Bismillahirrohmannirrohim
Pentingnya Memahami Watak Dasar Manusia dalam Menjalin Hubungan. Sebagai makhluk sosial, kita akan selalu bertemu dengan orang lain. Menjalin komunikasi dengan orang lain. Berhubungan dengan orang tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimana ya supaya hubungan kita dengan orang lain dapat terjalin dengan baik. Bagaimana ya supaya kita tuh dengan mudah menerima apa yang disampaikan oleh lain itu dengan baik, tidak ada rasa kurang nyaman, tidak ada rasa kurang menyenangkan gitu. Terkadang kan, saat kita berhubungan dengan orang lain, lalu ada hal yang berbeda lalu kita baper. Bapernya juga sampai membuat kita tuh sedih. Bapernya tuh bikin nyesek, kok dia gitu sich, kok gitu banget ya. Duh, kan jadi kurang sehat ya, jika ada satu pihak yang merasa timpang dalam sebuah hubungan.
Apakah kita harus mengenal dengan jelas siapa dia, dari mana dia, hobby-nya apa, minatnya apa supaya hubungan terjalin dengan baik?. Apakah dari segi lama saling mengenal, hubungan dapat terjalin dengan baik dan tidak ada baper-baperan?.Ternyata dari kedua pertanyaan tersebutpun dirasa kurang untuk membuat hubungan dapat terjalin dengan baik. Dalam hubungan langsung saat bertemu face to face, sudah mengenal lama, sudah mengenal passion lawan bicara saja, masih terjadi rasa baper. Bagaimana saat kita harus berhubungan dengan lawan bicara dengan cara tidak langsung?. Makin tidak melihat mimik muka, karena komunikasinya menggunakan sebuah pesan lewat Whats App maupun pesan lainnya. Apa ya yang harus dilakukan supaya hubungan dapat terjalin dengan baik karena kedua belah pihak saling merasa nyaman dan memahami satu sama lain?.
Dia Kok Gitu Banget, Sih.
Sebagai contoh kasus, saya ingin menceritakan pengalaman nyata berada di dalam sebuah perasaan kurang menyenangkan dan kurang dapat menerima komunikasi yang dilakukan oleh lawan bicara. Sebut saja Mawar Hitam dan Mawar Merah. Lah, bukan nyata? nyatalah, tapi untuk menutup identitas, sebaiknya kan menggunakan nama lain atau identitas khusus gitu loh.
Contoh kasus pertama, kedua Mawar sedang bertemu secara langsung di dalam sebuah forum bersama ibu-ibu. Mereka sedang membahas penyerahan dana bakti sosial. Mawar Hitam tanpa basa basi, langsung menunjuk kepada Mawar Merah untuk melakukan apa yang diinginkan oleh si Mawar Hitam. Mawar Hitam langsung memberikan setumpuk berkas kepada Mawar Merah, padahal ada banyak orang yang bisa diserahi atau ditanyakan kesediaannya terlebih dahulu. Mawar Merah manut saja, tanpa menjawab pun dengan gesture tubuh atau mimik muka penolakan. Singkat cerita, Mawar Merah merasa dirinya kurang nyaman dan kurang menerima perlakukan Mawar Hitam.
Contoh kasus kedua, kedua Mawar sedang berkomunikasi secara tidak langsung melalui media Whats App. Mawar Merah sedang dalam kondisi yang kurang baik. Hatinya sedang patah, karena tukang sayur yang rutin dan berjanji datang hari itu tidak lewat depan rumah. Sepeda motor dibawa suaminya berangkat kerja, jadi dia tidak bisa pergi ke pasar, karena pasarnya jauh dari rumah. Mawar Merah mengambil gawainya dan stalking status Whats App. Terlihat ada status Mawar Hitam menginfokan cara mudah berbelanja melalui sebuah aplikasi. Mawar Merah memberikan komentar sederhana, "Itu gimana caranya, sayuran bisa diantar langsung ke rumah tanpa kita pergi?, susah enggak caranya?". Mawar Hitam membalas dengan ceria. "Ih, gitu aja kamu enggak tahu, kemana saja sih!". Dalam keadaan kecewa karena tukang sayur, karena tidak bisa pergi ke pasar dan membaca komentar dari Mawar Hitam tersebut, bagaimana penerimaan si mawar Merah?.
Watak Orang Berbeda-beda
Di sinilah pentingnya memahami watak dasar diri sendiri dan lawan bicara. Allah telah berfirman dalam Surat Al Isra ayat 84 yang artinya :
Katakan (Muhammad), "Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Dari ayat tersebut, kita harus memahami bahwa setiap orang memiliki watak atau pembawaannya masing-masing. Watak dan pembawaannya setiap orang berbeda-beda. Kita harus memahami watak diri sendiri dan watak dasar lawan bicara. Tujuannya apa? supaya kita memahami watak lawan bicara dan pembawaannya dalam berkomunikasi. Jika kita sudah memahami watak dasar lawan bicara, apa yang disampaikan kemungkinan besar dapat diterima dengan baik dan hubunganpun dapat terjalin dengan baik.
Saya pernah berada di masa belum memahami dengan benar watak lawan bicara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai si watak melankolis, semua saya pendam sendiri. Apa yang masuk melalui mata dan telinga saya hanya mampu merasa. Merasa baik saya merespon dengan hati berbunga-bunga. Merasa kurang baik saya merespon dengan hati penuh dengan awan mendung yang siap dijatuhkan dari langit. Nangis. Lebih parahnya lagi, saya bisa saja merasa semua tidak memahami apa yang ada di diri ini. Jadi, semua yang berhubungan di dekat saya pada hari itu, semuanya salah. Semuanya membuat saya sedih. Ngeri yak.
Alhamdulillah Allah menuntunku untuk lebih dalam memahami watak dasar manusia. Allah memberikan kesempatan untuk lebih dekat memahami watak melalui kajian yang diberikan oleh Dr. Aisah Dahlan. Saya mendengarkan kajian tersebut melalui Channel Youtube yang merekam kajian Dr, Aisah Dahlan dengan cara yang saya mampu lakukan. Dari mana saja selama ini? masa watak dasar manusia saja belum paham. Iya, dulu hanya mengetahui saja dan belum begitu memahami. lebih baik memahami daripada tidak sama sekali kan. Bersyukunya Allah sayang sekali dengan menunjukan bahwa memahami itu lebih baik dibandingkan hanya tahu saja. Betul?
Menurut Wikipedia Indonesia, Watak sama dengan Karakter adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Posisi watak terdapat di Lobus Parentalis, yang di dalamnya terdapat progam kekuatan dan kelemahan. Tinggal mana yang akan dikeluarkan, apakah kekuatannya atau kelemahannya. Pertama kali Watak diteliti oleh Hypocrates yang melihat ada banyak sekali watak. Muridnya bernama Galen menganggap watak bukan keturunan. Pada abad ke-18 ditemukan Gen dan menyimpulkan bahwa watak merupakan genetik, yaitu keturunan dari ayah dan ibu. Jadi, teori Hypocrates dan Galen gugur.
Watak Dasar Manusia
Watak diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya kekuatan dan kelemahannya. Setiap orang memiliki dua jenis watak. Pertama adalah watak utama atau watak yang terlihat secara jelas. Kedua adalah watak kombinasi, yaitu watak yang didapat dari lingkungan. Berikut ini adalah 4 watak dasarnya.
Watak Plegmatis
- Menghindari Konflik. Orang damai ini tidak menyukai keramaian. Sebisa mungkin dia menahan emosinya dengan melakukan aktifitas yang lain. Orang plegmatis akan menjadi penengah jika ada permasalahan.
- Memiliki jwa sosial yang tinggi. Orang dengan watak ini selalu ingin membantu orang lain. Dia tidak nyaman jika melihat orang lain susah. Sayangnya orang berwatak damai ini, tidak suka merepotkan orang lain.
- Hidup tenang. Jiwa damainya mengantarkannya untuk selalu hidup tenang. Dia tidak suka keributan dan keramaian. Dia lebih baik menyendiri dan memahami semua permasalahan tanpa menimbulkan banyak konflik.
- Introvert. Tidak semua orang plegmastis introvert. Umumnya orang yang berwatak damai ini, akan menyimpan permasalahannya sendiri. Orangnya mudah menjalin pertemanan namun tidak mudah dekat dengan orang.
- Tidak Memiliki Pendirian. Orang ini mudah sekali menerima masukan dari orang lain. Sikapnya tidak ingin ada konflik, jadi lebih banyak mendengarkan pendapat orang.
Watak Melankolis
- Pemikir. Terlalu banyak menganalisis sesuatu secara detail. Semua yang ada di depannya dipikirkan, sehingga cenderung sensitif.
- Kurang percaya diri. Orang melankolis cenderung pendiam dan sering menjauh dari pergaulan.
- Sangat berhati-hati. Dalam memutuskan sesuatu dan saat ingin mengutarakan pendapatnya, kesannya berhati-hati. Orang melankolis ingin semuanya sempurna dan jika ragu-ragu dia akan mengurungkan niatnya untuk berbicara.
- Sempurna. Saat mengerjakan sesuatu yang dia sukai, dia akan mengerjakan dengan sempurna hingga detail. Sayangnya, jika dia mendapati ketidaksempurnaan, dia akan mudah marah.
- Kreatif. Cenderung menghasilkan karya-karya yang out of the book. Jiwa pemikirnya memikirkan sampai detail untuk mengisi kekosongan di rumahnya.
- Sulit mendapatkan teman. Orang melankolis lebih nyaman berada di dekat teman yang dipercayai, dibandingkan menjalin hubungan baru. Dia akan menunjukan kemampuannya di tengah-tengah orang yang dapat berkooperatif dengannya.
- Nyaman dengan Rutinitas. Ciri yang paling terlihat dari orang melankolis, dia lebih nyaman berada di aktifitas yang rutin, dibandingkan memulai aktifitas baru.
Watak Koleris
- Dominan. Menjadi influencere yang handal. Orangnya mudah masuk ke semua orang dan sangat percaya diri. Orangnya sangat menonjol dan menjadi dominan dalam semua hal yang dia inginkan.
- Menjadi Pemimpin dan Pembicara. Dalam sebuah forum, dia akan menjadi pembicara yang aktif dan dominan serta mampu menjadi pemimpin.
- Ambisius. Memiliki keinginan besar dan memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan.
- Manipulatif. Dia pintar membuat orang mudah percaya terhadap dirinya dengan penyampaiannya. Meskipun orang cenderung kurang menyukai cara dia menyampaikan.
- Gembira. Jiwanya selalu gembira meskipun masalah ada di belakangnya.
Watak Sanguinis
- Suka Bercerita dan didengarkan. Selalu ingin menceritakan apa yang dirasakan, apa yang dilihatnya dan menceritakannya dengan semangat. Bahkan kepada orang yang baru dikenalnya dia tidak sungkan untuk menyapa dan bercerita.
- Mudah Berteman. Jiwanya yang selalu riang dan gembira membuatnya mudah untuk berteman. Memiki jiwa dan rasa ingin tahu, membuatnya tidak sungkan untuk menyapa terlebih dahulu.
- Senang Keramaian. Orang yang memiliki watak sanguinis sangat tersiksa saat sendirian.
- Energinya Besar. Orang sanguinis tidak mudah lelah, karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dia mudah berpindah-pindah tempat dan selalu ingin bertemu hal baru.
- Selalu Optimis. Dia akan melihat hal-hal positif dari apa yang terjadi.
- Impulsif. Orang sanguinis memiliki mood yang mudah berubah.
Kesimpulan
- Ih dasar melankolis.
- Duh, jangan baper-baper gitu dong, dibuang dong melow melownya.
- Kamu gitu banget sih, apa-apa dipikirin.
- Jangan terlalu ribet sih jadi orang, masa apa-apa dipikirkan sedetail itu.
- Ngapain sih disusun susun gitu, nanti juga bakalan berantakan
- Dia mah sensitif, terlalu peka.
Lihat karakter-karakter plegmatis, sanguin, koleris dan melankolis aku nih kayaknya ada di irisan semua itu lho Mak hihihi. Walau kata temen aku tuh banyak temennya tapi lebih menikmati kesendirian dan suka menghindari konflik. Tapi kalau melankolis banget sih kayaknya enggak. Btw meraba perasaan orang itu emang perlu banget, ga bisa menganggap orang punya pemikiran atau perasaan yang sama kayak kita ya
ReplyDeleteSemua punya watak itu ya, teh. Cuma yang dominan sering terlihat ada dua watak yang saling berhubungan memang. Iya begitulah, setelah aku pahami watak ini, langsung koreksi ke diri sendiri, berapa banyak orang tersaikiti karena aku, hiks. Kudu berubah
DeleteIya penting sekali ya memahami watak dasar manusia, sehingga kita bisa berkomunikasi, menjalin hubungan dengan baik dan nyaman. Meski mungkin sulit, tapi tidak ada salahnya dicoba, berusaha memahami perasaan lawan bicara.
ReplyDeleteBtw kalau aku sih sepertinya cenderung plegmatis melankolis :D
Mbak Liannya orangnya sabar banget. Terlihat dari beberapa japrian kita, dari cara Mbak Li menulis blog, ah suka sama sabarmu, Mbak
Deleteini kebiasaan aku sebelum kenal dekat dengan orang lain, terutama pasangan, untuk mengenali lebih dalam watak dan kepribadiannya at least biar tau aja kalo ada apa-apa gimana nanggepinnya
ReplyDeletePerlu banget Kak Ai. kalau untuk pasangan mah. Iyaa, biar gak kaget juga.
DeleteHahaaa, langsung nunjuk diri aku plegmatis dan melankolis. Cerita mawar hitam dan mawar merah menjadi pelajaran buat kita ya Mak.
ReplyDeleteTerkadangan dari sebuah WAG aja kelihatan ko watak seseorang, dari cara penulisan dan menyampaikannya.
Yang penting, semoga banyak belajar terus dari setiap pertemuan dengan siapapun dalam kehidupan ini, memberikan kontribusi buatku, baik yang baik atupun yang tidak.
Iya, bener Teh. Semua yang datang wajib disambut dengan baik dan menjadi banyak pengalaman bertemu dengan banyak orang. Belajar memahami cara orang menyampaikan pendapat, menjadi salah satu hal yang harus dipelajari terus, supaya banyak teman dan rejeki, eaa.
DeleteAKu ini termasuk melankolis kayaknya hahahaha :) Sensitif juga sih kalau ada apa2 kepikiran terus jadi susah mau ngapa2in wkwkwkwkwk :) Iya sih, watak orang berbeda2, gimanakita bisa saling toleransi dan menyesuaikan diri itu lebih baik :D
ReplyDeleteIya tepatnya itu Mbak, toleransi dan mampu menyesuaikan diri
DeleteHahhaaa, halooo melankolis, jadi tahu deh karakter2nyaaa.
DeleteKuy ahh kita sama2 belajar menyesuaikan dirii
Waaah aku jd tau watak ku dan suami apa. Aku cendrung plegmatis, dan suami koleris :D. Kami memang bertolak belakang, tp syukurnya sampe skr bisa saling toleransi dan Nerima :D.
ReplyDeleteNaaah aku sendiri kalo baru ketemu orang baru, ga mau lgs sok akrab ato mendominasi pembicaraan. Aku cendrung hati2 mba, Krn mau tau dulu sifat orang yg aku temuin gimana :D. Jgn sampe dia ga suka bercanda , tp malah aku godain :D. Butuh waktu agak lama sampe aku bisa mutusin akan bersikap gimana dengan org itu. :D
Noted Mak, insightnya. Jadi perlu memahami dulu ya, gimana orang atau lawan bicara kita.
DeleteKalo dari yang Mak Astin share, aku lebih dominan watak melankolis kecuali poin sulit mendapatkan teman. Kalau masalah pertemanan, aku lebih susah menjali yang sampe intimate banget. Setidaknya nggak terasa intimate untukku karena aku nggak bisa percaya sepenuhnya dengan satu orang aja.
ReplyDeleteLebih menyenangkan banyak teman ya, Mak. Sama seperti aku, kalau sudah intim aku tu sebetulnya sangat percaya sekali. meski disakiti, aku tu masih bisa balik lagi. Ih, bahaya sebetulnya ya.
DeleteWah menyenangkan banget bacanya, apalagi diberikan contoh2 siapa saja sahabat Rasullulah dan jenis karakternya, dari yg pleghmatis, ada dikit watakku di situ, melankolis, dan kholeris
ReplyDeleteJujur aku aja kadang masih suka bingung sama watakku sendiri, kayaknya campur-campur deh wkwkwk, aku juga kadang sulit mengenali watak orang lain makanya jadi lebih insecure kalo berinteraksi, lebih nyaman interaksi dengan innercicle biar kalo ada apa-apa yang memicu perselisihan lebih cepet diselesaikan. tapi ya ga tau sih masih belajar lagi, btw ini materi kajian ya mba? kok keren banget sih bahasannya
ReplyDeleteSepakat mbak, pemahaman watak lawan bicara ini memang penting. Hal yang sama, disampaikan oleh 2 orang dengan watak berbeda, bisa berbeda pengaruhnya pada diri saya
ReplyDeleteMasya Allah, jadi mengenal gambaran sahabat Nabi dengan baca ini.
ReplyDeleteSaya sendiri melankolis dan koleris, sementara kedua orangtua saya sanguin dan keduanya ada sanguin melankolis dan sanguin koleris. Adik saya sanguin plegmatis, ternyata yang plegmatis juga nggak mesti introvert.
Dokter Aisah Dahlan favortku bangeett mbaaa
ReplyDeleteBeliau tuh kalo menjelaskan hal2 yg rumit (seperti otak, hormon, dll) pakai bahasa yg enak didengar. Suaranya renyaaahh, bersahabat, pokoke luuuvvv banget ama beliau
Artikel mba Astin ini super lengkap dan enlightening banget!
Saya antara melankolis dan plegmatis. Tetapi, lebih dominan ke melankolis. Karena di bagian plegmatis ada sifat yang katanya tidak punya pendirian. Padahal saya gak merasa seperti itu. Dan banyak orang yang udah kenal saya banget juga bilang kalau saya pendirian keras kalau udah yakin. Hanya memang gak suka aja menghindari konflik. Kalau berbeda pendapat, lebih baik saya mojok sendirian hehehe
ReplyDeleteSetuju dengan pernyataan di paragraf terakhir, kalau semua orang telah memiliki pembawaannya masing-masing. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubahnya.
ReplyDeleteMembaca beberapa karakter di artikel ini membuat saya belajar memahami karakter sendiri dan mencoba mencari kelemahan dan kelebihannya.
MasyaAllah pas banget di kantor anak buahku tuh persis kayak si mawar merah dan hitam yang satu baperan bukan main staunya lagi langsung woww wkwkwk...akhirnya perang mulu yang pusing aku krn cape nengahinnya..
ReplyDeletebtw ttg watak sendiri aku keknya koleris dan suami melankolis bisa dibayangkan kan suasana di rumah kami wkwkwkwk yg satu demennya ngooooomong satu lagi sepi hooh aja :p jg ngakak sendiri
watak atau karakter manusia memang beragam ya mbak
ReplyDeleteklo kita bisa paham watak masing masing, pasti dalam berinteraksi jadi lebih mudah
Kalau paham watak orang, kitanya jadi lebih bisa menyampaikan pesan dengan baik dan hati hati ya mbk. Kalau dilihat dari berbagai macam watak manuasi, kayaknya kita sehati nih. Melankolis hehe
ReplyDeleteItulah manusia dengan segala keunikannya yang adalah anugerah dari Illahi. Tapi, berhubung manusia dianugerahi akal oleh Allah, jadi di sini menjadi PR bagi si manusia untuk mengelola wataknya agar bisa tingkah lakunya nggak jadi nyebelin. Teorinya begitu hehehe. Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang menyenangkan ya dan nggak bikin orang sebel.
ReplyDeleteBerasa banget setiap orang punya watak yang berbeda-beda. Sekarang aku udah dalam masa yang kalau udah ada yang beda wataknya sama aku, di maklumin aja. Mau paksain juga bakalan bentrok
ReplyDeleteSeru banget ikut kajiannya mbak.Tulisannya lengkap dan bergizi mbak, thank you.
ReplyDeleteAku kyknya plegmatis juga soalnya lbh nyaman sendiri dan males berkonflik haha.
Wah jd watak emang gak bisa hilang gtu ya? Yang bisa kita lakukan adalah mengelolanya supaya gak bikin baper diri sendri dan org lain hehe
Kayaknya aku sanguinis sama plegmatis, diantaranya kayaknya hehehe .
ReplyDeleteSuka keramaian tapi tidak suka berteman.
Watak sendiri aja susah ngenalin gimana mau memahami watak orang lain .Hihihi.
katanya sih tiap orang memiliki gabungan beberapa karakter ya :) saya sendiri nggak pernah ngetes hehehee
ReplyDeleteWah sepertinya aku juga punya watak melankolis nih, sering banget baker haha. Tapi semakin bertambah umur semakin realistis deh memang ada hal tertentu yang gak bisa kita bendung saat kepengen meluapkan emosi namun kita punya iman yang mengatur sehingga tidak terlalu depresi
ReplyDeleteAku apa ya...kayaknya lebih ke melankolis tapi berusaha jangan terlalu mudah terbawa perasaan, dibikin selow saja hehe biar nyaman...
ReplyDeleteHiksbkayak Aku cocok ke Orang plegmatis sebagai orang dengan pembawaan yang tenang. Jiwanya selalu damai dan menghindari keributan.. intinya saling memahami perbedaan y mba
ReplyDeleteMemang penting memahami watak dasar manusia ya, Mbak. Dengan mengetahuinya kita bisa mengetahui kekurangan diri dan mencoba untuk memperbaikinya, selain itu kita juga bisa lebih mudah memahami watak orang lain
ReplyDeleteKok aku jadi ingat statusku
ReplyDeleteKalau yang suka ga bahagia lihat kita bahagia masuk tipe mana ya itu, hahaha
Aku sanguin asli loo..
ReplyDeleteTapi untuk hari-hari tertentu, kadang muncul sifat gloomy-nya juga.
Tapi tipikal menghindari konflik banget siih..
**lo aku kok cerita diriku sendiri yaah...
Hihii..
Seru memang yaa...bertemu dengan berbagai macam karakter manusia di bumi ini.
DeleteKalau memang tidak cocok, mungkin butuh penyesuaian lebih dalam.
kita memang memiliki watak bawaan yang berbeda-beda, mba, dan setahuku lebih dari ketiga hal di atas. cuma yang populer memang itu yaa hihi
ReplyDeletePaling suka kalau bahas tentang kepribadian gini, jadi tau lagi kalau saya tipe plegmatis, suka sedih karena gak bisa nolak kalau ga sesuai sama hati, mungkin itu juga kelemahannya haha
ReplyDeletesemakin bertambah usia, aku kayanya banyak merubah karakter gitu deh mba. ngga tau kenapa, semakin bertambah teman, justru semakin suka menyendiri.
ReplyDeleteJadi ingat pernah ikutan kuis personaliti di Facebook dan aku plagmatis. Dari situ aku ajak keluarga ikutan kuisnya ternyata 1 rumah wataknya beda-beda. Jadi lebih pengertian dan memaklumi Alhamdulillah
ReplyDeleteSaya termasuk orang dengan watak melankolis. Jujur terkadang saya merasa kesal dengan watak tersebut. Tapi kita harus terima segala kekurangan dan kelebihan kita ya
ReplyDeleteKayaknya aku campuran deh antara melankolis sama sanguinis. Dan emang bener banget ya mbak. Memahamk watak seseorang tuh perlu juga sebenernya biar hubungan dg manusia lain tetep baik. Hablumminallah wa hablumminannass..
ReplyDeleteHuwaaww beraaattt, hehehe. Aku kayanya juga semakin berumur kepribadian dan karakter berubah, yah namanya manusia ya memang makhluk paling dinamis karena kita bukan robot.
ReplyDeleteKayak ya aku antara plegmatis dan koleris deh wkwkkw. Soalnya di dua watak itu ada, sanguis juga ada tapi aku ga kesiksa kalau sendiri. Malah cenderung senang sendiri saat tertentu
ReplyDeleteMempelajari watak manusia selalu menarik ya. Baca tulisannya Mbak Astin jadi bisa ikutan belajar. Cuma kayaknya aku memang tak terlalu suka berteman dari kecil, senangnya sendirian atau bareng yang memang sudah sangat dikenal. Kalau sama orang baru susah, mesti banyak belajar lagi
ReplyDeleteDengan mengenali diri sendiri apa karekternya tentunya jadi lebih mudah mengetahui apa kekurangan diri yang justru dapat ditingkatkan menjadi keunikan ya
ReplyDeleteHihihi kalau kelihatan biasa aja atau gembira2 aja di luar tapi sebenarnya dipikirin dalam2 kalau ada org mengatakan sesuatu ttg kita tu kira2 masuk mana ya? :D
ReplyDeleteApalagi memahami watak dasar pasangan ya eeeaaa. Aku 8 tahun lebih menikah baru bisa perlahan memahami bagaimana si dia. Awalnya memang akan ada aja konflik. NAmun dari situ kita belajar.
ReplyDeleteSejujurnya motivasi aku masuk psikologi dulu ya karena mau memahami tipikal manusia dan diri sendiri loh mba. Sekarang jadi suka observasi hehehe.
ReplyDeleteKadang tuh watak manusia gak bisa ditebak, tapi kalau dalam berumah tangga harus saling tau wataknya masing-masing nih. Beda lagi kalau urusan berteman karena kita gak bakal ketemua mereka setiap hari seperti kita bertemu dengan pasangan kitakan.
ReplyDeleteMakasih ya Mbk sangat berguna aku jadi memahami apa sih watakku dan senang aja memahami ke depan aku harus bagaimana. Membaca ini bikin hati makin hangat deh. Aku KOLERIS dan Melankolis deh kayaknya.
ReplyDeleteWah aku termasuk watak yg mana ya melankonis ada plematis jg ada, paling g suka ngerepotin orang, tapi sukanya selalu berhati2 dalam mengambil keputusan, kalau gaul juga lebih baik sama yg sudah dikenal, walaupun mungkin gaul sama orang baru jg butuh waktu
ReplyDeleteSbg manusia intinya harus bisa memahami perbedaan apalg watak yg memang tdk bisa d rubah y mba
ReplyDelete