Saturday 21 March 2020

Menanggapi Berita Covid-19 Masuk Indonesia


Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun

Hari Senin, 2 Maret 2020 yang lalu, siang hari sebelum saya pergi menghadiri event blogger berita itu terdengar. Pertama kali yang menyimak adalah suami, yang kebetulan sedang ada di rumah. Beliau langsung memintaku untuk membatalkan kedatanganku.

La haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim

Saya tidak mungkin pergi tanpa ijin suami. Saya tidak ingin pergi namun suami tidak ridhlo meskipun pikirannya kadang tidak sejalan dengan pemikiran banyak orang. Namun, sayapun tidak mampu untuk memberikan alasan atas ketidakhadiranku. Sayapun berdoa dan memohon Allah memberikan solusinya. Saya berikan pernyatan bahwa Insya Allah semua baik-baik saja dan memohon ijin untuk kedua kalinya.

Menjaga harta titipan Allah


Alasannya memang untuk menjaga istrinya, menjaga anak-anaknya juga serta menjaga orang yang aku sayangi. Tapi Insya Allah semua akan diberikan perlindungan dan penjagaan dari Allah. Alhamdulillah meski dengan memejamkan matanya, suamiku mengijinkan dan berkali-kali kuminta dia ikhlas. Saya paling tidak bisa bergerak jika suami tidak ridhlo. Karena saya percaya yang dia katakan Insya Allah baik dan tidak melanggar syar'i.


Tindakan Pertama dengan berita pertama pasien positif Covid-19 di daerah Depok


Saya dan suami memiliki watak dan kepribadian yang sangat berbeda. Jika suami tipe pemikir, memikirkan bagaimana solusinya sampai semua dirasa baik-baik saja. Saya menjadi eksekutor tanpa berpikir, hehehee. Saya agak kurang sabar jika menunggu orang pemikir meminta waktunya berpikir. Beruntung di masa-masa awal, saya dan suami sependapat.

Masih di hari saya menghadiri event blogger. Sorenya saya mendatangi minimarket di dekat rumah. What? beberapa perlengkapan untuk membantu mencegah penyebaran covid-19 ludes, tak nampak, tak bersisa di beberapa minimarket. Masih di minimarket tersebut, saya menghubungi kakak di daerah Karangpucung, Cilacap. Saya meminta bantuan untuk mencarikan Hand Sanitizer jika di sana masih tersedia. 

Alhamdulillah, beberapa hari kemudian paket besar datang dari kakakku. Satu box masker dan beberapa masker hijab, satu botol besar Hand Sanitizer dari One Med dan empat buah Hand Sanitizer spray kecil. Masya Allah, Tabarakallahu kakakku tersayang. Semoga keluarga di sana, semuanya diberikan kesehatan dan perlindungan. 

Himbauan Gubernur untuk Belajar, Bekerja dan Beribadah di Rumah


Masih terngiang riuhnya teman-teman di dalam sebuah WAG yang menertawakan Meme bahwa  orang Indonesia kebal dengan Covid-19. Saya sedih saat menyadari beberapa membenarkan meme tersebut. Saya bukan orang kesehatan, saya bukan orang penerangan, saya bukan orang yang paham sekali mengenai agama, saya orang biasa yang meyakini bahwa musibah itu bukan untuk bercandaan. Saya masih menyimpan meme tersebut

Namun semua kembali kepada masing-masing. Saya tidak dapat memaksakan pendapat saya kepada mereka yang membenarkan dan tertawa dengan meme tersebut. Saya memilih untuk tidak mengikuti dan membahas meme tersebut, sampai angka kematian pasien Covid-19 di Jakarta pada khususnya semakin naik. Doa saya semoga siapapun yang pernah berkelakar mengenai si Covid-19 ini diberikan kesehatan dan diberikan perlindungan oleh Allah SWT, aamiin.

Alhamdulillah, Ahad yang cukup menegangkan bersama keluarga di rumah. Sebuah keputusan yang cukup baik untuk mengurangi interaksi dengan orang-orang yang kemungkinan terpapar, dengan memutuskan belajar di sekolah. Orang tua tidak perlu mengantar anak-anak ke sekolah, di mana saat mengantar anak-anak terjadi kerumunan yang sangat padat. Anak-anakpun belum memperoleh edukasi yang tepat dan tanggap Covid-19. Jajanan pinggir jalan di lingkungan sekolahpun masih belum mendapatkan edukasi mengenai hal ini. 

Ikhtiar Social Distancing dan Mengisolasi Diri Sementara dan Fleksibel


Kami memulai isolasi diri secara mandiri sejak Hari Senin, suami dan anak-anak berada di lingkungan rumah. Alhamdulillah sejak lama saya memiliki kebiasaan berbelanja kebutuhan rumah tangga untuk satu bulan. Kebutuhan lauk pauk dan jajanan anak-anak untuk satu minggu ke dapan, saya rasa cukup untuk satu minggu. Jika kurang saya dapat keluar rumah membeli kebutuhan di minimarket atau warung terdekat. 

Hal ini saya lakukan untuk mengurangi interaksi dan paparan dari musuh yang tidak terlihat, bukan sebuah keadaan panik tidak mau pergi ke mana-mana. Di hari pertama, suami masih mengantar ibunya ke Rumah Sakit untuk kontrol kesehatan rutin beliau. Di Hari ke tiga dan kelima kemarin, saya juga keluar rumah, untuk membeli keperluan rumah.

Saya dan suami tidak memaksakan keluar jauh untuk memenuhi kebutuhan kami. Apalagi Pada Hari Ahad sebelum ada instruksi dari Gubernur, 5 menit dari tempat tinggal, ada pasien suspect Covid-19. Jadi, tingkat kewaspadaan yang dibangun memiliki dasar kenapa saya harus menjaga jarak. Saya tidak tahu, gagang pintu di minimarket dibuka oleh siapa saja dan tidak mungkin saya menghindari hal tersebut. 

Ikhtiar yang saya lakukan saat keluar rumah :
  1. Minum empon-empon. Sudah hampir setahun saya dan suami selalu mengkonsumsi ramuan jahe, kunyit dan madu setiap pagi. Terima kasih kepada Dr. Zaidul Akbar untuk ceramah-ceramah beliau mengedukasi kaum muslim mengenai minuman yang menyehatkan ini.
  2. Mengurangi barang bawaan. Saya tidak menggunakan sliding tas yang biasa saya pakai, saya tidak membawa gawai dan seperlunya saja uang yang dibawa. 
  3. Menggunakan pakaian yang tidak ribet pencucian dan saat memakainya.
  4. Menggunakan masker, meski di awal-awal covid-19 tersiar kabar bahwa masker hanya untuk orang sakit, tetapi saya berpikiran bahwa masker adalah hal wajib untuk dikenakan dalam kondisi seperti ini. Untuk masker, saya masih menggunakan masker kain, meski begitu saya menggunakan sekali pakai dengan langsung mencuci bukan digantung atau disimpan dulu. 
  5. Membawa Hand Sanitizer sendiri, meski di beberapa minimarket terdekat sudah disiapkan HS juga.
  6. Jika masuk ke minimarket, saya menggunakan badan untuk membuka pintu. Terima kasih untuk sistem pintu dorong dan tarik. Bersyukur pintu minimarket terdekat dengan rumah sudah seperti semula, tadinya bagian dorongnya rusak.
  7. Menjaga jarak di pusat perbelanjaan di daerah ini rasanya agak kurang. Tetapi sebisa mungkin menjaga jarak saat berada di kasir. Ealah, ternyata pada hari kemarin, hampir seluruh pengunjung minimarket tersebut batuk semua, dear.
  8. Sejak ada berita resmi pasien covid-19, saya sudah tidak mendekati pasar tradisional yang ramainya minta ampun. Saya cukup datang ke pasar komplek yang pengunjungnya ya berasal dari kompeks tempat tinggal saya. Meski harganya cukup mahal atau sangat jauh dibandingkan pasar tradisonal. Saat ini hal yang terpenting adalah waktu dan kesehatan.
  9. Pulang ke rumah dengan menyemprotkan HS terlebih dulu ke tangan dan meletakan pakaian yang digunakan ke keranjang pakaian kotor.
  10. Mandi. Di mana saya biasa melambat-lambatkan mandi setelah dari luar. Berbeda dengan saat ini, di mana kondisinya makin meluas peta penyebaran covid-19. Jika saya dibilang terlalu lebay, biarlah saya memang lebay dan terlalu panik. Saya tidakakan menyangkal ataupun memberikan penjelasan mengapa harus begitu. Saya rasa sebagian juga akan menjaga diri masing-masing dan keluarganya akan adanya paparan Covid-19 ini.

Hikmah Penyebaran Covid-19 di Indonesia


Saya sebagai hamba Allah harus meyakini dengan pasti bahwa Covid-19 itu adalah mahkluk Allah SWT yang harus dipercayai keberadaanya. Menjadi mahkluk tak terlihat yang harus diwaspadai dan tidak boleh diacuhkan begitu saja. Ikhtiar-ihktiar yang saya lakukan bersama suami dan anak-anak, Insya Allah dapat menjadi ibadah untuk mencari cinta-Nya dan dijauhkan dari hal-hal yang membahayakan.

Ikhtiar yang saya lakukan bukan karena takut akan adanya mahkluk Allah ini. Melainkan untuk mengurangi paparan si covid-19 dan membantu tenaga medis supaya tidak terlalu banyak pasien yang membutuhkan bantuannya. Karena semua pasti paham kapasitas, jumlah bed, alat kesehatan jangan sampai jumlah pasien melebihi kapasitas tersebut.

Hikmah yang sangat terasa untuk saya dan keluarga adalah waktu. Waktu ini begitu sangat berharga untuk bersama-sama membangun ibadah dan kedekatan. Bersama-sama mengingatkan untuk lebih memperbanyak hafalan Al Qur'an. Bersama-sama membangun sholat jamaah di rumah. Jika pada hari-hari biasa, sang kepala keluarga bekerja di luar rumah, beribadah sholat kebanyakan di luar rumah. Inilah saatnya bermanja dengan keluarga untuk memperbanyak ibadah bersama. 

Memasak dan memasak. Mungkin itulah yang menjadi job description yang ada di otakku. Alhamdulillah suami dan anak-anak bukan orang yang harus makan ini, harus makan yang begini. Suami juga memahami kondisi pekerjaan rumah sehingga tidak memberatkan harus begini harus begitu. Meski menjadi terlalu santuy di rumah, tetapi suami berharap, kondisi seperti ini seharusnya dimaksimalkan untuk bersama. Masak yang tidak ribet, telur ceplok atau dadar telur cukup. tehu atau tempe digoreng dadakan sudah cukup. Anggap kondisi krisis sudah terjadi dan kita harus pintar-pintar untuk mengolah dana yang ada untuk hidup.

Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Hikmah lainnya adalah asupan makan anak-anak menjadi terkontrol. Di mana pada kondisi normal, anak-anak makan di sekolah, meski dari bekal rumah. Namanya bocah, ada saja dapat makanan dari temannya atau minta jajan temannya, atau jika ada uang, kadang jajan di pinggir jalan. Di kondisi seperti ini, anak-anak makan dari masakanku dan menyantap jajanan yang disediakan di rumah. Ada satu kosakata dari anak bungsuku, Fira namanya. Ummi gimana supaya pipi Fira tidak melorot? Whats? yup, Fira yang masih TK ini pola makannya memang agak unik. Saat doyan sekali makan, dia akan makan banyak apapun menunya. Tapi jika mood-nya sedang jelek, apapun menunya tep dia makan hanya beberapa suap. Alhamdulillah beberapa hari di rumah pipinya ndak melorot lagi kok, Nak, heheee.

Selain hikmah tentu ada banyak drama, tapi biarlah drama tetap ada. Menurut ustadzahku, apabila tidak ada tekanan atau stress mungkin kita tidak akan bergerak, tidak akan berpikir. Jadi gunakan drama yang biasa dianggap tekanan menjadi sebuah kran untuk kita bergerak. Contohnya, drama anak berebut mainan, saya harus putar otak bagaimana dua anak ini tidak berebut. Contoh drama lain, ummi di dapur lama sekali, mana waktu untuk bermain bersama Fira? saya harus memikirkan masakan apa yang dapat dibuat dengan cepat. 

Sudah panjang ternyata ceritaku dengan adanya berita Covid-19 ini. Mudah-mudahan menjadi pelepasan yang melegakan hati dan pikiran, supaya sayapun dapat menekan stress yang ada di diri saya sendiri. Seorang psikolog anak mengingatkan, untuk membuat anak-anak tersenyum, bunda-bunda semua sebaiknya tersenyum terlebih dahulu. Bagaimana membuat bunda tersenyum degnan tulus dan ikhlas, tentunya lepaskan semua beban yang ada, selesaikan dan buang jauh-jauh. Supaya saat berada di dekat anak-anak, senyum kanan dan kirinya sejajar dan dapat bertahan sampai hitngan menit. I love You semua ibu di dunia, sehat selalu untuk kalian. 

Apabila orang-orang ditimpa musibah , mereka mengucapkan Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali). Surat Al Baqarah ayat 156

No comments:

Post a Comment

Mohon maafkeun, komentar kali ini dimoderasi ya. Terima kasih