagi perkembangan antibiotik yang terbaru.

Peran awal antibiotik itu apa sich? menyembuhkan milyaran umat manusia yang terpapar bakteri. Padahal di dalam tubuh manusia, ada bakteri baik dan bakteri jahat. Sekitar 90 % bakteri baik ( Normal Flora ) yang ada di dalam tubuh kita. Jika kita minum antibiotik, bakteri baiknya juga akan ikut hilang.

Jika tubuh kita sakit lagi, dan bakteri baiknya lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri jahat, antibiotik pertama kali sudah resistan, atau bakterinya kebal dengan antibiotik tersebut. Lalu antibitiknya diganti lagi, begitu seterusnya.


Sampai hari ini, antibiotik di negara kita apa adanya, sedangkan bakterinya semakin bermutasi. Hal utama yang dilakukan adalah menurunkan supaya bakteri tidak resisten lagi terhadap kuman yang ada. Caranya bagaimana? Cerdaslah menggunakan obat, jangan minum antibiotik jika tidak perlu sekali.

Ada beberapa penyakit yang tidak membutuhkan antibiotik, contohnya : cacar air, campak, gabakan, diare air, batuk dan pilek, dan juga radang tenggorokan? haaah? radang tenggorokan itu merah tenggorokannya, namanya inflamasi, apakah perlu inflamasi diberikan antibiotik?

Satu contoh kasus pada anak/ balita yang panas badannya. Apakah langsung dibawa ke dokter dan diberikan antibiotik? relakan dulu anak anda, diambil darahnya, kemudian tunggu hasilnya.
Menuliskan antibiotik dan penggunaannya banyak sekali pro dan kontranya. Saya sendiri akan lebih bijak menggunakan obat khususnya antibiotik. Ada beberapa gejala demam yang sebetulnya tidak memerlukan antibiotik, jika sakit berlanjut hubungi dokter. Eaaa, oiya yang terpenting adalah "jangan membawa anak-anak/ diri kita ke rumah sakit, karena kuman bisa menyebar dari rumah sakit, bahasanya infeksi nasokomial. Jangan lama-lama berada di rumah sakit. [2015:11]

21 comments:

  1. CBIA bisa dipraktikkan di rumah nih. Karena saya selalu sedia obat di kotak obat. Takut pas butuh, tapi gak ada yang jual.

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah tuh, obat apa yang ada di rumah, sebaiknya lihat juga kadaluarsanya y

      Delete
  2. Emang perlu ya belajar tentang obat-obatan, walaupun yang ngasih dokter tapi tetep harus tanya juga fungsinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. baisanya lebih nyaman tanya ke apotekernya, kecuali dokter keluarga yang sudah deket banget. hihi

      Delete
  3. Sampai saat ini memang masih banyak terjadi miskonsepsi tentang antibiotik ya Mbak. Masih sering saya temui kalau sakit ya harus antibiotik. Semoga semakin banyaknorang yang sadar dan cerdas menggunakan obat ya Mbak. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, seharusnya masyarakat lebih bijak. Juga jangan asal beli obat di warung kalau sedang mengalami masalah di tubuhnya

      Delete
  4. memang kadang penggunaan obat yang tdk tepat malh bisa menimbulkan efek negatif di kemudian hari...khususnya ya obat antibiotik td.kalau g digunakan dengan tepat malah bs berbahaya...hmmm

    ReplyDelete
  5. Betul jg y, emg ga boleh sembarangan pake obat, apalagi antibiotik...
    Makasih y sharingnya

    ReplyDelete
  6. Wah asiknya bisa dateng lagi di acara yg kedua ini. Makin nambah pengetahuan ttg obat ya. Saya juga sudah mengurangi pemakaian obat kimia, terutama antibiotik.

    ReplyDelete
  7. Aih jadi inget dulu bgt tiap sakit tenggorokan pasti langsung dikasih amoxilin, kadang ke dokterpun juga diberi itu dan itupun kalo sehari udah sembuh ga dlanjut minumnya..
    Padahal kalo udah minum antibiotik kan kudu minimal konsumsi selama 3hari..
    Maklum keterbatasan pengetahuan di keluarga saya ttg obat2an..
    Akhirnya sempat kerja di bidang kesehatan dan baru tau gimana itu cara kerja dan pemakaian obat2an khususnya antibiotik..
    Kalo sekarang sih udah jaga kesehatan aja, sebisa mungkin hindari yang namanya obat2an..

    ReplyDelete
  8. Aku rajin nimbang ke posyandu, tapi rada gimana gitu pas aku nanya ke kadernya : kalo anak bayi sakit diapain ya?
    Trus dijawab : ya kasi aja Dulu obat2 warung.

    Yang artinya, obat warung boleh2 aja dikonsumsi tanpa harus tau apa komposisinya.

    ReplyDelete
  9. iya ngeri mba.. skrg apa2 kalo ke klinik, dokternya lgsg main hajar sama antibiotik. anak kecil sekalipun -___-

    ReplyDelete
  10. semoga kegiatan seperti inibisa terus disosialisasikan ya

    ReplyDelete
  11. jaman kuliah pusing dikit minum obat, batuk langsung minum obat padahal batuk sendiri ternyata mekanisme tubuh mengeluarkan bakteri yaa.. banyak manfaat yg didapat dr CBIA semoga bisa tularkan ilmunya ke yang lain

    ReplyDelete
  12. Pasien saya rata-rata penggemar antibiotik. Mereka umumnya protes jika tidak diberi antibiotik, meskipun belum tentu juga penyakit mereka butuh antibiotik.

    Kadang-kadang pasien maunya pakai jalan tol aja. Mereka langsung ke apotek minta obat antibiotik. Begitu pun penjaga apotek langsung memberikan, tanpa minta resep dulu. Maka tidak heran banyak kuman yang resistensi terhadap antibiotik. Saya mengerti, pengusaha apotek juga butuh makan.

    Sebetulnya kegiatan CBIA ini tidak hanya perlu disosialisasikan ke golongan pendidikan rendah saja. Bahkan mereka yang sudah bergelar S1 dan S2 saja masih tidak paham tentang penyalahgunaan antibiotik. Contoh kecil saja, ke dokter pun tak mau antri. Kalau perlu beli obat langsung di apotek. Apotekernya senang karena pasiennya banyak belanja obat, akibat ketidaktahuan pasiennya sendiri.

    ReplyDelete
  13. aku juga banyk belajar banyak info penting dari postingan mbak Astin nih. Yang bikin aku seneng bw kemari :)

    ReplyDelete
  14. harus makin cerdas milih obat ya..mudah2an kaloanak sakit, ga panik dulu biar bs menentukan yg terbaik buat anak

    ReplyDelete

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih